NovelToon NovelToon
Benih Sang Cassanova 2

Benih Sang Cassanova 2

Status: tamat
Genre:Lari Saat Hamil / Dikelilingi wanita cantik / One Night Stand / Single Mom / Anak Genius / Hamil di luar nikah / Tamat
Popularitas:922.8k
Nilai: 4.9
Nama Author: D'wie

Sharon tidak mengerti mengapa takdir hidupnya begitu rumit. Kekasihnya berselingkuh dengan seseorang yang sudah merenggut segalanya dari dirinya dan ibunya. Lalu ia pun harus bertemu dengan laki-laki kejam dan melewatkan malam panas dengannya. Malam panas yang akhirnya makin meluluhlantakkan kehidupannya.

"Ambil ini! Anggap ini sebagai pengganti untuk malam tadi dan jangan muncul lagi di hadapanku."

"Aku tidak membutuhkan uangmu, berengsekkk!"

Namun bagaimana bila akhirnya Sharon mengandung anak dari laki-laki yang ternyata seorang Cassanova tersebut?

Haruskah ia memberitahukannya pada laki-laki kejam tersebut atau menyembunyikannya?

Temukan jawabannya hanya di BENIH SANG CASSANOVA 2.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon D'wie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 2

Bab 2 – Luka yang Terbuka Lagi

Suasana bar itu remang dan tenang, hanya suara musik jazz lembut yang mengalun di latar. Lampu-lampu gantung temaram menciptakan bayangan halus di wajah-wajah pengunjung yang tenggelam dalam dunianya masing-masing. Sharon masih menatap gelas ketiganya, tangannya yang gemetar perlahan mulai stabil, tapi dadanya tetap sesak.

Bayangan pengkhianatan Farel masih saja berkelebat di ingatannya membuat hatinya sakit bukan main. Begitu pula dengan bayang senyuman mengejek Ivana padanya membuatnya mencengkram erat gelas di tangannya. Marah, benci, dendam, semua bercampur aduk menjadi satu.

Senyum itu ... senyum yang sama saat akhirnya ayahnya lebih memilih Ivana dibandingkan ia dan ibunya. Senyum mengejek dan penuh kemenangan. Jelas saja Sharon takkan pernah melupakan senyum itu.

"Dan lihatlah ayah, wanita yang kau perjuangkan kini justru bersama laki-laki lain. Dan laki-laki itu adalah kekasih putrimu sendiri. Setelah ia menghancurkan ibu, kini ia pun menghancurkan aku. Apakah seperti itu wanita kesayanganmu, hum? Aku harap ayah pun ikut hancur seperti kami dan menyesal karena lebih memilih jalang itu daripada kami," gumam Sharon yang kesadarannya mulai dipengaruhi alkohol.

Tak lama kemudian seorang pria tiba-tiba duduk di samping Sharon. Pria itu menyesap whisky dari gelas kristal, matanya sesekali melirik Sharon. Sorotnya tajam, penuh perhitungan, namun ada ketertarikan tersamar di baliknya.

“Masalah cinta?” tanyanya pelan, seperti tak sungguh-sungguh mengharapkan jawaban.

Sharon menoleh dengan tatapan kosong. “Semua orang bermasalah dengan cinta. Termasuk kamu, kurasa.”

Pria itu menyeringai tipis. “Aku tidak percaya cinta.”

“Kau tidak sendiri,” gumam Sharon, lalu menenggak isi gelasnya lagi tanpa ragu.

Beberapa detik hening. Pria itu lalu mengangkat tangannya, memberi isyarat pada bartender.

“Dua lagi untuk kami.”

Sharon menatapnya heran. “Kau pikir aku butuh ditemani mabuk?”

“Bukan. Aku pikir kau butuh seseorang untuk mendengar. Atau ... kau cuma ingin tidak merasa sendirian malam ini.”

Sharon menatap pria itu lebih seksama. Wajahnya dingin, nyaris tanpa ekspresi, namun ada sesuatu yang karismatik. Bahunya tegap, jas hitamnya rapi dan mahal. Sosoknya seperti pria yang terbiasa mendapatkan apapun yang ia inginkan.

“Aku Sharon,” ucapnya akhirnya memperkenalkan diri.

“Leon," jawab laki-laki itu singkat.

Sharon mengangguk, lalu menatap kembali gelasnya. Nama itu melintas begitu saja tanpa menimbulkan kesan atau–belum.

“Kau mau tahu ceritanya?” Sharon bertanya dengan suara rendah. Entah kenapa ia tiba-tiba ingin menceritakan apa yang ia alami hari ini. Padahal ia tidak tahu sama sekali tentang siapa laki-laki itu. Hanya saja, ia ingin sekali mengurangi sesak di dadanya dengan menceraikan kejadian hari itu padanya.

Leon mengangkat alis. “Kalau kau siap bercerita," jawab Leon retoris.

Sharon menghela napas panjang. Alkohol membuat lidahnya lebih ringan dan pikirannya sedikit kabur, seolah luka di hatinya tidak lagi terlalu menyakitkan meski tetap belum sembuh.

“Aku ditinggal kekasihku. Setelah dua tahun, dia memilih wanita lain. Bukan hanya itu …." Sharon menjeda kata-katanya. Mengingat senyum penuh ejekan dari Ivana membuat dadanya kembali sesak. "Wanita itu adalah orang yang menghancurkan hidup ibuku. Selama bertahun-tahun, aku mencoba membangun kepercayaan. Tapi nyatanya, orang yang paling kau percayai bisa menjadi orang pertama yang menusukmu.”

Leon menatapnya dalam diam. Matanya tak berubah—dingin, namun fokus. Ia tidak mengucapkan simpati kosong seperti “aku turut sedih” atau “kau akan baik-baik saja.” Dan justru karena itu, Sharon terus melanjutkan ceritanya.

“Ibuku menderita karena wanita itu. Kami kehilangan rumah, tabungan, semuanya. Ayahku pergi bersama wanita jalang itu dan meninggalkan kami. Lalu kekasihku ... ia justru memilih wanita yang sama.” Ia tertawa getir. “Lucu sekali, kan?”

Leon menyesap minumannya pelan. “Tidak lucu. Tapi hidup memang jahanam seperti itu.”

Sharon menatap pria itu, lalu tersenyum lemah. “Kau terdengar seperti seseorang yang sudah lama menyerah pada cinta.”

“Karena aku memang sudah lama menyerah.” Nada suaranya datar. “Cinta itu ilusi. Kebutuhan manusia untuk merasa dimiliki, tapi pada akhirnya, semua tentang kuasa dan kelemahan.”

Sharon menatapnya lebih lama. “Kau terdengar … patah.”

Leon tersenyum samar. “Atau mungkin aku hanya realistis.”

Ada hening panjang di antara mereka. Sharon menenggak gelasnya lagi. Kepalanya mulai ringan, pikirannya melayang-layang di antara masa lalu dan luka yang belum sembuh. Ia tidak tahu mengapa ia merasa nyaman di dekat pria asing ini. Mungkin karena Leon tidak berpura-pura peduli. Mungkin karena ia tampak seperti seseorang yang juga menyimpan luka dalam diam.

“Temani aku malam ini,” ucap Sharon pelan, mengejutkan dirinya sendiri.

Leon menoleh. “Kau yakin?”

Sharon menatapnya, bibirnya bergetar. “Aku hanya ingin malam ini … berhenti terasa menyakitkan.”

Leon menatap mata Sharon dalam-dalam, mencari kebimbangan, tapi tak menemukannya. Lalu ia berdiri, membayar minuman, dan menunggu Sharon dengan anggukan pelan.

Tanpa banyak kata, Sharon mengikuti pria itu keluar dari bar, meninggalkan kenangan pahit di balik pintu.

---

Mereka sampai di sebuah hotel yang tidak begitu mewah yang tak jauh dari bar. Sharon nyaris tidak sadar bagaimana bisa tiba di kamar itu. Yang ia tahu, tubuhnya lelah, jiwanya kosong. Leon membantunya membuka coat, lalu membaringkannya di ranjang.

Mereka tidak saling berbicara lagi. Yang ada hanya bisikan napas dan suara hujan di luar jendela.

Saat Sharon merasakan ciuman pertama Leon, ia menutup mata dan berpura-pura bahwa ia mencium seseorang lain—seseorang yang tidak mengkhianatinya. Namun, semakin jauh mereka melangkah, semakin hilang semua bayangan masa lalu. Yang ada hanya mereka berdua, dua jiwa yang terluka, saling mencari pelarian dalam malam yang penuh kabut, gairah, dan desah nafas.

...---...

Sharon terbangun pagi harinya dengan kepala berat dan mulut kering. Ia membuka mata perlahan dan menemukan dirinya terbaring dalam selimut putih yang tidak ia kenali dalam keadaan polos. Pakaiannya teronggok di sandaran sofa. Matahari menembus tirai tipis, membanjiri ruangan yang asing dengan cahaya hangat.

Ia menoleh ke samping. Kosong.

Leon sudah pergi.

Di atas meja, tergeletak beberapa lembar uang ratusan ribu dan secarik catatan:

“Ambil ini. Anggap ini sebagai pengganti untuk malam tadi dan jangan muncul lagi di hadapanku.”

— L

Sharon mematung. Matanya membeku. Tubuhnya tidak bergerak selama beberapa detik.

Lalu ia menendang selimut dan bangkit dengan gemetar.

Tangannya meremas uang itu, lalu melemparkannya ke lantai.

“Bajingan!” jeritnya.

"Aku tidak membutuhkan uangmu, berengsekkk!" teriak Sharon murka.

Ia berlari ke kamar mandi dan muntah. Bukan karena alkohol semata, tapi karena jijik, marah, dan hancur.

Ia merasa murah. Digunakan seperti boneka kemudian ditinggal setelah dipakai.

Luka yang semalam ia coba lupakan kini terbuka lagi. Bahkan kini jadi lebih dalam, lebih menyakitkan.

...---...

Sharon berdiri di depan cermin, menatap pantulan dirinya sendiri. Mata yang sembab, bibir yang pecah-pecah, dan hati yang hancur.

Ia menghela napas dalam, lalu berkata lirih dengan kedua tangan terkepal, seolah bersumpah pada diri sendiri:

“Aku akan kuat. Aku akan balas semua ini. Suatu saat nanti.”

Dan ia tidak tahu ... bahwa malam panas itu telah menanam benih dalam rahimnya. Benih yang kelak akan mengubah segalanya.

...Happy reading 🥰🥰🥰 ...

1
Rahmawati
happy ending, dan hanya orang orang yg bersalah yg merasakan penyesalan
Tuti Hariyani
emaknya Leon yg ketumpahan sup
Fitria Syafei
Kk cantik 😭😭 sukses ya 😘
Ika Marbun
menu apa itu /Speechless//Speechless/
ngatun Lestari
terima kasih atas karyanya yang bagus...... ditunggu karya berikutnya...Miss you
Sumini Mini
akhir yang bahagia..makasih kk Dwie..semoga kk masih mau tetap disini..aku menunggu kk
tomgrudo
waahh akhirnya happy ending ...
terimakasih untuk semua cerita cerita nya ya kakak author...
semoga sukses kedepanya.
Rahma
aq puas bgt sm ceritamu k D'wie thankyou 😘😘😘
🥀HartiQueenn_Dee🥀
akhirnya semua heppy ending dengan pasangan masing masing😍🥰

makasih kak D'wie untuk novel nya dan semoga di berikan kesehatan dan sukses aamiiin 🤲 semangat terus berkarya nya kak,, pasti kang parkir itu ayah nya sharon
juney_aza
terimakasih kakak, tetap semangat dalam berkarya ya dimana pun berada smoga sukses
sehat sehat kak 🤗
StAr 1086
Akhirnya cerita Leon kelar juga....
*Septi*
terimakasih untuk ceritanya serunya... tetep semangat biarpun akan berbeda rumah.. semoga sukses 💪🏻
Nur Adam
smgt untuk krya mu thoor
*Septi*
betul banget 🤣🤣
Puji Hastuti
Terima kasih kk atas ceritanya
Juni Hutabalian
see you
Kim
terimaksih kal D'wie atas karyanya🥰🥰🥰🥰🥰
Atik Marwati
Alhamdulillah semua sesuai pada tempatnya yang berkhianat akhirnya menderita dalam kesengsaraan dan kesepian...
Sugiharti Rusli
walo bagaimanapun hubungan mereka, Dion dan Nadine tumbuh bersama kan dari kecil, dan ikatan darah memah juga kuat karena memiliki keturunan dari ayah yang sama,,,
Sugiharti Rusli
bagus sih Dion masih bisa bersikap ksatria tuk datang ke pernikahan adiknya dan dengan kerelaan hati meminta maaf kepada kakak dan kakak iparnya atas kesalahannya dan juga nama ibunya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!