Hanna harus menerima kenyataan pahit bahwa sang suami telah memiliki hubungan dengan saudara kandungnya.
Ia merasa di bodohi dengan sikap suaminya yang baik dan penyayang, begitu juga dengan sikap adik kandungnya yang terlihat baik dan polos. Namun ternyata mereka menjalin hubungan terlarang di belakangnya.
Apakah Hanna akan memaafkan suami dan adiknya? atau ia akan pergi dari kehidupan rumah tangganya?
Yuk ikuti ceritanya! jangan lupa like, komentar, dan suscribe ya. Terima kasih.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ratih Ratnasari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 27
Hari ini Sarah sudah kembali pulang, setelah 3 hari ia dirawat. Ia melihat kamarnya yang terlihat rapih, Sarah membaringkan tubuhnya diatas tempat tidur. Ia membayangkan hidupnya yang dulu disaat ada Hanna, sikap Revan yang berubah padanya membuat ia ingin kembali seperti seorang adik dan sebagai selingkuhan.
"Kenapa aku harus menikah dengan kak Revan, jika ia berubah seperti ini. Harusnya aku tak menghancurkan rumah tangga kak Hanna agar kak Revan tetap mencintaiku," ucapnya dalam hati.
Tiba-tiba Revan masuk ke kamar Sarah, ia menatap Sarah yang sedang tertidur di atas ranjang.
"Kau sudah pulang?" tanya Revan, lalu Hanna menatap Revan dan langsung bangun dari tidurnya.
"Iya Mas, aku sudah pulang di jemput pak sopir. Kenapa kau tak menjemputku?" tanyanya.
"Maaf aku sibuk!" balas Revan.
Revan memberikan amplop yang terlihat tebal pada Sarah.
"Ini apa?" tanyanya dengan bingung menatap Revan.
"Itu uang untukmu, kau bisa pergi dari rumah ini dan bawa baju-bajumu," ujar Revan, Sarah menatapnya tak percaya kenapa Revan secepat ini untuk membuangnya.
"Apa maksudmu, Mas?" tanyanya.
"Aku sudah bilang padamu waktu itu, apa kau lupa? Aku ingin bercerai denganmu." kata-kata Revan membuat hati Sarah sakit, ia baru saja pulang dari rumah sakit tapi ia malah diusir dari rumah Revan. Padahal ia berharap rumah tangganya baik-baik saja.
Sarah mulai meneteskan air matanya, ia sangat sakit hati pada Revan yang tiba-tiba mengusirnya dari rumah.
"Kenapa harus mengusirku, Mas. Aku tak apa-apa jika harus bercerai, tapi aku ingin tetap tinggal di sini. Aku tak punya keluarga lagi." ucap Sarah memohon pada Revan.
"Aku memberimu uang sebanyak itu agar kau bisa membiayai hidupmu, uang itu bisa kau belikan rumah walaupun kecil kau bisa hidup layak," ucapnya, Sarah menggelengkan kepalanya. Walaupun ia diberikan uang sebanyak mungkin, ia tetap tidak ingin pergi dari rumah Revan. Ia sudah nyaman tinggal di rumah mewah dengan semua fasilitasnya.
"Aku tidak mau, Mas. Aku ingin tinggal di sini. Tak apa-apa jika kau ingin bercerai denganku dan kembali pada kak Hanna. Asal jangan mengusirku dari sini," ucapnya dengan nada bergetar memohon pada Revan.
"Tidak bisa! Pergilah dari sini, atau aku akan memaksamu untuk keluar," tegasnya menatap Sarah dengan tajam.
Kemudian Revan pergi dari kamar Sarah, ia memberi waktu setengah jam pada Sarah untuk mengemas barang-barangnya. Ia tak peduli pada Sarah, dulu ia sangat menyayangi Sarah sebagai adik iparnya tapi sekarang ia sangat membencinya.
Sarah mulai mengemasi baju-bajunya, ia terpaksa harus pergi setelah Revan mengusirnya. Ia memohon pada Revan, namun hati Revan tak bisa luluh olehnya.
"Baiklah, aku akan pergi!" ucap Sarah dalam hatinya, air matanya kembali tumpah. Ia tak menyangka hidupnya akan seperti ini. Jika waktu bisa diulang lagi, ia tidak ingin membuat kakaknya pergi sehingga ia harus menerima sikap Revan yang tiba-tiba berubah.
Setelah selesai mengemas baju-bajunya, Sarah keluar dari rumah itu. Ia menatap ke sekeliling rumah, banyak kenangan manis bersama Revan yang telah ia lalui.
"Aku pergi, Mas. Semoga kau tak mencariku," ucap Sarah dalam hatinya. Lalu ia melangkah keluar segera meninggalkan rumah itu.
Sedangkan Revan menatap kepergian Sarah dari jendela kamarnya, sebenarnya ia tidak tega pada Sarah. Namun karena ia sangat membencinya, ia terpaksa harus membiarkan Sarah pergi dari hidupnya. Jika waktu bisa diulang kembali, Revan ingin kembali pada Hanna dan menjalani hidupnya seperti dulu.
Sarah berjalan menyusuri jalan dengan terik matahari yang menyinari tubuhnya. Ia terpaksa harus berjalan karena tidak ada kendaraan yang lewat.
Kepalanya terasa pusing, perutnya masih terasa sakit. Ia sudah tak kuat menahannya lagi.
Brukkk, Sarah pingsan di pinggir jalan yang jauh dari keramaian.
"Bos lihat di sana, sepertinya ada wanita yang sedang tidur di pinggir jalan," ucap seorang pria menunjuk ke arah sana.
"Biarkan saja, mungkin itu orang gila," ujarnya.
Namun si pengawal masih penasaran, ia melajukan mobilnya ke arah wanita yang sedang tertidur di pinggir jalan.
"Bos sepertinya itu bukan orang gila," ujarnya lagi.
Pria bernama Alex itu penasaran dengan ucapan si pengawal. Ia segera turun dari mobilnya lalu mendekati Sarah yang masih belum sadar dari pingsannya.
"Apa kataku, dia bukan orang gila!" Alex menatap wanita itu, lalu ia menyuruh pengawal untuk membawanya ke dalam mobil.
"Bos, mau kau apakan wanita ini?" tanyanya penasaran.
"Akan ku jual!" ucapnya membuat si pengawal tertawa dan setuju apa yang bosnya katakan.
"Lalu bagaimana dengan tujuan kita menemui Revan?" tanyanya.
"Kita tunda saja, cepat putar balik. Aku akan membawa wanita ini ke club," Alex tersenyum menyeringai menatap wanita yang tertidur di kursi mobilnya.
Alex baru saja pulang dari Amerika untuk menemui Revan saudaranya. Ia akan menjalani bisnis perusahaannya dengan Revan. Alex juga pemilik club terbesar, ia menerima wanita yang membutuhkan pekerjaan. Apalagi wanita yang masih gadis, ia akan membelinya dengan harga mahal.
Alex menatap Sarah dengan tersenyum, ia yakin Sarah wanita yang masih perawan. Bahkan dari wajahnya masih terlihat muda. Alex akan membawanya ke club, jika nanti Sarah sadar dari pingsannya ia akan menawarkan pekerjaan dan membayarnya dengan harga mahal. Namun, sayangnya Sarah bukan wanita yang masih suci.
***
Dafa si anak kecil yang lucu, ia diam diam keluar dari rumahnya tanpa sepengetahuan Hanna dan Bram.
Dafa melihat pedagang es krim yang lewat depan rumahnya, ia langsung mengejar dan memberhentikan.
"Pak, aku mau beli es krim," ucap Dafa.
"Adek mau es krim yang mana?" tanya si pedagang.
"Semuanya pak, aku mau semuanya," si pedagang bingung, ia tak mungkin percaya dengan anak kecil yang akan membeli es krimnya.
"Ini uangnya pak, tolong bungkuskan untukku," ucap Dafa. Pak pedagang itu menatap uang yang di sodorkan Dafa, lalu ia mengambilnya dan mengecek uang itu.
"Ini yang asli," ucapnya.
"Iya pak, itu uang pemberian ayahku. Tolong berikan aku es krim," pintanya.
"Baik anak kecil, tunggu sebentar!" pak pedagang itu memberikan es krim satu kantong kresek untuk dafa. Setelah menerima es krim itu, Dafa segera kembali ke rumahnya dengan jalan mengendap-endap agar tidak ada orang rumah yang melihatnya.
"Yes! Akhirnya aku punya es krim banyak, mama cantik sedang tidak ada di rumah, ayah juga sedang di kantor. Mereka tidak akan tahu, aku akan menghabiskan semuanya," ucap Dafa dengan semangat, lalu ia memakan satu persatu es krimnya yang telah ia beli.
"Enak, ini enak sekali. Kenapa ayah sering melarangku," ucapnya. Dafa menghabiskan semua es krim itu tanpa mempedulikan perutnya yang terasa sakit.
Setelah 15 menit makan es krim, ia baru merasakan sakit yang hebat pada perutnya.
"Tante, perutku sakit," Dafa meringis kesakitan, namun Hanna masih belum pulang dari supermarket, Ia sedang membeli kebutuhan Dafa.
"Dafa, sayang. Kamu dimana? Ayah sudah pulang nih," Bram mencari Dafa di ruang bawah, ia baru saja sampai rumah.
"Dafa, Hanna. Kalian dimana?" Bram mulai mencarinya ke kamar Hanna, namun ia tak menemukan mereka. Ia juga mencarinya ke kamar Dafa, seketika Bram terkejut melihat sampah plastik es krim.
"Dafa!" Bram panik melihat wajah Dafa yang pucat.
"Perutku, sa-sakit ayah," Dafa sudah tak kuat lagi menahan sakit, ia tak sadarkan diri di pelukan Bram.
"Hanna!" teriak Bram, ia tak tahu bahwa Hanna tidak ada di rumah. Bram segera membawa Dafa ke lantai bawah untuk segara dibawa masuk ke mobilnya.
Hanna yang melihat Bram menggendong Dafa, ia langsung menghampirinya.
"Mas, Dafa kenapa?" tanyanya ikut panik.
Bram menatap tajam Hanna, ia sangat marah pada Hanna karena sudah membiarkan Dafa memakan es krim sebanyak itu.
"Lepaskan tanganku! Kau sengaja ingin anakku mati, hah! Bentaknya, Hanna tak mengerti kenapa Bram tiba-tiba marah.
Bram masuk kedalam mobilnya tanpa mempedulikan Hanna.
Hanna segera masuk kedalam kamar Dafa, ia terkejut melihat banyak es krim yang sudah Dafa makan.
"Dafa! Kenapa dia bisa mendapatkan semua es krim ini," Hanna mulai panik, ia takut Dafa mengalami hal yang buruk.
Hanna segera turun ke lantai bawah, lalu ia berlari ke arah gerbang dan masuk ke dalam mobil taxi. Ia akan menyusul Bram dan Dafa ke rumah sakit.
...----------------...