Pengkhianatan Suami Dan Adikku.

Pengkhianatan Suami Dan Adikku.

Episode 1

Hanna adalah seorang istri yang baru dinikahi satu tahun yang lalu oleh pria yang bernama Revan. Setiap pagi ia selalu menyiapkan sarapan untuk suami dan adiknya yang belum lama tinggal di rumah mereka.

Hanna membawa adik kandungnya yang bernama Sarah untuk tinggal bersama, karena orang tua mereka telah meninggal 5 bulan yang lalu. Hanna tak tega meninggalkan Sarah yang baru tamat sekolah SMA, ia sebagai kakak tertua dari keluarganya harus menjadi penanggung jawab atas adiknya.

"Sarah, ayo sarapan dulu. Nanti kamu kesiangan," panggil Hanna dari luar pintu kamar adiknya. Tak lama kemudian Sarah membuka handle pintunya.

"Iya kak, maaf aku baru selesai mandi." ucapnya.

"Makannya kalau tidur jangan terlalu malam," Hanna memperingati adiknya.

"Iya kak, maaf." ucapnya dengan menunduk.

Hanna kembali ke meja makan yang sudah ditunggu oleh suaminya.

"Mas Revan mau sarapan pakai apa?" tanya Hanna.

"Sayur sama lauk saja, sayang." Hanna segera mengambilkan menu makannya lalu ia menaruhnya di atas piring.

"Ini Mas, sarapannya." kemudian Hanna bertanya pada Sarah.

"Adik mau sarapan pakai apa?" tanyanya pada Sarah. Walaupun Sarah sudah besar, tapi Hanna tetap memperlakukannya dengan lembut seperti pada anak kecil. Ia sangat menyayangi Sarah, bahkan ia melupakan pada dirinya sendiri.

"Sayur saja kak," pinta Sarah.

Mereka bertiga sarapan bersama tanpa bersuara, Hanna mengerjakan pekerjaan rumah sendirian tanpa bantuan asisten rumah tangga. Ia merasa mampu untuk mengerjakan semuanya, walaupun lelah ia tak pernah mengeluh.

"Sayang, uang bulananmu sudah Mas kirim ke rekening," ujarnya pada Hanna.

"Terima kasih, Mas." Hanna tersenyum bahagia pada suaminya.

"Sama-sama, semoga cukup untuk kamu. Mas juga memberi uang tambahan untukmu, gunakan uang itu untuk ke salon atau beli pakaian yang kamu mau." ucap Revan.

"Terima kasih, Mas. Akan aku gunakan sebaik mungkin." Hanna tersenyum pada suaminya dan ia mengecek nominal yang dikirimkan Revan.

Sarah menatap tak suka pada kakaknya yang diberikan sejumlah uang oleh suaminya, ia merasa iri pada Hanna yang selalu dimanjakan oleh kakak iparnya.

"Buat aku mana kak?" pinta Sarah pada Hanna.

"Nanti kakak kirim ke rekeningmu, ya," ucap Hanna dengan tersenyum. Sarah pun mengangguk sebagai jawabannya.

"Kalau gitu, Mas mau berangkat sekarang. Apa kamu sudah selesai, Sarah?" tanyanya pada Sarah, lalu Revan beranjak dari duduknya.

"Sudah kak,"

Kemudian ia menghampiri Hanna dan memberi kecupan pada keningnya.

"Hati-hati di rumah, kalau ada apa-apa hubungi Mas." ujarnya dengan menggenggam tangan sang istri.

"Iya Mas, hati-hati di jalan. Bawa mobilnya jangan kebut-kebutan."

"Iya sayang, bye," balasnya, dengan melambaikan tangan pada Hanna.

Hanna menatap bingung pada Sarah yang tak seperti biasanya, Sarah tak pernah pamit pada Hanna bahkan ia tak pernah menyalami tangan kakaknya. Namun Hanna tetap memakluminya, mungkin Sarah lupa.

Di perjalanan, Sarah selalu memandangi kakak iparnya yang sedang menyetir.

"Sarah, kenapa kau menatap kakak seperti itu?" tanya Revan membuat Sarah salah tingkah.

"Aku hanya suka memandang wajah kakak yang tampan, walaupun kakak sudah berusia 30 tahun tapi masih seperti anak muda yang seusiaku." Sarah berkata jujur dari hatinya.

"Masa sih, kau bohong ya?" ucapnya tak percaya.

"Tidak kak, aku serius kok. Aku juga berharap bisa menemukan pria seperti kakak yang akan menjadi pendamping hidupku," kata Sarah, membuat Revan menatap ke arahnya.

"Loh, kenapa harus pria yang seperti kakak?" tanya Revan dengan mengerutkan keningnya.

"Ya, aku suka saja melihat kak Revan yang baik, perhatian, dan tampan." balasnya.

"Oh seperti itu, kakak doakan semoga kamu mendapatkan pria seperti kakak." Revan tersenyum manis menatap Sarah. Sampai Sarah tambah terpesona melihat ketampanan Revan.

"Iya kak," ucapnya dengan membalas senyuman Revan.

"Sudah sampai," kata Revan dengan menghentikan mobilnya di sebuah kampus tempat Sarah kuliah.

"Terima kasih kak," ucapnya, kemudian Sarah menyalami tangan kakak iparnya. Setelah itu, Revan memarkirkan kembali mobilnya lalu pergi meninggalkan Sarah yang masih berdiri menatap kepergiannya.

"Hai Sarah," sapa temannya yang bernama Santi.

"Hai juga," balasnya.

"Barusan kau diantar siapa? Cakep juga cowoknya." Santi penasaran dengan pria yang bersama Sarah.

"Em, itu kakak iparku."

"Oh, aku kira pacarmu Sar, lagian masih terlihat muda." ucapnya.

"Ya, begitulah. Aku juga berharap dia akan jadi pacarku, eh jadi suamiku," ujar Sarah keceplosan.

"Gila kamu, Sar. Masa suami kakakmu mau di embat juga?"

"Udah lah, ngapain sih ngomongin kakakku. Masuk yuk," ajaknya pada Santi. Lalu mereka pun segera masuk ke dalam.

Hanna sedang merapihkan tempat tidur Sarah yang berantakan, setiap hari ia selalu mengerjakan pekerjaan rumahnya. Bahkan ia juga yang mencuci baju adiknya.

"Hanna," panggil Ibu mertuanya yang baru saja masuk.

"Eh, Ibu. Sejak kapan Ibu di sini?" Hanna terkejut dengan kedatangan ibu mertuanya.

"Baru saja, Han. Ibu ingin mengunjungimu." ucapnya.

"Dengan senang hati, Bu. Kalau begitu silakan duduk, Hanna mau ambilkan minum dulu." Hanna pergi menuju dapur.

"Terima kasih, Han." ujarnya.

Tak lama kemudian Hanna pun membawa satu gelas juice jeruk yang baru ia buatkan untuk Ibu mertuanya.

"Han, apa adikmu masih tinggal di sini?" ucapnya dengan melihat ke sekeliling ruangan.

"Iya, Bu. Sarah tinggal di sini bersama kami." Bu Rohanah tidak menyukai adik Hanna semenjak tinggal di rumah anaknya.

"Tadi Ibu melihatmu sedang membereskan tempat tidur Sarah, apa dia tak pernah membereskannya sendiri?" tanyanya.

"Iya, Bu. Hanna memakluminya, karena Sarah sering kesiangan. Jadi ia tidak sempat untuk merapihkan tempat tidurnya" jawab Hanna.

"Hanna, Ibu minta pada kamu jangan terlalu memanjakan adikmu. Dia sudah dewasa, harus bisa mandiri." Bu Rohanah mencoba memberi pengertian pada Hanna.

"Iya Bu, Hanna juga sering menyuruh Sarah untuk membersihkan rumah. Tapi entah kenapa Sarah sering marah kalau disuruh." ucap Hanna dengan kepala menunduk.

"Itu karena kamu terlalu memanjakannya, Han. Lain kali kamu harus tegas sama dia, karena itu semua juga demi kebaikan dia. Ibu tidak suka dengan sikap Hanna yang tidak sopan," ucapnya.

"Maaf, ya Bu. Lain kali aku akan mengajarkan Hanna dengan baik. Maafkan sikap Hanna yang membuat Ibu tak suka." ujarnya.

"Iya tak apa-apa, Han. Oh iya besok Ibu mau ajak kamu menginap di rumah Ibu, besok ada acara keluarga besar." ucap Bu Rohanah memberitahu Hanna.

"Insyaallah Hanna akan datang Bu,"

"Baiklah, Ibu permisi dulu ya, Han. Jaga diri baik-baik jangan sampai kecapekan." Hanna pun mengangguk sebagai jawabannya. Setelah kepergian Ibu mertuanya, Hanna mulai merapihkan kembali kamar adiknya yang belum selesai. Ia merapihkan buku-buku yang ada di mejanya. Namun ia tak sengaja melihat buku komik dewasa, Hanna menutup mulutnya tak percaya dengan koleksi buku Sarah.

"Kakak!" bentak Hanna yang baru saja pulang kuliah, ia langsung merampas buku itu dari tangan kakaknya.

"Ngapain kakak pegang-pegang buku ini!" ketusnya.

"Sarah, itu buku apa? Kenapa kau banyak sekali menyimpan buku seperti itu," ucap Hanna tak kalah tegasnya.

"Kakak tak perlu bertanya, jangan ikut campur urusan pribadiku. Jangan pernah masuk ke kamarku lagi, pergi sana!" usirnya, Sarah mendorong tubuh Hanna keluar dengan kasar.

"Tunggu dulu! Kenapa kau sudah pulang kuliah?" tanya Hanna dengan penuh selidik.

"Kuliahku sudah selesai." balasnya, kemudian ia menutup pintu dengan keras sehingga Hanna kaget dengan suara pintu yang ditutup oleh Sarah. Hanna hanya bisa mengelus dadanya untuk sabar menghadapi sikap Sarah yang keras kepala.

Sarah mengambil ponselnya dari saku, kemudian ia mengirimkan pesan singkat pada Revan.

"Semangat kerjanya ya, kak. Jangan lupa makan siang biar tubuh kakak tetap kuat." isi pesan yang dikirim pada nomor Revan.

Revan pun membaca pesan dari Sarah, ia mengerutkan keningnya karena bingung dengan isi pesan yang dikirimnya.

"Kamu salah kirim ya?" balas Revan.

"Tidak kak, memang kenapa? Salah ya kalau aku perhatian sama kakak." Sarah membalas kembali balasan dari Revan.

"Tidak sih, hanya aneh saja." balasnya lagi, namun Sarah tak membalas kembali pesan Revan. Ia kesal dengan kakak iparnya yang susah untuk ditaklukkan. Sudah lama Sarah memendam rasa pada Revan semenjak ia tinggal di sana, Sarah terpesona dengan ketampanan Revan yang membuatnya tak bisa mengalihkan pandangannya. Namun waktu demi waktu, rasa yang ia pendam membuatnya sakit hati. Ia iri pada kebahagian kakaknya, bahkan ia berencana ingin mendapatkan hati Revan.

...----------------...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!