Kisah seorang mahasiswi tingkat akhir yang cantik, pintar dan cuek dengan CEO tampan, dingin dan tegas namun prilakunya yang Absurd.
Alexandra Rose berusia 23 tahun merupakan anak yatim piatu yang berstatus sebagai mahasiswi tingkat akhir di Universitas ternama melalui jalur beasiswa dengan kepintarannya dan bekerja sebagai kasir di minimarket untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari.
Dean Anderson berusia 30 tahun menjadi pria dingin setelah ditinggal menikah kekasih masa kecilnya Angela Cruz. Dean bekerja sebagai CEO di perusahaan keluarga. Ayahnya memaksa Dean untuk segera menikah dan memberikan cucu sebagai generasi penerus keluarganya. Namun Dean tidak berkeinginan untuk menikah karena tidak mudah baginya dekat dengan wanita dan kebanyakan wanita yang mendekatinya hanya menginginkan kekayaannya.
Bagaimana serunya pertemuan antara Alex dan Dean, serta orang-orang baru yang membuat hidupnya berwarna. ikuti kisah selanjutnya. Happy reading... v(°∆°)v
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Autumn Sakura, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sekretaris CEO
Alex meminta ijin, kepada bosnya untuk mengambil barang-barangnya di divisi IT dan berpamitan dengan mereka.
"Baru saja kamu bergabung di divisi ini, sekarang harus berpisah dan meninggalkan kami. Padahal kami senang ada wanita di divisi ini. Right guys?" ucap David kepada Alex dan teman-temannya.
"Yes Alex, kami pasti akan merasa kehilanganmu." ucap pria paruh baya yang menjadi manager IT
"Hei, aku pindah hanya beberapa lantai dari sini, kita masih bisa bertemu. Maaf jika selamat saya bekerja di divisi ini belum maksimal. Saya pasti merasa kehilangan kalian." ucap Alex dan membuat mereka ingin memeluk Alex, tapi David menghalangi jadinya mereka hanya bersalaman.
Alex membawa barang-barangnya dengan dibantu David sampai ke lantai atas tempat CEO pemilik perusahaan ini berada.
Di meja sekretaris, David tidak langsung pergi dia menyempatkan diri ngobrol sebentar sebelum berpamitan. Tanpa dia sadari dari arah ruangan CEO ada yang sedang memperhatikan.
Ruangan CEO dikelilingi oleh kaca yang ditempeli stiker one way vision, jadi dari dalam bisa melihat keluar tapi dari luar tidak bisa melihat ke dalam.
Tiba-tiba terdengar suara telepon di meja Sekretaris.
Kriiing Kriiiing
"Hallo, dengan Sekretaris CEO, ada yang bisa saya bantu?" ucap Alex dalam telepon
"Wow, Pertama kali mengangkat telepon, dan sapaanmu di telepon sudah seperti Sekretaris profesional. I love it!" ucap Dean
"Can help you sir?" tanya Alex sopan
"Masuk ke ruangan saya, ada laporan yang harus kamu selesaikan!" perintah Dean
"Baik Tuan, saya segera ke ruangan anda." jawab Alex
Telepon langsung dimatikan oleh Dean sepihak.
"David, sorry aku harus masuk ke dalam ruangan Tuan Anderson, thank you atas bantuannya. Kapan-kapan aku akan traktir kalian semua sebagai acara perpisahan." ucap Alex
"Semuanya? Why? Kenapa tidak kita berdua saja have a dinner?" tanya David
"Semuanya saja, aku belum berpamitan yang benar dengan mereka juga. Okey David see you!" Agar tidak berlama-lama, Alex langsung masuk ke dalam ruangan CEO dengan mengetuk terlebih dahulu.
"Masuk!" ucap Dean, namun tiba-tiba pintunya terbuka, Josh yang membukakan pintunya.
"Thank you Josh." Alex tersenyum dan Josh pun balas tersenyum. Dean memperhatikan kedekatan keduanya dan membuatnya geram.
"I'm sorry Sir, saya mau mengambil laporan yang harus saya kerjakan." Alex mendekat dan berada di depan meja CEO.
"Okey, duduklah. Josh, kamu masih betah di sini? Get out!" ucap Dean
"Ish, punya sekretaris baru aja sombong. Biasanya aku tidak boleh pergi, tapi sekarang diusir. Tidak adil!" Josh mendumel dan terdengar oleh keduanya.
"Hei, Josh gajimu dipotong 10%" ucap Dean
"Why?" tanya Josh
"Kamu sudah mengkritik Bosmu yang tamvan dan baik hati ini. Get out Josh aku mau bicara berdua dengan Alex." ucap Dean
"Baik Tuan, saya permisi." ucap Josh kembali ke mode asisten yang baik.
Apa yang Josh lakukan, membuat Alex tersenyum.
"Stop it! Don't smile!" ucap Dean
"I'm sorry...Ehm, maaf Tuan apa hal penting yang akan anda bicarakan?" tanya Alex
"Begini, akhir pekan ini ada undangan Acara Anniversary dari Pemilik perusahan terbesar di Korea." ucap Dean
"Apa, Korea? Kita akan pergi ke Korea?" tanya Alex
"Tidak, Mereka sedang berlibur di London, jadi mengadakan acara di sini dan mengundang para petinggi perusahaan di London." ucap Dean
"Oh, saya kira kita akan pergi ke Korea." ucap Alex terlihat kecewa.
"Memangnya kenapa? Kamu sangat ingin pergi ke Korea?" tanya Dean
"Tidak Tuan, hanya bertanya." jawab Alex
"Okey, nanti akan aku kirim pakaian pesta dari butik ke apartemen. Aku memberitahukan sekarang agar kamu kosongkan jadwal di akhir pekan nanti." ucap Dean
"Baik Tuan akan saya Schedule kan. Saya permisi." Ucap Alex, berdiri dan membawa laporan yang ditugaskan.
"Pria yang mengantarmu tadi, apakah pacarmu?" tanya Dean sebelum Alex sempat keluar
"Bukan Tuan, but who knows?" jawab Alex sambil tersenyum jumawa
"****, kenapa jawabannya membuat mood ku turun. Akh.. Kalau begini aku harus menaikkan mood ku dulu. Sudah lama juga tidak membuka aplikasi games." Gumam Dean
Alex terus berkutat dengan pekerjaannya tanpa terasa, sudah waktunya jam makan siang. Tiba-tiba ada yang mengetuk mejanya.
"Ayo kita makan siang!" ucap pria yang ada di depannya.
"Okey, sebentar." jawabnya
Mereka pun pergi ke Kafetaria yang ada di dalam perusahaan untuk makan siang, karena jam makan siang kafetaria itu dalam keadaan penuh. Alex memesan Makanan berbahan dasar Mie dan salad dengan minuman Orange Squash, sedangkan Josh memesan Makanan yang lebih padat, Mash Potato beef dan Kopi.
Dean keluar dari ruangannya untuk mengajak Alex makan siang di luar, tapi dia tidak melihat sekretaris nya itu di meja nya. Karena asyik main games dia tidak melihat saat Alex pergi.
"Kemana dia pergi?" Dean pergi ke ruangan Josh, namun sama tidak melihat batang hidung dari asistennya itu.
Dean berinisiatif menelepon Alex, namun suara handphone nya terdengar di mejanya, yang artinya dia tidak membawa handphone.
Dean pin mencoba menelepon Asistennya dan terdengar suara Josh di telepon.
"Di mana?" tanya Dean to the point
"Caffe" jawab Josh
"What are you doing?" tanya Dean lagi
"Tidur." jawab Josh
"Hei, i'm serious." ucap dean
"Ya makan lah Bos, masa kamu menanyakan apa yang kulakukan di Kafetaria." jawab Josh dengan berapi-api
"Kamu lihat Alex?" tanya Dean lagi
"Ya aku melihatnya." Jawab Josh
"Di mana dia?" tanya Dean lagi
"Di depanku." jawab Josh
"Jadi kamu mengajak dia makan di kafetaria tanpa seijin ku?" tanya Dean dengan berapi-api.
"Hei, memangnya Alex ini anak mu? Masa aku harus ijin dulu mengajaknya makan siang?" balas Josh berapi-api.
Dean dan Josh berteman sejak kecil, Josh dan keluarga tinggal di mansion Anderson, ayahnya menjadi asisten Michael Anderson dan ibunya menjadi kepala koki, jadi kedekatan mereka membuat mereka sudah biasa berdebat seperti ini.
Dean bergegas menuju kafetaria, sesampainya di kafetaria Dean mencari keberadaan mereka berdua. Kedatangan Alex membuat hampir semua karyawan yang sedang makan siang tersedak bersamaan. Mereka berdiri dan memberi hormat. Dan kedatangannya membuat semua karyawan heran, karena baru kali ini CEO nya datang ke kafetaria.
"Silakan dilanjutkan makan kalian." ucap Dean kepada semua karyawan yang memberikan hormat.
Setelah menemukan Alex dan Josh, Dean langsung duduk di samping Alex. Dia langsung merebut makanan Josh dan juga mengambil makanan Alex dengan garpu yang tadi direbut dari Josh.
"Ya Tuhan, CEO absurd ini. Lapar, bilang Bos. Jangan mengambil makanan orang." ucap Josh karena belum juga dia sempat memasukan makanannya, Dean sudah langsung mengambilnya. Terpaksalah dia memesan ulang dan menunggu.
"Jika saya terlambat ke atas, itu karena anda ya Tuan Dean Anderson yang paling berkuasa." ucap Josh
"Hahaha. Okey Josh, makanan ini aku yang bayar." ucap Dean
"Nah begitu dong, itu baru bosque." ucap Josh
Alex hanya bisa tersenyum dan makan dengan tenang, tidak mau ikut-ikutan dengan perdebatan antara dua lelaki tampan yang ada di dekatnya. Sebetulnya Alex sadar, semua mata di kafetaria ini melihat ke arahnya. Bagaimana tidak, dia bersama orang paling berkuasa di perusahaan ini. Namun dia tidak mau ambil pusing. Yang penting dia tidak melakukan hal yang aneh-aneh.
...****************...