Menikahi Calon Ipar

Karena merasa sangat penasaran, sepulang kuliah Huda mampir ke sebuah apotik untuk membeli tes kehamilan. Itu semua adalah saran dari Mail. Namun, setelah sampai di depan apotik, Huda maju mundur untuk untuk masuk karena merasa malu untuk menyebutkan apa hendak dibelinya.

"Ada yang bisa dibantu, Mas?" Tiba-tiba suara seorang penjaga apotik bertanya pada Huda yang ragu-ragu saat ingin masuk.

Mata Huda menangkap sosok wanita yang sedang bertanya padanya. Saat dilihat dan diamati dengan jelas, wanita itu hampir seusia ibunya. Dengan cepat Huda pun langsung menghampirinya.

"Ah ini Buk .... " Huda menjeda ucapnya karena tidak lupa akan nama barang yang akan dibelinya.

Aduh ... kok gue lupa sih? Tadi Mail bilang tes apa ya? Tes urine, bukan sih? Huda masih bermonolog dalam hati.

"Mas," panggil penjaga apotik.

"Ah iya, Buk. Saya mau beli tes kehamilan," ucap Huda pelan karena merasa malu.

"Oh tespek."

Seketika Huda menutup wajahnya karena benar-benar merasa malu, terlebih dua orang wanita yang ada di dekat Huda langsung menatap Huda dengan tatapan sinis. Bahkan kedua saling berbisik untuk mencibir Huda.

"Duh ... pergaulan anak jaman sekarang masih pacaran mainnya udah kayak pasangan suami-istri. Gak takut dosa apa?"

"Iya. Terus entar kalau beneran hamil tuh ceweknya ujungnya suruh gugurin, kalau gak di gugurin pas lahir langsung di buang. Naudzubillahimindzalik."

Telinga Huda yang masih taj bisa menangkap dengan jelas apa yang sedang di ghibah dua wanita yang ada disampingnya.

Sialan tuh cewek. Mereka pikir gue main sama siapa. Gue mainnya sama istri gue, be*go! Gue sumpahin lo berdua segera dibuntingin pacar kalian biar mapvus! batin Huda dengan rasa kesalnya.

"Mau yang merek apa, Mas? Yang murah atau yang mahal?" tanya penjaga apotek yang membuyarkan lamunan Huda.

"Yang mahal yang paling akurat, Buk."

"Berapa biji?"

Sejenak Huda terdiam untuk berpikir. Dan pada akhirnya Huda pun membeli 1 pack tespek yang direkomendasikan sangat akurat. Padahal semua tespek itu akurat, hanya saja bentuknya berbeda.

Sontak kedua wanita yang ada di samping Huda hanya bisa menautkan alis mereka berdua saat mendengar Huda membeli 1 pack.

"Astaga ... yang benar aja tuh anak beli 1 pack, baut apa coba?"

"Ah, biarin ajalah. Model cowok layak gitu modelan playboy. Udah yuk, cabut!"

Huda hanya bisa mengepalkan tangannya di udara saat dua orang wanita itu melewati dirinya. "Gila, cantik sih cantik. Tapi sayangnya tukang ghibah. Dah kayak emak-emak kompleks aja. Untung aja Mbak Husna gak modelan kayak gitu"

***

Hampir lima belas menit Huda mengemukakan mobil dan kini dia telah sampai di rumah sewanya. Dengan cepat Huda langsung keluar dari mobil sambil menenteng dua kantong plastik yang berisi rujak dan tespek.

"Assalamualaikum. Mbak Husna, aku pulang," teriak Huda yang langsung nyelonong masuk kedalam rumah karena tidak sabar untuk melihat istrinya.

Sesampainya didalam, Huda langsung menutup rapat mulutnya serta bola mata yang mendelik dengan lebar. Bagaimana tidak, ternyata saat ada beberapa pasangan mata yang tengah tertuju padanya.

Ya, saat ini di rumahnya ada bu RT dan anggota PKK lainnya yang sedang berkumpul di rumahnya.

"Walaikumsalam." Husna menjawab salam Huda, tetapi tidak langsung menghampiri seperti hari-hari biasanya.

"Hud, kamu kamu beli kan apa yang aku pesan tadi?" tanya Husna.

"Iya, aku beli Mbak. Ini!" Huda menunjukkan kantong plastik yang ada di tangannya.

"Ya udah, simpan aja dulu di kulkas. Oh iya, abis ini kamu mandi terus sholat!"

Layaknya seorang anak, Huda hanya mengangguk pelan dan mengiyakan ucapan Husna.

Setelah Huda berlalu bu RT merasa sangat terkejut dengan suami Husna yang ternyata masih berondong.

"Wah ... ternyata suami kamu masih berondong ya, Hus. Musti harus sabar untuk membimbingnya," celetuk bu RT dengan bibir tersenyum.

"Kamu menang banyak dong Hus, bisa mendapatkan berondong seperti itu. Masih seger dan masih aktif-akiffnya. Pantas aja si Husna jarang keluar lah mainannya aja berondong," timpal salah satu ibu-ibu PKK yang ada duduk disamping Husna.

Husna hanya tersipu malu. Meskipun merasa tabu, tetapi Husna mengerti akan ucapan bu Rt dan juga yang lainnya. Namun, sayangnya tebakan mereka salah. Husna adalah wanita polos, bahkan meksipun Huda masih berondong, tetapi Huda lah yang mengambil kendali dalam hubungan mereka berdua.

...****...