Ayra yang cerdas, pemberani dan sekaligus pembangkang, ingin sekali menentang wasiat ayahnya yang bertujuan menjodohkannya dengan putra sahabat baiknya, tapi berhubung orang yang meminta nya adalah sang ayah yang sudah sekarat, Arya tidak bisa menolak.
Sial, di hari pernikahannya, calon mempelai pria justru kabur meninggalkannya, hingga terpaksa digantikan oleh calon adik iparnya, yang bengis, dingin dan tidak punya hati.
Seolah belum cukup menderita, Ayra harus tinggal satu atap dengan mertuanya yang jahat jelmaan monster, yang terus menyiksa dirinya, membuatnya menderita, tapi di depan orang lain akan bersikap lembut pada Ayra agar tetap dianggap mertua baik. Hingga suatu hari, sang mertua yang memang tidak menyukai keberadaan Ayra, mengingat kalau gadis itu adalah putri dari mantan suaminya, meminta putranya untuk menikah dengan wanita lain yang tidak lain adalah mantan kekasih putranya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon R.angela, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Suami Pencemburu
"Kenapa lama sekali? Apa semua piring di dapur itu kau cuci?" tanya Dewa mondar-mandir. Tidak mungkin setiap malam sehabis makan malam dia harus mengkhawatirkan Ayra, apa dia bertemu dengan Egi di bawah atau tidak.
"Tadi habis ngobrol sama Om Dito," jawab Ayra, dia heran mengapa Dewa selalu menunggunya setiap mereka selesai makan malam. Sedikit saja lebih lama naik ke kamar, pasti ngomel.
"Ngomongin apa lagi?" Dewa pasti sudah gila, Ayra bicara pada ayahnya saja dia bisa cemburu begitu.
Dia sendiri gak tahu apa yang terjadi padanya, mengapa jadi posesif pada Ayra. Dewa menatap Ayra, mengapa dia selalu ingin gadis itu selalu di dekatnya.
"Itu, hari Minggu, aku mau izin pergi sama Kamsamida," jawab Ayra. Dia ingat perkataan Dito untuk minta izin pada Dewa, tapi kenapa dia jadi gugup. Padahal saat mereka musuhan dulu, mau ngomong aja gampang, dak ada beban kayak gini.
"Kamsamida?"
"Teman kursus ku," jawab Ayra mengambil tempat di sisi ranjang, sementara Dewa masih saja berdiri di tengah ruangan.
"Oh. Memangnya mau kemana?"
"Mau melamar pekerjaan di toko roti tempat kakak sepupu Kamsamida bekerja. Aku mau cari kerja sampingan," jawab Ayra masih memperhatikan wajah Dewa. Lagi-lagi terkagum melihat ketampanan Dewa.
"Kenapa cari kerja? Kan lagi kursus? Memangnya udah selesai?" Tampak nada keberatan dari nada suara Dewa.
"Aku kan sudah pernah bilang ingin membangun usahaku sendiri dengan duit sendiri yang aku hasilkan, jadi aku perlu mencari pekerjaan dari sekarang, mengumpulkan uang, dan suatu hari bisa bangun usaha," ucapnya berharap Dewa bisa memahami niat tulusnya.
Dewa diam, bergeming mengamati wajah Ayra.
"Aku... boleh ya, pergi hari minggu. Kata Om aku harus minta izin padamu, selaku suami," ucap Ayra, namun sedikit pelan pada kata suami. Lidahnya terasa kaku menyebut kata itu.
Dewa merasa tersentuh akan nasehat ayahnya. Ada rasa bangga karena kini Ayra mengakui dirinya sebagai suami.
Dia pasti akan menolak, tapi melihat wajah Ayra yang begitu berharap mendapat izinnya, membuta Dewa tidak enak hati untuk melarang.
"Apa kau benar-benar ingin pergi?" tanya Dewa acuh. Ayra mengangguk cepat sembari memberi tatapan memelas.
"Pergilah," ucapnya berjalan ke ranjang, lalu tidur di tempat nya.
"Terima kasih," ucap Ayra pelan sembari menghadap ke punggung Dewa.
***
Ayra begitu bersemangat pergi ke toko roti itu. Semalam sebelum berangkat, dia sudah melatih dirinya untuk sesi wawancara.
"Gimana kalau kita gak diterima?" tanya Kamsa merasa gugup.
"Yakin aja dulu," jawab Ayra menyemangati sahabatnya itu.
Setengah jam menunggu, akhirnya mereka diminta masuk. Keduanya tampak gembira, tapi pada saat keluar dari ruangan itu wajah keduanya berubah sendu.
"Udah, Ay jangan sedih. Mungkin memang belum rejeki kita," ucap Kamsa menguatkan, berganti peran dengan Ayra.
"Tapi bukannya kemarin kakak sepupu mu masih bilang kosong?" tanya Ayra ikut duduk di bangku semen yang ada di luar toko roti itu.
"Memang, makanya aku juga heran kenapa hari ini jadi berubah," jawab Kamsa juga tidak mengerti.
Dengan perasaan kecewa, Ayra pulang. Semangat yang dia bawa tadi seketika menguap. Ternyata sangat sulit mendapatkan pekerjaan di kota ini.
***
Ayra tiba di rumah dengan wajah lesu, langsung menuju dapur, membuka kulkas lalu mengambil air putih, membawa kemeja dan duduk menikmati kesegaran yang ditawarkan air itu. Membersihkan kerongkongannya yang terasa tercekat.
"Kau sudah pulang?" tanya Dewa menemui Ayra yang duduk di meja makan.
Basa basi ala Dewa, padahal sejak tadi dia memantau Ayra lewat orang suruhannya yang menyuruh mengikuti Ayra. Bahkan gagalnya Ayra diterima bekerja di toko roti itu juga karena campur tangan Dewa.
salah kamar thor 🥰🥰🥰🥰
sebenarnya semua terjadi karena kurang ilmu agama menurutku.
ayra terlalu larut dg masa lalunya
dan Egi ...TDK berterus terang.
terjadilah peristiwa itu....
mungkin jodoh ay Ra sama dewa dan Egi dgn Fina.
keadaan lah yg membuatnya seperti itu.
terimakasih akibatnya
tanyakan pada dirimu ayra......
mungkin ini jodohmu.
terimakasih atas tidak terima
harus nurut PD suami.
kecuali kdrt.
4 bukan waktu yg sebentar BG seorang laki laki.
kalau dia selingkuh itu wajar
istrinya terlalu terjebak masa lalu.
kurang suka dg ayra karakternya.
jangan egois ayra ....
jalani aja biar waktu yg bicara
cinta TDK harus memiliki.
kalau bersama dewa ,Maya TDK menyukainya...
nanti timbul lagi masalah baru.
kalau dgn Egi...cinta Egi seluas samudra,ditonta baik.
kalau menurutku..
lebih baik dicintai....daripada mencintai...
kalau dapat dua duanya.
mencintai dan dicintai.
Krn ayra tidak mencintainya