"Ren kamu kirim gadis itu jauh dari negara ini," ucap Devano dengan wajah tanpa ekspresi itu saat bicara.
"Gadis yang mana tuan dan apa kesalahannya?" bertanya dengan penuh tanda tanya, karena belum paham atas ucapan tuannya.
"Gadis yang ada di sebelah mobil ini, karena dia membawa penyakit yang menular," melirik sekilas lalu merasakan kembali penyakit itu lagi.
"Penyakit menular apa tuan?" belum paham maksud perkataan tuannya ini.
"Saat aku melihat kearah dia, jantung ku bekerja dua kali lipat dari biasanya. Bahaya sekali penyakit itu, cepat kamu kirim dia jauh dari negara ini,"
Dalam hati Ren " itu bukan penyakit tuan muda tapi anda jatuh cinta namanya, selamat datang di dunia baru menurut anda tuan muda dan selamat menikmati. jika saya menuruti ucapan anda lalu saya sendiri yang akan susah saat anda tau apa arti debaran jantung itu".
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miss el, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Apa Yang Diharapkan?.
"Bagaimana sayang magang nya?"
Sekarang Rindu bersama kedua orang tua dan abangnya Kenzo berada di ruangan keluarga.
Mereka berkumpul setelah melaksanakan makan malam.
Dan jika tidak lagi sibuk dengan kegiatan masing-masing maka mereka lebih memilih menghabiskan waktu bersama sebelum tidur beristirahat.
"Semuanya lancar kok pa,"
Rindu merasa selama ini dia tidak ada mengalami kendala selama magang dan hanya masalah kecil tentang bosnya yang menghalangi ruang geraknya.
Tapi begitu bukanlah suatu masalah yang besar.
"Apakah selama magang di sana tidak ada seseorang yang disukai?"
Karena sang papa penasaran sebab di usia anak gadisnya yang sekarang belum pernah dia melihat atau mendengar kabar anaknya dekat dengan laki-laki lain apalagi menjalin suatu hubungan, bukan hubungan pertemanan.
"Papa apaan sih, rindu di sana itu untuk mencari pengalaman dan juga nilai bukan mau mencari pasangan. Lagian anak gadis papa yang cantik dan mempesona ini pasti banyak yang menyukainya,"
Rindu mengibaskan rambut sepunggungnya seperti orang lagi tebar pesona atau lebih tepat orang yang lagi memperagakan iklan shampo.
"Bocil ini kan disukai oleh bosnya pa,"
Karena Kenzo sudah mendengar langsung dari cerita Rindu bahwa bos perusahaan tempat adiknya magang ini menaruh hati kepada Rindu.
"Yang bener kamu Bang?"
Semangat sang papa karena ini merupakan suatu berita yang besar sebab seorang bos besar perusahaan nomor satu di kota ini menyukai anak gadisnya.
Tapi berita gembira ini bukan suatu lotre yang sedang dimenangkan oleh anaknya apalagi berniat untuk memanfaatkan situasi yang ada.
Karena mereka bukanlah keluarga pergilah harta yang apa-apa selalu mengaitkan tentang kerjasama perusahaan apalagi sampai melakukan pernikahan bisnis.
"Bohong itu pa,"
Elak Rindu yang tidak ingin sang abang melanjutkan ceritanya.
Bagi Rindu itu bukanlah hal yang penting.
"Benar pa, bahkan nih bocil bisa membuat boa besar berdebar-debar,"
Rindu memberengut kesal karena Kenzo membuka cerita yang tidak ingin dia ingat itu lagi.
Waktu itu dia sengaja bercerita agar abangnya itu tidak salah paham apalagi salah mengartikan dengan tindakan Devano ia melarang dia dekat dengan laki-laki lain.
Karena tindakan dan ucapan Devano seperti seorang kekasih yang tidak ingin gadisnya didekati orang lain.
"Mana ada seperti itu,"
Kesel Rindu yang tidak ingin mengingat hal itu lagi karena itu merupakan pengalaman yang tidak ingin Rindu ingat sampai kapanpun.
"Loh bukannya kamu sendiri yang cerita seperti itu dek? Bahkan dia melarang mu dekat dengan laki-laki lain. Posesif sekali kan pa,"
Kenzo tergelak dengan ucapannya sendiri sebab dia tidak menceritakan secara keseluruhan kenapa Devano melarang Rindu berdekatan dengan laki-laki lain.
"Bukannya itu yang di sebut jatuh cinta,"
Tambah Kenzo hingga tawa laki-laki tampan itu membahana memenuhi ruangan keluarga mereka.
"Nggak gitu bang,"
Saking kesalnya Rindu kepada Kenzo dia melemparkan bantal sofa hingga mendarat di wajah Kenzo lalu tawa laki-laki itu terhenti seketika.
"Jadi,"
Sang Mama yang sejak tadi terdiam kini penasaran seperti apa kisah anaknya dengan pemimpin perusahaan terbesar itu.
Karena rumor yang mereka dengar selama ini Devano tidak pernah dekat dengan perempuan manapun dan saat mengetahui jika Rindu bisa membuat Devano menyukai anaknya maka ini merupakan suatu berita yang besar.
"Jadi seperti ini pa, ma,"
Rindu menceritakan dari awal hingga akhir bagaimana sifat Devano kepadanya serta membatasi ruang gerak Rindu dan kini mereka menjaga jarak sebab Devano yang tidak mau mengakui perasaannya terhadap Rindu dan Rindu yang tidak mau dikekang tanpa alasan yang jelas.
"Masa iya cantik-cantik gini dibilang penyakitan,"
Selama bercerita ekspresi wajah Rindu berubah-ubah karena jika mengingat itu dia tetap kesal.
Dia bukannya kepedean tapi jika Devano berbicara baik-baik dan mau mengakui perasaan yang dimiliki maka akan beda lagi ceritanya.
"Mungkin suatu hari nanti dia akan menyadari sendiri,"
Karena tidak semua orang akan pintar dalam hal percintaan dan akan cepat memahami seperti apa tentang cinta pandangan pertama.
"Apakah saat dia menyadari perasaannya kepada adek, maka adek akan menerima dia?"
Karena tidak menutup kemungkinan jika hari ini Devano masih mengelak tapi tidak dengan hari berikutnya.
Sebab tuhan untuk membalikkan perasaan umatnya sangatlah mudah semudah kedipan mata.
"Adek ngga tau,"
Karena yang dirasakan selama ini hanya perasaan kesal yang selalu ada di hati Rindu kepada Devano.
Tapi dia bukan perempuan munafik yang tidak memiliki ketertarikan apalagi Devano merupakan calon suami idaman semua perempuan, pokoknya paket komplit.
\=\=\=\=\=
"Kapan kamu akan memperkenalkan Bunda dengan calon menantu Bunda?"
Devano yang sedang mengunyah kue menghentikan gerakan mulutnya lalu menatap bundanya dengan tetapan lembut lalu berkata.
"Kalau sudah waktunya sebelum Bunda minta aku sudah membawa dia ke sini,"
Ucap Devano setelah menelan kue dalam mulutnya.
'siapa yang mau dikenalkan? Memiliki pasangan saja tidak. Bunda selalu itu yang dibahas kayak aku sudah seperti perjaka tua saja'
Padahal umurnya belum kepala tiga tapi bundanya sudah berkoar-koar ingin segera memiliki menantu dari dirinya.
Devano merasa masih terlalu muda untuk menikah dan Bunda Devano merasa anaknya sudah pantas untuk segera membina rumah tangga.
Sangat bertolak belakang pemikiran mereka.
"Memangnya kamu sudah memiliki kandidat yang akan dijadikan calon istri?"
Devano terbatuk padahal tidak lagi mengunyah kue.
Pertanyaan ayahnya itu seperti ditampar oleh kenyataan, sebab jika ingin mengenakan calon menantu maka harus memiliki kandidat yang pas sesuai kriteria.
"Ayah menyindir?"
Walaupun berkata lembut tetap saja nada sinis di dalamnya tidak bisa disembunyikan.
"Yang menyindir kamu itu siapa? Ayah hanya bertanya memangnya kamu sudah memiliki kandidat yang pas untuk dijadikan calon istri?"
Karena tidak mungkin kan membawa patung manekin untuk dikenalkan kepada kedua orang tuanya.
Karena Devano masih waras kan?.
"Nanti cari di jalan yah siapa tahu ada ketemu,"
Ren yang sejak tadi terdiam kini tertawa mendengar ucapan sahabatnya itu.
Yang benar saja mana ada calon istri dapat di jalan memangnya calon istri itu seperti botol bekas.
"Gini nih Bun akibatnya terlalu lama jomblo,"
Devano mengabaikan ucapan sahabatnya itu sebab apa yang diucapkan itulah kenyataannya.
Padahal jika Devano mau banyak perempuan di luar sana yang ingin menjadi pasangan Devano dari berbagai kalangan tapi tidak ada yang bisa menarik perhatian.
Sekalipun yang ada menarik perhatian justru Devano menganggap gadis itu memiliki penyakit yang mematikan yang sudah ditularkan kepadanya bahkan Devano tidak bisa membedakan debaran jantung sendiri.
"Kenapa kamu tidak mau mencoba dengan sekretaris pembantu di perusahaan?"
Mendengar pertanyaan itu Devano mendengus kesal sebab dalam hatinya sudah berjanji tidak akan pernah mendekati Rindu lagi karena tidak baik untuk kesehatan jantungnya.
"Aku nggak mau dekat dengan gadis penyakitan seperti dia,"
Setelah mengucapkan kalimat itu Devano bangkit dari duduknya lalu berjalan menuju ke lantai dua tempat kamarnya berada.
Jika dia terus berlama-lama berkumpul maka pembahasan akad kesenangan lagi dan Devano tidak ingin mendengar sebab jika membahas tentang Rindu maka detak jantungnya akan bekerja dua kali lipat.
"Seperti nggak ada gadis aja di muka bumi ini, gadis di muka bumi ini berserakan dan hanya tinggal pilih saja,'
Devano terus melanjutkan langkahnya menuju kamar dan saat sudah masuk dia tidak lupa mengunci pintunya.
Walaupun dia begitu tapi tetap saja hatinya sudah mentok kepada Rindu dan tidak bisa diganggu gugat lagi.
Sekuat apapun Devano menolak maka sekuat itu juga debaran jantungnya yang terus menggila setiap saat mengingat atau menyebut nama Rindu.
Keesokan harinya.
"Aku berangkat dulu yah bun,"
Devano setelah menyelesaikan sarapannya berpamitan kepada ayah dan bundanya.
"Jangan terlalu fokus bekerja tapi sempatkan juga mencari calon istri,"
Walaupun tahu anaknya bakalan kesal juga sudah membahas tentang calon istri tapi apa salahnya terus berkata siapa tahu lambat laun Devano tergerak hatinya untuk mencari pendamping hidup.
"Semoga keinginan Bunda segera terkabul,"
Setelah itu Devano benar-benar pergi dari ruang makan dan menuju garasi untuk mengambil mobilnya.
Di belakang Ren sudah mengikuti dan kedua mobil mewah itu keluar secara beriringan menuju perusahaan Devano.
"Selalu itu yang dibahas seperti tidak ada bahan obrolan lain saja,"
Tidak membutuhkan waktu lama Devano sudah sampai di perusahaannya dan memasuki topi dengan berjalan kaki serta mengabaikan tatapan memuja karyawan perempuan.
"Selamat pagi tuan muda Devano,"
Kaisar membungkuk hormat menyapa Devano dan diikuti dengan Rindu di sebelahnya.
Walaupun gadis itu berkata menjaga jarak kepada Devano tapi jika berada di perusahaan dia tetap menghargai Devano sebagai atasannya.
Devano hanya membalas dengan anggukan kepala lalu memasuki ruangannya sebab jika terlalu lama berdiri di sana maka bisa dipastikan debaran jantungnya akan didengar oleh kedua orang itu
Tok..
Tok...
"Masuk,"
Kaisar memasuki ruangan Devano sambil membawa setumpuk map hasil kerjaan mereka yang harus segera diperiksa Devano dan juga ada bahan meeting yang akan mereka gunakan nanti.
"Ini ada beberapa berkas harus termurah tandatangani dan ini bahan meeting nanti,"
"Kenapa kamu terus yang mengantarkan berkas ini?"
Tanpa sadar Devano bertanya demikian, padahal.
"Lalu tuan muda berharap siapa yang mengantarkan? Bukannya hanya saya ataupun asisten Ren yang boleh memasuki ruangan ini,"
Kaisar menjelaskan bahwa Devano sendiri yang melarang orang lain untuk memasuki ruangannya dan jika adapun yang memiliki kepentingan maka Devano minta dititipkan saja di meja sekretarisnya.
"Kalau begitu saya permisi tuan muda,"
Kaisar keluar dari sana tanpa menunggu tanggapan dari Devano sebab dia sudah bisa menebak apa yang sedang dipikirkan oleh atasannya itu.
Tanpa Devano sadari bahwa dia sangat mengharapkan jika Rindu yang akan memasuki ruangannya seperti dulu tapi semua itu tidak akan pernah terjadi lagi.
"Apa yang lo harapkan Devano? ingat lo nggak boleh dekat-dekat sama dia sebab nggak baik untuk kinerja jantung lo,"
Devano melanjutkan kerjaannya memeriksa berkas-berkas yang diantarkan oleh Kaisar barusan dan juga memeriksa bahan meeting sebelum dia gunakan nanti sebab untuk kali ini merupakan kliennya yang berasal dari luar negeri.
Devano tidak ingin ada kesalahan dan berakhir dengan pembatalan kerjasama yang sudah lama dia impikan.
\=\=\=\=\=
Bersambung 😘