NovelToon NovelToon
TUMBAL

TUMBAL

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Misteri / Rumahhantu / Tumbal
Popularitas:4.5k
Nilai: 5
Nama Author: Its Zahra CHAN Gacha

Prayitno, seorang pria miskin yang nekat merantau ke kota besar demi mencari ibunya yang hilang, justru terperangkap dalam kehidupan penuh penderitaan dan kesuraman. Setelah diusir dari kontrakan, ia dan keluarganya tinggal di rumah mewah milik Nyonya Suryati, yang ternyata menyimpan rahasia kelam. Teror mistis dan kematian tragis menghantui mereka, mengungkap sisi gelap pesugihan yang menuntut tumbal darah.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Its Zahra CHAN Gacha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Taman Kota Berdarah

Langkah Aryo menggema di dalam rumah besar itu. Setiap injakan kakinya seperti membangunkan kenangan dan kesedihan yang terperangkap di dinding-dinding tua.

Kesedihan para tumbal yang terperangkap dalam rumah itu.

Rumah itu masih seperti dulu, kusam, berdebu, dan dingin meski tidak ada angin. Tapi yang paling mencekam adalah keheningan.

Keheningan yang nyaris terasa seperti napas tertahan. Tatapan mata-mata makhluk yang tak kasat mata menambah suasana semakin mencekam.

Di belakang Aryo, Kyai Budi dan kedua santri memasuki ruangan dengan hati-hati. Mereka menaburkan garam dan menyalakan dupa hitam yang mengeluarkan asap tebal, menyebar dalam pola melingkar di sekitar ruangan utama.

"Jangan lepaskan jimatmu, Le," bisik Kyai Budi.

Danang mengangguk. Jemarinya memegang erat benda kecil di lehernya. Jimat dari rambut ibunya dan secarik kain kafan yang dulu membungkus tubuh Prayitno. Ini bukan sekadar benda, ini adalah lambang ikatan dan kekuatan dari cinta dan pengorbanan.

Langkah mereka membawa mereka ke lorong belakang, menuju sumur tua yang dulu menjadi sumber semua teror. Tapi sebelum mereka sampai, suara tangisan tiba-tiba menggema.

"Uuuuuuh… aaaaah… tolooong…"

Aryo berhenti. Ia mengenal suara itu.

"Rika?" bisiknya.

Ia masih ingat suara gadis itu saat bertamu ke rumahnya. Ia yakin itu suara Rika. Gadis itu terperangkap di rumah tua itu. Saat ia hendak memberitahu Kyai Budi, seketika asap dupa berubah menjadi hijau pucat. Salah satu santri terhuyung, lalu ambruk ke lantai sambil menggeliat. Matanya terbuka lebar, tapi pandangannya kosong.

"Dia kerasukan!" seru Kyai Budi.

Aryo mendekat, tapi Kyai Budi menahannya.

"Jangan! Itu bukan suara Rika. Itu jebakan."

Namun Aryo tetap melangkah. Dalam hatinya, ia yakin Rika masih hidup. Bukan dalam artian tubuhnya, tapi jiwanya. Ia yakin gadis itu terperangkap antara dunia manusia dan gaib.

Saat Aryo menyentuh dinding lorong, tiba-tiba semuanya berubah. Dinding-dinding memudar, dan ia berdiri di tengah sebuah ruangan asing. Cahaya redup menyinari wajah-wajah perempuan. Ada tujuh di antaranya. Mereka duduk melingkar, dengan mata hitam kosong dan darah menetes dari bibir mereka.

"Nenek…" lirih Aryo saat mengenali satu di antara mereka.

Itu Ningsih, ibunya Prayitno atau nenek Aryo, yang dulu menghilang dan menjadi salah satu tumbal. Kini mereka semua adalah bagian dari rumah ini. Roh yang tak tenang, korban dari kekejaman dan keserakahan manusia.

"Kenapa kalian memanggilku?" tanya Aryo dengan suara gemetar.

Salah satu roh menjawab dengan suara bergema, "Karena hanya darahmu… yang bisa menghapus jejak kami."

Tiba-tiba sumur tua muncul di tengah ruangan. Lubangnya hitam dan dalam, dan dari sana muncul wajah yang tidak asing. Wajah Prayitno.

"Ayah…" seru Aryo

Prayitno tersenyum. Namun senyum itu bukan milik ayahnya. Matanya kosong, kulitnya pucat, dan tubuhnya diselimuti kabut hitam.

"Dia bukan ayahmu lagi," kata roh lain.

"Ia telah menjadi Penjaga Gerbang."

Aryo mundur perlahan. Hatinya retak. Namun Kyai Budi tiba-tiba muncul, menembus batas antara dunia nyata dan gaib, sambil membawa kendi air doa dan sebuah keris kecil yang terbungkus kain putih.

"Inilah saatnya, Aryo! Kau harus memilih. Terima warisan kutukan ini… atau hapus semuanya dengan pengorbanan."

"Apa maksudnya?" tanya Aryo

"Untuk menutup gerbang dan membebaskan semua roh, satu jiwa harus menjadi penutup. Tapi jiwa itu harus keturunan darah, harus kamu, Aryo."

Aryo menunduk. Ia menatap lubang sumur, lalu melihat wajah-wajah korban yang telah menderita begitu lama.

"Kalian ingin bebas?"

Mereka mengangguk perlahan.

Danang menatap Kyai Budi. "Lakukan."

Kyai Budi terkejut. "Aryo, apa kamu yakin, kamu masih muda… hidupmu belum…"

"Tapi aku tak mau hidup kalau harus menanggung kutukan. Biarkan ini berakhir di sini." jawab Aryo

Dengan langkah pasti, Aryo berdiri di tepi sumur. Ia memejamkan mata, lalu menjatuhkan jimat ke dalam. Kilat menyambar, dan rumah itu bergetar. Teriakan roh-roh terdengar seperti angin topan. Lalu… senyap.

Aryo membuka mata. Ia masih berdiri. Sumur itu tertutup oleh tanah yang merekah dari lantai. Wajah-wajah roh memudar satu demi satu. Dan suara terakhir yang ia dengar adalah suara ayahnya, Prayitno.

"Maafkan ayah, Le. Kamu sudah menyelamatkan kami semua…"

Tubuh Aryo ambruk.

**

Selama tiga hari Aryo tak sadarkan diri.

Ketika ia terbangun, ia sudah berada di padepokan Kyai Budi. Di sekelilingnya, para santri membaca doa. Nurul memeluknya sambil menangis, namun kali ini bukan tangis kehilangan… tapi haru dan syukur.

Aryo selamat. Rumah itu kini hanyalah bangunan kosong. Tidak ada lagi sumur. Tidak ada suara nyanyian lirih. Tidak ada roh yang menangis. Hanya puing-puing dan kenangan yang tertinggal.

Tapi sesuatu di hati Aryo tetap merasa terhubung. Seperti ada bagian dari jiwanya yang masih tertinggal di sana.

**

Beberapa bulan kemudian, rumah tua itu dibongkar. Pemerintah desa memutuskan untuk membuat taman doa di tempatnya. Di bawah sebatang pohon beringin, batu nisan kecil diletakkan, tanpa nama. Hanya satu kalimat terukir:

"Untuk mereka yang di tumbalkan, semoga damai menyertai kalian."

Dan di bawahnya, bunga kamboja putih mekar… pertama kalinya setelah dua puluh tahun.

Saat matahari terbenam pada hari itu, Nurul dan Aryo kembali menatap tempat di mana semua penderitaan pernah terjadi. Angin berhembus lembut, membawa aroma tanah basah dan dupa.

"Apa kamu merasa tenang sekarang?" tanya Nurul lirih.

Aryo mengangguk. "Tidak sepenuhnya… tapi aku tahu, mereka sudah tenang." jawabnya singkat

Lalu mereka berjalan perlahan meninggalkan taman doa, menuju masa depan yang bebas dari bayang-bayang masa lalu.

**

Pagi itu langit tampak lebih cerah dari biasanya. Seolah-olah alam menyambut kehadiran hari baru dengan kelegaan yang dalam. Di lokasi bekas rumah tua milik Nyonya Suryati, kini berdiri taman kota yang baru saja diresmikan oleh pemerintah daerah. Tanaman bunga ditata rapi, jalur pejalan kaki berkelok di antara pohon-pohon rindang, dan suara tawa anak-anak yang bermain menggema di antara kicauan burung.

Namun, di balik keindahan yang tampak, ada sesuatu yang tidak beres. Aryo kembali mengunjungi taman itu, ia berdiri di pinggir taman itu, diam memandangi patung batu yang dipasang di tengah taman. Patung itu menyerupai seorang wanita tua duduk di kursi goyang, tak lain dari sosok Nenek Mariani. Ada sesuatu yang mengganggu dalam bentuk patung itu. Senyumnya terlalu tajam, matanya seolah mengikuti setiap gerakan siapa pun yang melewati taman.

"Kenapa kau membawaku ke sini, Aryo?" tanya seorang pemuda yang berdiri di sampingnya, seorang teman lama yang kini bekerja sebagai wartawan lokal.

Aryo menarik napas panjang. "Tempat ini dulunya rumahku. Rumah tempat ibuku dan aku hampir mati karena kutukan pesugihan." jawabnya

Temannya menoleh tajam.

"Yang benar saja? Ini kan taman kota baru."

"Secara fisik, iya," ucap Aryo lirih.

"Tapi secara spiritual, rumah itu masih ada. Orang-orang biasa tidak bisa melihatnya. Tapi aku... aku masih bisa."

Aryo memejamkan mata. Saat kelopak matanya tertutup, taman kota itu perlahan berubah dalam pandangannya. Bunga-bunga menghitam, pohon-pohon meranggas, dan di tengahnya berdiri kembali rumah besar bergaya kolonial, berdinding kayu tua yang mengelupas, dengan pintu utama yang menganga gelap seperti lubang ke neraka.

Di jendela lantai dua, dua sosok berdiri.

Nyonya Suryati dengan gaun tidurnya yang lusuh, wajahnya pucat dan mata cekung, menatap lurus ke arah Aryo. Di belakangnya, Nenek Mariani berdiri, tampak seperti mayat hidup dengan kulit legam dan senyum kaku.

"Mereka masih di sana," bisik Aryo.

"Arwah mereka belum pergi. Rumah ini telah hilang dari dunia nyata, tapi masih berdiri dalam dimensi gelap. Dan mereka terjebak di sana selamanya."

Dalam sekejap, Aryo membuka matanya. Taman itu kembali cerah dan damai. Anak-anak masih bermain, orang dewasa duduk di bangku taman, menikmati pagi yang sejuk.

Namun di dalam dirinya, Aryo tahu, kutukan belum sepenuhnya sirna. Rumah itu mungkin telah dibakar, hancur, bahkan dijadikan taman kota. Tapi energi jahat yang menahannya masih tersisa. Dan selama roh Suryati dan Mariani belum benar-benar bebas atau dimusnahkan, taman kota itu akan tetap menjadi tempat yang menyimpan misteri kelam.

Aryo pun melangkah pergi, menyimpan rahasia itu rapat-rapat. Tapi sebelum ia meninggalkan taman, ia sempat mendengar suara samar dari arah patung wanita tua.

"Dia akan kembali... kita hanya menunggu waktu."

Aryo menoleh cepat. Tapi tak ada siapa-siapa. Hanya patung itu yang berdiri diam, tersenyum dingin ke arahnya.

1
Zuhril Witanto
bagus
Zuhril Witanto
lanjut
Zuhril Witanto
para pencari wangsit
Zuhril Witanto
apa Prayitno benar2 dah meninggal sekarang
Zuhril Witanto
makin seru
⸙ᵍᵏTitian 𝐙⃝🦜pirman🦈
tetep aja pasti akan ada orang yang kepo dengan mistik keluarga Suryati
⸙ᵍᵏTitian 𝐙⃝🦜pirman🦈
akhirnya jiwa Prayitno gak penasaran lagi setelah kutukan di hancurkan
Zuhril Witanto
ternyata Prayit belum sepenuhnya meninggal
🥑⃟𝚜𝚌𝚑𝚊𝚝𝚣𝚒🦊⃫⃟⃤ₕᵢₐₜ
pasti ada bekasnya walaupun tempat itu udh hilang
🥑⃟𝚜𝚌𝚑𝚊𝚝𝚣𝚒🦊⃫⃟⃤ₕᵢₐₜ
apakah tugas Prayit sudah selesai lantas kemana kah Rika akan pergi
🍵𝒚𝒂𝒚𝒖𝒌 𝒋ᷟ𝒖ⷽ𝒐ᷟ𝒔ⷽ𝒔๎🦈
selesai sudah tugas prayitno yaaa dan rika juga tp kemana aryo
🍵𝒚𝒂𝒚𝒖𝒌 𝒋ᷟ𝒖ⷽ𝒐ᷟ𝒔ⷽ𝒔๎🦈
wahhh gtu yaa jd krn raga prayitno udh g ada jd dia kek roh gtu yaa
🍵𝒚𝒂𝒚𝒖𝒌 𝒋ᷟ𝒖ⷽ𝒐ᷟ𝒔ⷽ𝒔๎🦈: holow man
Ai Emy Ningrum: samar bayangan...👀
total 2 replies
🥑⃟𝚜𝚌𝚑𝚊𝚝𝚣𝚒🦊⃫⃟⃤ₕᵢₐₜ
kalian kerja sama aja biar gak ada korban lagi
⸙ᵍᵏTitian 𝐙⃝🦜pirman🦈
ini ceritanya cashback ya bunga
🍵𝒚𝒂𝒚𝒖𝒌 𝒋ᷟ𝒖ⷽ𝒐ᷟ𝒔ⷽ𝒔๎🦈
wahhh pnjg juga prjlanan pesugihan ya
jd ngeri
🥑⃟𝚜𝚌𝚑𝚊𝚝𝚣𝚒🦊⃫⃟⃤ₕᵢₐₜ
apa bnr Maria bakalan hidup lagi
⸙ᵍᵏTitian 𝐙⃝🦜pirman🦈
Prayitno masih hidup🤔
🍵𝒚𝒂𝒚𝒖𝒌 𝒋ᷟ𝒖ⷽ𝒐ᷟ𝒔ⷽ𝒔๎🦈
jd aryo yg harus memutus kan itu yaa
🍵𝒚𝒂𝒚𝒖𝒌 𝒋ᷟ𝒖ⷽ𝒐ᷟ𝒔ⷽ𝒔๎🦈
hahhhh ternyata masih lnjut
🥑⃟𝚜𝚌𝚑𝚊𝚝𝚣𝚒🦊⃫⃟⃤ₕᵢₐₜ
km harus bisa aryo buat membasi mereka
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!