Maut, rezeki maupun Jodoh hanya Allah yang menentukan.
Sama halnya dengan pernikahan yang di impikan Tsamara Asyifa Gadis 20 tahun, wanita yang menutup auratnya yang paham dengan agama seorang hafis Qur'an yang ternyata mempunyai keinginan menikah di usia muda.
Lain dengan seorang ibu dari seorang Pria dingin yang menginginkan Putranya menikah dengan wanita Sholeha agar putranya hidup dengan arah yang benar.
Sampai akhirnya terjadi perjodohan dan pasti banyak konflik dalam perjodohan. Karena Rafa Pria yang di jodohkan dengan Asyifa tidak menginginkan pernikahan itu.
Pernikahan terjalankan. Namu tidak sesuai dengan keinginan Asyifa yang menganggap pernikahan begitu indah. Namun ternyata salah pernikahan yang di jalaninya dengan pria yang membencinya penuh dengan air mata.
Bagaimana Asyifa menjalani kehidupannya sebagai istri Rafa yang tidak menginginkannya. Rafa yang selalu bawaannya emosian terus?"
Mari kita baca sama-sama. Terimakasih.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ainuncepenis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 27 perjalanan.
Mau tidak mau Rafa lagi-lagi tidak bisa berbuat apa-apa. Menolak apa yang di katakan orang tuanya Rafa tidak bisa membantahnya. Kerena orang tuanya juga yang benarnya.
Minggu kemarin Xander memberikan hadiah untuk berbulan madu untuk Rafa dan juga Asyifa. Dan hari ini merekapun berangkat. Ya walau butuh waktu lebih 1 Minggu untuk membuat Rafa setuju sampai akhirnya Rafa benar-benar setuju dengan terpaksa.
Shofia, Xander, Ardi, Shania, Zee dan Aqeela mengantarkan Asyifa dan Rafa ke Bandara menuju new Zealand.
"Kalian berdua hati-hati ya di sana," ucap Shofia berpesan.
"Iya mah," jawab Asyifa.
"Rafa kamu jaga istri kamu. Ingat dia itu anak dari Dokter Rendy dan nyonya Rania. Jadi mereka menjaga putri mereka dengan baik dan kamu menikahinya setelah menjadi wanita sempurna seperti ini. Jangan hilangkan kepercayaan ke-2 orang tuanya," sahut Xander menambahi.
Tidak ada jawaban dari Rafa. Hanya diam dengan wajahnya yang emosian. Mungkin bagi orang-orang Asyifa wanita sempurna. Tetapi Rafa tidak melihat hal itu sama sekali.
"Tante Asyifa jangan lupa nanti pulang bawain kasih oleh-oleh," sahut kasih.
"Baik sayang, memang Aqeela mau di bawain apa," sahut Asyifa memegang dagu kasih dengan membungkuk sedikit.
"Hmmmm, apa.yah," sahut Aqeela mengetuk-ngetuk pipinya dengan jarinya yang begitu menggemaskan membuat orang-orang yang ada di sana ikut gemes.
" Ayo Aqeela bilang sama Tante Asyifa mau di bawain apa. Biar nanti Tante Asyifa bawaain," sahut Shania dengan lembut pada putrinya itu.
"Mainan Aqela sudah banyak. Aqela mau dedek bayi," jawab Aqela dengan polosnya membuat semua orang kaget dan termasuk Asyifa yang jadi malu dan salah tingkah. Sementara Rafa jangan tanya ekspresinya menunjukkan seperti monster mau menelan keponakannya itu.
"Aqela kamu ini bicara apa?" tanya Ardi.
"Tante Zee yang bilang. Kemarin Aqela tanya bulan madu itu apa Tante Zee bilang bulan madu itu liburan dan pulang-pulang ada dedek bayi," jawab Aqela dengan polosnya dan Zee sekarang menepuk jidatnya.
Salah sasaran bercerita pada anak kecil dan sekarang dia mendapat tatapan dari orang-orang yang ada di sana dan paling menyeramkan tatapan dari kakaknya.
"Hmmm, itu, itu hanya salah paham," sahut Zee menggaruk-garuk lehernya yang tidak gatal sama sekali.
Zee kamu ngajarin anak kakak yang tidak-tidak," sahut Shania.
"Bukan begitu kak," sahut Zee.
Asyifa malah semakin gugup. Jika orang-orang di sekitarnya membahas Maslaah hal itu membuatnya malu di samping Rafa.
"Sudah-sudah jangan memperpanjang masalah itu. Tetapi mama juga mengharapkan oleh-oleh yang sama," sahut Shofia yang malah memperpanjang.
"Mah!" tegur Rafa.
"Hanya bercanda. Kamu ini bawaannya serius mulu," sahut Shofia.
"Sudah berpamitannya. Jadi berangkat apa tidak?" tanya Rafa menekan suaranya yang semakin kesal.
"Ya jadi dong Rafa. Kamu ini ya benar-benar," sahut Shofia.
"Ya sudah kami pergi," sahut Rafa dengan ketus langsung bersalaman dengan mama dan papanya. Asyifa juga melakukan hal yang sama.
"Assalamualaikum," ucap Asyifa berpamitan.
"Walaikum salam," jawab semuanya dengan serentak.
"Hati-hati sayang," ucap Shofia. Rafa dan Asyifa mulai melangkah.
"Rafa!" tegur Xander membuat Rafa tidak jadi bergerak.
"Ada ala lagi?" tanya Rafa.
"Bawa koper istri kamu. Kamu ini mikirin diri sendiri saja!" titah Xander.
Rafa menghela napasnya kasar dan menyeret koper Asyifa. Asyifa pun mengikut berjalan di samping Rafa.
"Semoga bulan madu mereka lancar-lancar saja dan Rafa bisa luluh dengan Asyifa," ucap Shofia.
"Tetapi terkesan. Kasihan Asyifa nya," sahut Shania yang menyadari jika adik iparnya itu tidak bahagia dalam pernikahannya karena perlakuan adiknya yang kasar dan suka marah-marah. Ya padahal Shania hanya melihat di luar saja. Bagaimana jika melihat Asyifa dan Rafa yang kalau berduaan Rafa lebih gila lagi.
"Kita doakan saja yang terbaik. Ayo kita pulang!" Sahut Ardi.
"Iya ayo!" sahut mereka dan akhirnya pulang bersamaan.
*********
Asyifa dan Rafa sudah berada di dalam pesawat. Bahkan pesawat sudah take off. Asyifa melihat jam di layar ponselnya dan sudah waktunya sholat. Asyifa melihat ke arah Rafa di sampingnya. Namun Rafa tertidur. Asyifa ada niat untuk membangunkannya. Namun di undurkannya karena takut Rafa marah dan Asyifa memilih untuk sholat sendiri.
Ketika Asyifa sholat barulah Rafa terbangun dengan memijat kepalanya yang terasa berat. Rafa menoleh kesampingnya dan melihat Asyifa yang sholat dan sekarang berdoa.
Rafa terdiam dan melihat terus Asyifa tanpa mengedipkan matanya. Tiba-tiba Rafa mengingat saat di kapal pesiar di mana waktu itu dia melihat wanita yang berdoa dan sama sekali tidak di lihatnya wajahnya. Tidak tau kenapa Rafa harus tetap menatap istrinya itu. Namun melihat dengan ekspresi yang tidak terbaca.
"Amin!" ucap Asyifa selesai dalam doanya dan Rafa langsung mengalihkan pandangan wajahnya minat kesebelahnya yang pura-pura tidak melihat Asyifa.
"Kamu sudah bangun?" tanya Asyifa. Tidak ada jawaban dari Rafa yang terlihat mengusap wajahnya seolah-olah memang baru bangun tidur.
"Apa salahnya menjawab," ucap Asyifa pelan.
"Kau bicara apa?" tanya Rafa yang langsung melihat ke arah Asyifa.
"Perkataan pertama tadi begitu jelas. Dan aku berbicara yang ke-2 sangat pelan. Lalu kenapa harus mendengar yang pelan," sahut Asyifa membuka mukenahnnya dan merapikan jilbabnya.
"Kau jangan suka bergerutu di belakangku. Aku sudah mengatakan....."
"Jangan bicara denganku!" Lanjut Asyifa yang melanjutkan kata-kata Rafa. Saking seringnya di dengarnya dia sudah hafal.
"Kau benar-benar ya!" geram Davin menekan suaranya.
"Jika aku tidak bicara denganmu. Lalu harus bicara dengan siapa. Masa iya aku harus bertanya pada penumpang lain," sahut Asyifa sepertinya mulai melawan Rafa.
Lama-lama juga bisa gila. Kalau hanya diam dengan apa yang di katakan Rafa. Percuma dia punya IQ tinggi namun sangat bodoh di hadapan Rafa. Istri memang istri. Tetapi harga diri juga harus ada.
"Kau sengaja memancingku. Karena ini ada di pesawat. Kau pikir aku tidak bisa bicara keras-keras dan berteriak-teriak di depanmu. Walau ini di pesawat dan di depan orang rame. Kau dengarkan aku Asyifa. Jangan berusaha sok dekat denganku dan aku pergi bersamamu. Karena aku juga ada pekerjaan. Jadi kau jangan ke pedean dan iya jika kau berani sekali lagi kepadaku. Akan ku lempar kau ke luar dari pesawat ini," tegas Rafa mengancam tidak main-main.
Asyifa pun terdiam. Mau dia bicara panjang lebar pun. Rafa tetap menang karena Rafa tidak pernah salah sama sekali.
"Memuakkan!" umpat Rafa yang berdiri dari tempat duduknya dan meninggalkan Asyifa.
Asyifa hanya menghelus dada dengan kelakuan suaminya itu.
Bersambung