The Ryzardr

Itu artinya lebih kurang empat bulan, putranya tidak dapat menggauli wanita itu. la yakin, waktu itu cukup membuat putranya sadar dari jeratan gadis jalang itu.

Tidak ada wanita baik-baik yang mau mengambil pekerjaan ini. Tidak ada. Hanya wanita jalang dan gila uang, yang akan melakukan semua ini.

Karena itulah, sudah waktunya sang putra melupakan wanita itu dan menjalani kehidupannya seperti semula.

"Multivitamin terbaik dan menu makanan penuh gizi, telah saya siapkan. Jadi, Tuan Besar cukup memastikan, wanita itu mengkonsumsi semuanya dengan baik. Saya juga telah menjadwalkan pemeriksaaan berikutnya di bulan depan," jelas sang Dokter kembali, sebelum pamit untuk pergi.

Saat ini di dalam ruangan luas itu, tinggal Tuan Besar Ryzadrd dan Darren. Ayah dan anak saling berdiri berhadapan, tapi pikiran Darren sedang melayang jauh.

Mendengar penjelasan dokter, membuatnya marah dan bingung. Bagaimana ia mungkin, untuk tidak menyentuh

gadis itu.

Tadi hanya dengan menatap wanita itu, sudah membuat kejantanannya menegang dan bertahan sampai sekarang. Jadi, bagaimana mungkin ia dapat berpikir jernih jika hasratnya tidak tersalurkan pada wanita yang tepat.

"Kamu dengar semua penjelasan dokter tadi, bukan? Ayah yakin, kamu paham. Jadi, tidak lagi ada alasan bagimu untuk datang ke tempat ini. Selanjutnya, biarkan Ayah yang hadir, saat dokter melakukan pemeriksaan," ujar Tuan Besar Ryzadrd, menyadarkan putranya dari rasa gundah yang melilit jiwa.

Kedua tangan Darren , yang berada di sisi tubuhnya terkepal erat. Ia mulai jengah dengan segala campur tangan, yang dilakukan sang ayah. Ini kali pertama sang ayah, terlalu mencampuri urusannya.

"Ayah, hal ini dimulai oleh diriku dan juga akan diakhiri oleh diriku sendiri! Jadi tolong, jangan pernah menginjakkan kaki ke Mansion ini lagi , apalagi untuk menemui gadis itu. Apa yang sedang terjadi, adalah tanggung jawabku. Ayah cukup duduk tenang dan tidak campur tangan. Tunggu, sampai saat di mana Ayah dapat menggendong cucu," tandas Darren dingin.

la marah, emosinya meluap. Tuan Besar Ryzadrd, menahan raut wajahnya agar tetap tenang, walau di dalam hati ia benar-benar murka karena kelancangan putranya itu.

Namun, di saat seperti ini ia tidak dapat bertengkar dengan sang putra, yang mana akan memutuskan semua keterlibatannya dalam rencana gila ini.

"Baiklah. Jika itu maumu, maka Ayah hargai. Namun, saat waktunya tiba nanti pastikan gadis itu benar-benar keluar dari kehidupanmu! . Keluar dan tidak pernah terlibat dengan Keluarga Ryzadrd!" tegas Tuan Besar Ryzadrd.

"Apakah Ayah meragukan semua perkataanku? Biar aku ingatkan kembali, aku ingin anak bukan wanita. Saat semua ini selesai, maka Ayah akan memiliki cucu dan aku akan kembali ke kehidupanku. Dan gadis itu, akan kembali ke kehidupannya semula. Semua tidak akan berubah, hanya akan bertambah satu orang anggota baru Keluarga Ryzadrd!" ujar Darren. dengan oktaf suara yang jelas menunjukkan amarah.

Tuan Besar Ryzadrd mengangguk. Ia yang terlalu khawatir. Sejak dulu, Darren Ryzadrd tidak pernah mengecewakan dirinya.

Putranya selalu menepati semua perkataan yang diucapkan. Lalu, mengapa ia sekarang meragukan ucapan putra kesayangannya itu?

Ia terlalu khawatir karena gadis itu layaknya penyihir yang mampu membuat pria kehilangan akal sehat.

"Pegang kata-katamu! Maka, Ayah tidak akan kembali ke Mansion dan terlibat dalam rencana ini!" tegas Tuan Besar Ryzadrd.

"Baik!" jawab Darren . Tuan Besar Ryzadrd, mengangguk puas .

"Untuk jaga-jaga, jika kamu melanggar ucapanmu sendiri maka pasaraya akan aku berikan kepada istrimu! Ya, aku akan berikan pasaraya kepada Naraya , jika kamu tidak dapat memutuskan hubungan dengan gadis itu. Paham?"

Pasaraya adalah bisnis yang dulu dijalankan oleh mendiang ibunya dan itu tidak akan dilepaskan oleh Darren begitu saja.

Tentu sang ayah tahu betapa pentingnya pasaraya bagi putranya, karena itulah dijadikan ancaman.

"Tidak perlu, Ayah. Karena aku bersumpah, wanita itu tidak akan masuk ke dalam kehidupanku. Tidak akan!" tegas Darren .

"Berarti tidak ada masalah, bukan?" lanjut Tuan Besar Ryzadrd, sebelum melangkah keluar dari ruangan itu. Tatapan Darren mengikuti sosok sang ayah, sampai menghilang dibalik pintu ruangan.

Dalam hati Darren mulai menimbang. Ia menimbang apakah perlu menemui gadis itu atau tidak? la ingin, tubuhnya ingin.

Namun, ia takut tidak dapat mengendalikan hasrat. Bagaimana jika ia lepas kendali dan bercinta dengan wanita itu? Bukankah itu akan membahayakan kehamilan wanita itu? Namun, di satu sisi ia begitu merindukan wanita itu sampai terasa menyakitkan.

Cukup lama menimbang, akhirnya Darren berderap keluar dari ruangan itu dan naik ke lantai atas. Ia berjanji hanya akan memeluk wanita itu. Hanya memeluk.

Kakinya yang panjang nan jenjang itu menapaki dua anak tangga sekaligus. Darren berlari kecil. Jantungnya dengan berdebar kencang, saat tahu ia sudah mendekati kamar wanita itu.

Ia gugup. Ini aneh, amatlah aneh. Rasa gugup tidak ada dalam kamus kehidupannya. Bahkan pada saat harus menandatangani kontrak miliaran, ia tidak pernah merasa gugup.

"Selamat - "

"PERGI!" perintah Darren. . Ucapan pelayan yang berjaga di depan pintu kamar Ziya , terputus oleh perintah Darren yang terdengar cukup kuat dan tegas.

Spontan si pelayan menundukkan kepala dan berlari menjauh, mematuhi ucapan sang Tuan. Setelah pelayan itu pergi, Darren maju satu langkah dan tangannya diletakkan pada kenop pintu.

Ia mengambil waktu untuk menata perasaannya yang kacau balau. Ia harus tenang agar tidak lepas kendali saat berhadapan dengan Ziya Ardenson dalam kamar.

Ziya berdiri di dekat jendela dan menatap keluar. Ia melihat mobil yang melaju pergi meninggalkan halaman Mansion ini dan mengira, bahwa pria itu telah pergi meninggalkan dirinya tanpa mengucapkan apapun.

Hal tersebut membuat perasaannya sedih dan tidak berdaya. Saat pintu kamar yang ada di belakangnya terbuka, Ziya mengabaikan itu.

Ia mengira hanya pelayan lah yang datang ke kamar ini untuk menemuinya. la tidak menyangka, bahwa sosok yang melangkah masuk ke dalam kamar ialah seorang Darren Arshaq Ryzadrd.

Darah Darren. berdesir, saat menatap gadis itu yang berdiri membelakanginya. Jantung berdetak cepat, jauh dari kata normal dan hal tersebut jarang terjadi pada dirinya, yang selalu mampu menata perasaannya.

Menghadapi kondisi baru seperti ini, benar-benar membuat Darren bingung dan tidak tahu bagaimana cara mengatasinya.

Yang ia tahu, bahwa berada di dekat gadis itu adalah hal yang tepat. Ya, selama berminggu-minggu dirinya benar-benar merindukan gadis yang mengandung darah dagingnya itu.

la seperti seseorang yang kehilangan akal sehat, karena dipermainkan oleh perasaan yang tidak masuk akal. Keinginan untuk berlari ke arah gadis itu dan memeluknya, terasa begitu kental.

Hal tersebut, membuat Darren harus mengepal kedua tangannya begitu erat dan menahan kedua kakinya agar tidak berlari ke arah itu.

Ziya yang masih menatap keluar jendela, merasakan ada yang aneh dengan kehadiran orang yang dikiranya adalah seorang pelayan.

Keheningan tanpa mengucapkan apapun, membuat Ziya membalikkan tubuh untuk menatap orang yang telah melangkah masuk ke dalam kamarnya.

Saat mendapati siapa yang berdiri tepat dihadapannya, membuat tubuh Ziya langsung bergetar karena percikan dari rasa rindu dan hasrat, yang telah dibendung selama ini.

Ziya ingin berlari dan menghamburkan diri ke dalam pelukan pria itu, tapi ada sedikit rasa takut yang menghalangi keinginannya itu.

Ketidak pedulian yang selalu ditunjukkan pria itu saat berada bersama orang lain, membuat Ziya mau tidak mau menyadari tentang alasan keberadaannya.

Mimpi akan keajaiban yang akan terjadi dalam hidupnya adalah suatu kekonyolan, tapi keinginan itu masih tertanam di dalam lubuk hati Ziya . Bukankah memang ia bodoh.

Mereka berdua berdiri saling berhadapan, tidak ada yang bergerak maupun melangkah maju untuk saling mendekati. Tidak ada. Namun, hanya dengan saling berhadapan seperti ini saja sudah mampu mengirimkan sinyal yang menggetarkan jiwa.

Gelenyar hasrat yang telah menguasai jiwa, mulai membutakan. Hasrat mengalahkan akal sehat, itulah yang dirasakan Darren saat ini.

Ia tahu dirinya akan segera lepas kendali, tapi dirinya sama sekali tidak merasa khawatir karena memang itulah yang ia inginkan.

Ia hanya ingin memeluk gadis itu untuk menuangkan seluruh rasa rindu yang telah melilit jiwanya belakangan ini. Hanya memeluk. Darren yakin, ia dapat melakukan itu.

Sebab, ia adalah seorang pria sejati yang tidak akan melakukan hal-hal yang mencoreng gelarnya itu. Apalagi terhadap gadis yang sedang mengandung darah dagingnya.

Yang mana, hal tersebut merupakan awal dari semua yang terjadi sampai saat ini. Tanpa aba-aba, Darren pun bergerak melangkah maju ke depan.

Ziya membelalakkan mata, saat melihat gerak langkah kaki dari pria itu yang mendekatinya. Jantungnya berdebar begitu kencang, seakan-akan hendak melompat keluar dari rongga dada.

Itulah yang dirasakan Ziya sekarang. Betapa ia gugup dan tidak sabar dengan apa yang akan terjadi berikutnya. Tiba dan berhenti di hadapan Ziya , Darren langsung meletakkan kedua tangannya di kedua lengan bagian atas tubuh gadis itu.

Sentuhan tangan yang begitu hangat, seakan mengirimkan sinyal penuh hasrat ke seluruh tubuh mungil Ziya . Tubuh Ziya bergetar, akibat dari sentuhan kedua tangan pria itu yang begitu hangat.

Namun, apa yang terjadi berikutnya tidak pernah dibayangkan oleh Ziya sendiri. Pria itu langsung membalikkan tubuhnya agar kembali berdiri membelakangi.

Darren memeluk erat tubuh mungil itu dari belakang, begitu erat. Kemudian, ia membenamkan wajah di lekukan leher ramping milik gadis itu, yang begitu harum.

Terasa begitu tepat dan menggetarkan jiwanya. Rasa hangat menyelimuti dirinya dan kembali, ini adalah rasa baru yang pernah dirasakan. Pelukan pria itu, seakan menelan seluruh tubuhnya.

Tubuh Ziya langsung dapat menyesuaikan dengan kuatnya pelukan itu. la melemaskan otot-otot tubuhnya dan menyandarkan tubuhnya ke tubuh bidang yang memeluknya dari belakang.

Pelukan berlangsung selama beberapa menit dan tidak ada yang berbicara. Kata-kata tidak perlu diucapkan, apa yang dirasakan sudah mampu menunjukkan segalanya.

Mereka berdua memejamkan mata, menikmati setiap detik kedekatan ini. Darren sepenuhnya menyerahkan tindakannya mengikuti perasaan. Jika berdasarkan akal sehat, maka seharusnya tadi ia langsung meninggalkan Mansion bukan datang menemui gadis ini.

Seakan tidak pernah cukup, tapi akhirnya Darren melepaskan pelukan saat menyadari tindakannya cukup konyol. Tanpa berkata apapun, ia berbalik dan melangkah pergi.

Keluar dari kamar itu, tanpa sekalipun menoleh ke belakang . Ziya yang langsung membalikkan badan, setelah pelukan hangat itu dilepaskan hanya dapat menatap kepergian pria itu dengan tatapan nanar.

Perasaannya begitu sakit, seakan tersayat. Walau tahu pada akhirnya ia yang akan terluka, tapi itu bukanlah masalah besar.

Sebab, pelukan tadi cukup menunjukkan bahwa dirinya lebih dari sekedar gadis yang bertugas melahirkan keturunan pria itu.

Kembali, harapan bodoh memenuhi benak dan hatinya. Setidaknya, harapan bodoh itu yang akan membuatnya mampu menjalani semua ini sampai akhir.

.*.*.*

Di sudut kota yang lain

Tepatnya di kediaman Ryzadrd.

Naraya berdiri di depan meja wastafel, yang ada di kamar mandi dalam kamarnya. Kedua matanya membelalak lebar, menatap alat tes kehamilan yang berada dalam genggamannya.

Entah harus merasa bahagia atau sebaliknya, saat tahu bahwa dirinya hamil. Beberapa hari belakang, ia mual dan pusing.

Semua makanan yang dimakan terasa hambar. Namun, masalahnya adalah anak yang dikandungnya adalah anak dari sang pengawal itu.