NovelToon NovelToon
Nikah Paksa Amrita Blanco

Nikah Paksa Amrita Blanco

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta Paksa
Popularitas:38.2k
Nilai: 5
Nama Author: Reny Rizky Aryati, SE.

Amrita Blanco merupakan gadis bangsawan dari tanah perkebunan Lunah milik keluarganya yang sedang bermasalah sebab ayahnya Blanco Frederick akan menjualnya kepada orang lain.

Blanco berniat menjual aset perkebunan Lunah kepada seorang pengusaha estate karena dia sedang mengalami masalah ekonomi yang sulit sehingga dia akan menjual tanah perkebunannya.

Hanya saja pengusaha itu lebih tertarik pada Amrita Blanco dan menginginkan adanya pernikahan dengan syarat dia akan membantu tanah perkebunan Lunah dan membelinya jika pernikahannya berjalan tiga bulan dengan Amrita Blanco.

Blanco terpaksa menyetujuinya dan memenuhi permintaan sang pengusaha kaya raya itu dengan menikahkan Amrita Blanco dan pengusaha itu.

Namun pengusaha estate itu terkenal dingin dan berhati kejam bahkan dia sangat misterius. Mampukah Amrita Blanco menjalani pernikahan paksa ini dengan pengusaha itu dan menyelamatkan tanah perkebunannya dari kebangkrutan.

Mari simak kisah ceritanya di setiap babnya, ya ?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reny Rizky Aryati, SE., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 22 Kegelisahan Amrita

Angin berhembus ringan diantara tirai yang ada di ruangan bungalow.

Amrita bersandar sendirian di kursi malas di ruangan depan sembari terpejam, angin semilir menerpa wajah cantik milik Amrita Blanco saat dia tertidur.

Ruangan sangat sepi di bungalow, tidak ada siapa-siapa berada disana selain Amrita yang seorang diri karena kakinya terkilir.

Krieeet...

Terdengar suara langkah kaki memasuki ruangan depan bungalow.

Denzzel Lambert terlihat sedang berjalan ke arah Amrita duduk di kursi malas dan terlelap pulas.

"Amrita...", panggilnya.

Denzzel mendekati Amrita yang nyenyak tertidur.

"Sepertinya dia sangat lelah", bisiknya sembari membelai wajah Amrita yang terpejam.

Denzzel memperhatikan wajah Amrita dari dekat lalu mengangkat tubuh istrinya.

"Ternyata dia berat juga", keluhnya saat membawa Amrita yang terlelap tidur.

Denzzel melangkah ke arah ruangan kamar tidur yang ada di bungalow.

Terdapat sebuah ruangan kamar yang luas dengan tempat tidur berukuran besar serta ruangan ganti privat.

Denzzel terus berjalan ke arah tempat tidur lalu membaringkan tubuh Amrita di atas ranjang yang dihiasi oleh tirai tipis.

"Dia benar-benar lelap...", ucapnya.

Denzzel sesaat memperhatikan Amrita yang masih memejamkan kedua matanya serta tertidur nyenyak.

"Aku lupa kalau Amrita kakinya terkilir sehingga dia tidak dapat berpindah kemana-mana dan aku lupa meletakkannya di kamar sebelum pergi tadi", ucapnya.

Denzzel beranjak bangun lalu berjalan ke arah jendela kamar yang masih terbuka meski hari mulai menjelang sore.

"Apa tidak ada orang yang mengurusi bungalow atau tempat ini sengaja dibiarkan kosong ?" ucapnya.

Denzzel menarik pelan tali tirai agar tertutup karena sore telah tiba.

"Mungkin mandor Tobin yang mengurus bungalow selama tempat ini kosong sebab dia punya kuncinya", ucapnya.

Denzzel berjalan ke arah meja seraya meletakkan jam tangan mewahnya serta ponsel seluler miliknya.

Sorot matanya menatap tajam lurus ke depan, dia merenggangkan tubuhnya dari rasa letih.

Denzzel menoleh kembali ke arah Amrita yang masih terbaring di atas tempat tidur kemudian mendongak ke atas.

"Rasanya tubuhku sangat lelah..., aku ingin mandi sekarang...", ucapnya.

Denzzel mulai melepaskan sarung tangannya satu persatu kemudian menaruhnya di atas meja.

"Apa disini ada bak untuk berendam ?" tanyanya seraya mengedarkan pandangannya.

Pandangannya terhenti pada suatu ruangan terkunci yang ada di dalam kamar ini.

Denzzel lalu berjalan ke arah ruangan tersebut sembari melepaskan kemeja yang dia kenakan.

"Apa ini kamar mandi ?" tanyanya penasaran.

Denzzel mendekati ruangan terkunci di hadapannya kemudian membuka pintu itu.

Ada sebuah ruangan kosong dengan jalan panjang yang menghubungkan ke ruangan lainnya.

Denzzel melangkah masuk dengan sembari mengawasi tiap jalan yang dia lalui.

"Ruangan apa ini ?" ucapnya.

Ada beberapa ruangan di dalam ruangan tersebut, seperti ruangan ganti, ruangan rias, ruangan, khusus pakaian serta sebuah kamar mandi dalam.

Denzzel membuka satu persatu ruangan yang ada disana serta memeriksanya.

"Disini kamar mandinya", ucapnya.

Denzzel meraih pegangan pintu kamar mandi lalu dia melangkah masuk.

"Sebaiknya aku segera mandi...", ucapnya kemudian menutup pintu.

Di ruangan tempat tidur, terlihat Amrita sedang menggeliat pelan.

Sayup-sayup terdengar suara gemericik air mengalir dari ruangan lainnya sehingga Amrita berpaling ke arahnya.

Amrita membuka kedua matanya seraya menoleh ke arah suara air berasal.

"Siapa ?" gumamnya pelan.

Amrita masih mengantuk dan kedua matanya terasa berat saat dibuka.

"Aku ada dimana ini ?" ucapnya masih belum sadar.

Amrita mengamati ruangan sekitarnya yang tampak sepi serta minim cahaya lampu sepertinya lampu disini sengaja tidak dinyalakan semuanya.

"Ternyata aku sudah dikamar tidur", ucapnya.

Amrita mencoba melihat dengan jelas ruangan di kamar tidur ini.

"Dimana dia ?" tanyanya.

Pikiran Amrita langsung tertuju pada Denzzel Lambert yang tidak kelihatan di kamar ini.

"Apa dia sudah datang dari perkebunan atau dia sedang mandi sekarang ?" tanya Amrita.

Amrita memaksa duduk namun kakinya tidak berkompromi dengan kemauannya lantaran masih sakit buat digerakkan sehingga dia terpaksa diam dan hanya berbaring saja.

Pandangan Amrita kembali tertuju pada ruangan lainnya yang terbuka dimana suara gemericik air terdengar dari sana.

"Apa dia sedang mandi ?" tanyanya.

Amrita teringat dengan kebiasaan Denzzel yang selalu memakai topeng kain warna hitamnya dan tidak pernah melepaskannya dari wajahnya.

"Mana mungkin dia masih mengenakan penutup kain pada wajahnya selama dia mandi", kata Amrita mulai didera rasa penasaran.

Amrita mulai bertanya-tanya mengenai alasan Denzzel Lambert yang selalu menutupi wajahnya bahkan hampir tidak pernah melepaskannya.

Adakah alasan kuat yang mendasari Denzzel sehingga dia menutup seluruh tubuhnya mulai dari ujung kepala hingga ujung kaki ataukah dia sedang menyimpan sesuatu yang ingin dia sembunyikan.

"Sayangnya, aku tidak bisa pergi kesana padahal ini adalah kesempatanku untuk melihat wajah asli milik Denzzel selagi dia mandi dan dia tidak siaga terhadap situasi disekitarnya", kata Amrita.

Amrita tampak kecewa karena dia kehilangan kesempatan berharga ini, seharusnya dia sudah berlari ke dalam ruangan itu dan mencari tahu akan rupa asli suaminya.

"Mungkin sekarang aku belum beruntung tapi lainkali pastinya aku akan mendapatkan kesempatan berharga itu", ucapnya sembari tersenyum simpul.

Amrita menarik selimutnya hingga menutupi seluruh tubuhnya lalu mencoba tertidur kembali.

"Aku akan kembali tidur supaya kakiku segera pulih, selama di bungalow ini, aku hanya bisa diam saja", ucapnya.

Amrita mencoba memejamkan kedua matanya dan tidur namun sangat sulit baginya untuk melakukan hal itu lantaran dia telah tidur cukup lama tadi.

Tampak Amrita mulai tidak merasa tenang ketika dia ingin memejamkan kedua matanya, dia sangat gelisah bahkan sulit tidur kembali sedangkan pikirannya terus melayang-layang kepada Denzzel Lambert.

Amrita mendengus kesal lantaran matanya sulit terpejam.

"Aaakhhh... !" pekiknya kesal sembari membuka selimut dari badannya.

Amrita menggelengkan kepalanya cepat seraya menjerit pelan.

"Ada apa denganku ini ???" ucapnya mulai putus asa.

Amrita menepuk kepalanya dengan asal lantaran merasa kesal karena pikirannya dipenuhi oleh Denzzel Lambert dan dia tidak dapat tertidur lagi.

"Aaaaahhhkk... !" pekiknya lagi sembari mendongakkan kepalanya ke atas.

Amrita benar-benar frustasi sebab kepalanya berisi dengan Denzzel sedangkan dia sama sekali tidak memikirkannya.

"Hosh... Hosh... Hosh... ?!" hela nafas Amrita menahan emosinya.

Amrita menatap tajam ke arah depan namun fokus pikirannya masih tertuju pada Denzzel.

"Kenapa aku berubah tidak waras begini ???" ucapnya gelisah.

Sosok Denzzel Lambert seakan-akan hadir dihadapannya saat ini meski orangnya tidak ada.

"Apa yang terjadi padaku ???" tanyanya pada dirinya sendiri.

Amrita terus saja berbicara seorang diri tanpa tahu apa yang dia pikirkan.

"Tidak... Tidak... Tidak... !" ucapnya.

Amrita berkata lagi sembari mengusap-usap wajahnya asal.

"Aku harus tetap waras !" kata Amrita.

Tampak Amrita berusaha tetap fokus akan tetapi pikirannya dipenuhi oleh sosok Denzzel Lambert yang wajahnya tertutup topeng kain.

"Aaaaahhh... Kenapa dia selalu saja muncul di kepalaku ???" pekiknya panik.

Amrita mencoba tidak terpengaruh pada Denzzel Lambert meski tidak dipungkiri olehnya kalau dia terus saja memikirkannya.

"Ada apa denganku ini ???" ucapnya semakin tak mengerti.

Amrita menghempaskan tubuhnya kembali ke atas tempat tidur sembari menarik cepat selimut ke atas wajahnya.

"Hiaaaahhh !!!" pekiknya dari dalam selimut.

Rupanya Amrita masih tidak dapat tidur kembali meski dia berusaha melakukannya bahkan dia mencoba menyelimuti dirinya supaya dia dapat tidur seperti tadi.

Amrita menjerit kembali dari dalam selimut bahkan suaranya cukup keras terdengar.

"Apa ada yang salah dengan isi otakku ini ???" jeritnya dari balik selimut.

1
Andina Spencer
damn i love you...
Andina Spencer
romantic always...
Andina Spencer
not bad...
Andina Spencer
up...
Bianca Nadia
dia juga bisa dansa
Bianca Nadia
jadi keinget sama film runway bride
Bianca Nadia
semangat amrita
Bianca Nadia
lanjut....
Bianca Nadia
misteri dibalik topeng
Bianca Nadia
semangat pagi thor
Bianca Nadia
pergi ke ibukota mencari harapan
Bianca Nadia
seru nih bakalan ceritanya 🍒
Tamara Black
lanjut...
Andina Spencer
goes 💪
Andina Spencer
something stupid that i love you /Rose/
Andina Spencer
romantic
Andina Spencer
bungalow nice
Andina Spencer
honeymoon goes
Andina Spencer
the end of the end
Andina Spencer
not to bad
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!