NovelToon NovelToon
Ruang Teduh Untuk Arkan

Ruang Teduh Untuk Arkan

Status: tamat
Genre:Teen / Romantis / Tamat
Popularitas:285.3k
Nilai: 5
Nama Author: sakabiya

Dalam setiap perceraian, korban paling nyata adalah anak. memiliki orang tua yang tidak pernah harmonis adalah pukulan telak untuk seorang anak yang sudah mulai mengerti arti sebuah keluarga, itulah yang dialami Arkana.

Diusia remaja yang butuh perhatian penuh dan bimbingan untuk menentukan jati diri, Arkan malah mengalami keterpurukan atas perceraian kedua orangtuanya. dia tidak menemukan kehangatan dan dia selalu mencari perhatian dengan cara brutalnya.

Mungkinkah akan ada ruang teduh untuknya merasakan kehangatan ??
Bisakah dia melewati masa transisinya dengan baik ?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sakabiya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Dari Monster Jadi Malaikat Tak Bersayap

BRAKKKK!!!

Ibu mendorong Nina dengan kasar sampai dia terhempas keluar rumah, tongkatnya juga terlempar dan tubuh mungil itu jatuh tak berdaya menghantam jalanan gang yang keras.

Ibu keluar dari dalam rumah dengan mata berapi-api, dia kelihatan sangat marah. Nina berjibaku tak berdaya, keributan ini memancing tetangga keluar dari rumah-rumah mereka. Sebenarnya kejadian seperti ini sudah biasa terjadi, orang-orang tahu betul bagaimana perangai ibu jika sudah marah pada Nina.

"Mereka hanya membantumu membayarkan uang sekolah yang tidak seberapa! Sedangkan kami? Kami korbankan banyak hal untuk mengurusmu sejak bayi! Kamu masih mau membantah, huh??" ujar Ibu penuh emosi, sepertinya Ibu marah karena Nina tak lekas pulang, dia merasa Nina lebih mementingkan keluarga Arkan dari pada membantu Ibu berjualan.

"Maaf Bu," kata Nina lirih, dia sangat kesakitan, dia berusaha bangkit namun luka di kakinya semakin memburuk.

"Aku tidak pernah menuntut apapun! Aku hanya meminta sedikit tenagamu saja! Apa? Sikap sok polosmu ini membuat orang-orang berpikir kalau aku kejam, aku tidak berperasaan!" Ibu terus meracau, tidak peduli pada Nina yang kesakitan, dia juga tak peduli tetangga yang menonton aksi emosionalnya.

"Bu Dharma ...." seorang tetangga datang mencoba menenangkan, lalu dia membantu Nina untuk bangkit.

"Apa? Kalian berpikir saya ini Ibu yang kejam kan?" Ibu malah semakin menjadi, Nina malu bukan main.

Apalagi tiba-tiba Arkan datang, ternyata sejak tadi Arkan tak buru-buru pergi dari depan gang rumah Nina. Dia menyaksikan semua kekasaran Ibu pada Nina dan tentu saja perasaannya ikut terluka melihat Nina diperlakukan seperti itu.

"Tenang Bu Dharma, lihat Nina ... dia masih cedera, mungkin dia kesulitan untuk membantu anda saat ini, kalau sudah sembuh pasti Nina gak akan menolak permintaan Anda," kata Bu Citra, tetangga Nina yang baik hati dan yang paling berani menghadapi amarah Ibu saat ini.

"Heh, kalian tahu apa? Gak usah ikut campur masalah kami!"

Arkan semakin dekat, dia memandang Ibu dengan pandangan yang penuh kebencian, Nina mengangkat wajahnya dan dia kaget bukan main saat sadar ada Arkan di sekitarnya. Nina malu, dia sangat malu.

"Siapa kamu?" tanya Ibu sinis pada Arkan.

Tiara yang sejak tadi menyaksikan penderitaan Nina amat sangat terkejut melihat Arkan ada disana. Dia bersembunyi di balik tirai, dia tidak mau Arkan tahu kalau dirinya adalah anak seorang penjual donat.

"Gak usah bertele-tele lagi, sana cepat jualan! Jangan pulang sebelum semuanya habis terjual!" kata Ibu tegas.

BRUKK, Ibu banting pintu dengan keras.

"Kenapa lo kesini?" tanya Nina pada Arkan, Arkan tidak menjawab, dia hanya mencoba memahami apa yang barusan dia lihat, dia tak habis pikir dengan sikap Ibu tadi.

"Kamu temannya Nina?" tanya Bu Citra, Arkan hanya mengangguk pelan.

"Makasih ya bu Citra," kata Nina yang sudah bisa berdiri lagi, Bu Citra pandangi sosok Nina, hatinya sangat sakit melihatnya.

"Sebaiknya kamu jangan memaksakan diri, harusnya kamu istirahat total, biar luka di kaki kamu itu cepat pulih," kata Bu Citra.

"Gak apa-apa Bu, aku kuat kok," kata Nina lalu meraih box donatnya.

"Ya sudah, saya beli sebagian deh, ini ada sedikit uang, mungkin bisa untuk membayar beberapa donat kamu, saya gak bisa bantu yang lain," kata Bu Citra lagi penuh simpati.

"Gak usah Bu, terimakasih banyak untuk perhatiannya. Saya akan menjual donat-donat ini sampai habis!" tekad Nina lalu dia mencoba menyeimbangkan tubuhnya.

"Mamaaaaaa ...." Terdengar teriakan seorang anak kecil dari dalam rumah Bu Citra, mungkin itu anaknya.

"Aduh, Dio ... iya sayang, sebentar!" seru Bu Citra.

"Bu Citra gak usah cemas," kata Nina.

"Iya, kalau donatnya gak habis, nanti kamu mampir dulu ke rumah saya ya," kata Bu Citra lalu dia pergi masuk ke dalam rumahnya meninggalkan Nina dan Arkan berdua saja.

"M ... gue pergi dulu ya, sampai ketemu besok di rumah lo," kata Nina lalu mulai mengambil langkah, langkah yang tertatih-tatih, dengan box donat di tangan kirinya. Pemandangan menyedihkan itu mengetuk hati Arkan, kini dia tahu kalau apa yang dia alami saat ini bukanlah hal terburuk di dunia ini. Dia sadar kalau Nina lebih memiliki beban yang lebih berat lagi.

Arkan susul langkah Nina lalu dia ambil alih box donat dari tangan Nina, Nina semakin malu. Dia malu karena Arkan harus menyaksikan penderitaannya ini secara langsung.

"Gue bantu!" kata Arkan, Nina terharu dan matanya langsung berembun.

Arkan benar-benar membantu Nina, dia membantu membawakan box donat itu sampai tiba di taman kota. Dia benar-benar berubah siang ini, Nina melihat perbedaan yang kentara pada sikap Arkan hari ini dibandingkan hari-hari sebelumnya.

"Makasih, sebaiknya lo cepat pulang, Bi Ija pasti khawatir," kata Nina, Arkan masih diam, entah apa yang dia pikirkan saat ini.

"Apa kejadian kayak tadi, biasa lo dapatkan?" tanya Arkan kemudian saat Nina merapikan barang dagangannya, Nina pura-pura tak mendengarnya.

"Kenapa lo masih mau tinggal disana?" tanya Arkan lagi, Nina menatap Arkan.

"Kalau bukan disana, dimana gue tinggal? Gue bersyukur karena masih ada mereka yang sudi mengangkat gue jadi bagian dari mereka, apa yang gue lakukan ini, bukan apa-apa kalau dibanding pengorbanan Ibu merawat dan membesarkan gue sejak dulu!" jawab Nina sangat dalam, Arkan semakin malu dengan dirinya yang selalu merasa kalau beban hidup yang dia alami saat ini adalah yang terburuk.

"Berapa yang harus gue bayar kalau gue mau beli ini semua?" tanya Arkan.

"Udahlah, sebaiknya lo cepat pulang, sebentar lagi Pak Aria pulang dari kantor! Dia pasti akan sangat khawatir kalau tahu lo gak ada di rumah!"

Arkan membuka dompetnya, dia ambil beberapa lembar uang lalu menyodorkannya pada Nina, Nina jadi merasa tidak enak.

"Cukup?" tanya Arkan, uang yang Arkan sodorkan lebih dari cukup tapi Nina tidak mau menerimanya begitu saja.

"Gak usah, sebentar lagi disini rame kok, dalam waktu beberapa jam juga pasti laku dan habis terjual!"

"Ambil! Hari ini lo harus libur!" kata Arkan yang langsung memberikan uang itu ke tangan Nina, Nina tak bisa menolaknya.

"Tapi ...."

"Kita akan bagikan donat-donat ini secara percuma!" kata Arkan, Nina hampir tak percaya dengan sikap baik Arkan sepanjang hari ini.

Arkan mengangkat box donat itu lalu meletakannya di meja milik Bang Anto.

"Bang, numpang nyimpen ini disini ya, kalau ada yang mau bagikan aja secara gratis!" kata Arkan, Bang Anto sampai terkejut mendengarnya.

"Lhoo, ini kan dagangan Nina?" tanya Bang Anto lalu melirik ke arah Nina yang hanya berdiri bertumpu pada tongkatnya.

"Saya udah beli semuanya!" kata Arkan tegas.

"Oh, benar begitu Nin?" tanya Bang Anto pada Nina, Nina hanya mengangguk.

"Sorry ya bang," kata Arkan.

"Oh iya gak apa-apa, nanti pasti Abang kasihkan ke orang-orang yang mau."

"Makasih."

Arkan mendekat kearah Nina.

"Kita cari makan!" kata Arkan yang malah lanjut mengajak Nina untuk makan siang.

"Ar ...."

"Lo juga belum makan siang kan?"

"Lo gak perlu lakukan ini semua, ini uang jajan lo kan? Nih ... ambil lagi!" kata Nina lalu hendak memberikan lagi uang itu pada Arkan.

"Kalau gue kasih uang itu sama lo, uang itu jadi sangat bermanfaat dibanding gue beli barang-barang yang gak penting!"

"Iya, tapi lo bisa tabung uangnya ...."

"Jadi lo mau gue beli obat-obat terlarang lagi?" Arkan malah mengancam dan Nina tentu saja tak mau Arkan lari lagi pada obat-obat terlarang.

"M ... ya udah, makasih banyak kalau begitu! Tapi ini terlalu banyak, donatnya cuma 50 biji, nih sisanya," kata Nina lalu memberikan sisa uang lebihnya.

"Simpan saja."

"Jangan, lo sudah sangat banyak membantu, gue gak mau terima ini!"

"Kalau gitu, kita makan dan lo yang bayar dengan uang lebih itu!"

Nina merasa sangat damai dan nyaman dengan sikap Arkan hari ini, figure monster dalam diri Arkan sudah bertranformasi bagai malaikat tak bersayap.

"M ... baiklah."

Akhirnya Nina sepakat, mereka pun mencari tempat makan terdekat. Nina berjalan beriringan dengan Arkan yang membuat langkahnya jadi sangat pelan, dia ingin mensejajarkan langkahnya dengan Nina.

1
erviani
telat bgd ya cek cctv nya
erviani
baru mampir . .
Nurul Azzandy
Hai Ka biya
ko tokohnya sm kaya d platform sebelah y arkana n lalina 😂
Srie Hastuti
bagus... sangat mendidik u/anak muda yg mncari jati diri
Srie Hastuti
lanjuttt Thor... sampe dewasa
Srie Hastuti
lanjut Thor... sampe mereka nikah😁
Aan Nurhasanah
lanjut donk cerita nya sampai nina &arka dewasa👍👍👍
Aan Nurhasanah
kagum sama nini saking semangat nya bujuk arka belajar& sekolah lanjut kak👍👍👍
Tri Haryani
salut banget sama tokoh Lanina, banyak pelajaran hidup bisa diambil oleh Arkan dari Lanina
Choiriyah ArBy
sampai menikah punya anak
Sri Rahayuu
bagus, menginspirasi
Lia Yulia
q mampir kak🤗
🥰Dewimitohamasreka🥰
nagis aku thor😭😭😭😭
🥰Dewimitohamasreka🥰
bab pertama meyentuh, mari lanjutkan
Leni Fatmawati Fatmawati
aku yg nangis Thor,Nina baik bngt sih km
Leni Fatmawati Fatmawati
hadeuuhh udah kaya sinetron,aku kesel author
Leni Fatmawati Fatmawati
ga kerasa mata ku berair Thor,sakit aku thor
sry rahayu
ah.... so sweet
sry rahayu
ya Allah ... terharu banget....
sry rahayu
senangnya.....
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!