NovelToon NovelToon
Tolong Nikahi Aku, Paman !

Tolong Nikahi Aku, Paman !

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Nikah Kontrak
Popularitas:12.8k
Nilai: 5
Nama Author: Black moonlight

Shanna Viarsa Darmawan melakukan kesalahan besar dengan menyerahkan kehormatannya pada Rivan Andrea Wiratama. Kepercayaannya yang begitu besar setelah tiga tahun berpacaran berakhir dengan pengkhianatan. Rivan meninggalkannya begitu saja, memaksa Shanna menanggung segalanya seorang diri. Namun, di balik luka itu, takdir justru mempertemukannya dengan Damian Alexander Wiratama—paman Rivan, adik kandung dari ibu Rivan, Mega Wiratama.

Di tengah keputusasaan, Damian menjadi satu-satunya harapan Shanna untuk menyelamatkan hidupnya. Tapi apa yang akan ia temui? Uluran tangan, atau justru penolakan yang semakin menghancurkannya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Black moonlight, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Perubahan Rivan

Shanna Viarsa Darmawan, mahasiswa manajemen bisnis semester tiga, dikenal sebagai sosok yang cerdas dan berprestasi. Reputasinya di kampus cukup baik. Ia aktif dalam berbagai kegiatan akademik maupun organisasi, dan menjadi panutan bagi banyak teman-temannya. Di balik kesibukannya, ada satu hal yang selalu membuatnya merasa nyaman—kehadiran Rivan Andrean Wiratama.

Shanna dan Rivan telah menjalin hubungan selama tiga tahun semenjak mereka masih sama sama berada di jenjang sekolah menengah. Hubungan mereka bisa dikatakan cukup sehat. Tidak ada drama berlebihan, tidak ada sikap posesif yang mencekik, dan tidak ada campur tangan orang lain yang merusak. Rivan, yang mengambil jurusan Teknik Informatika di kampus yang sama, awalnya adalah sosok pria yang baik. Dia selalu sabar, penuh perhatian, dan menghormati batasan yang telah mereka sepakati sejak awal.

Namun, tiga bulan terakhir, sesuatu dalam diri Rivan berubah. Ada hal-hal yang membuat Shanna merasa tidak nyaman, meskipun ia berusaha mengabaikannya.

Awalnya, perubahan itu terasa kecil dan nyaris tidak kentara. Sentuhan Rivan yang sebelumnya terasa hangat dan melindungi, kini mulai terasa lebih mendominasi. Cara Rivan menggenggam tangannya, cara jari-jari pria itu menyusuri lengan atau punggungnya, semua terasa berbeda. Mungkin orang lain tidak akan menyadarinya, tetapi bagi Shanna yang sudah mengenal Rivan selama bertahun-tahun, perubahan itu sangat jelas.

Rivan menjadi lebih sering menuntut waktu bersamanya. Jika dulu mereka sering menghabiskan waktu dengan sekadar berbincang di kafe kampus atau mengerjakan tugas bersama, kini Rivan lebih sering mengajak Shanna ke tempat-tempat yang lebih sepi. Apartemen Rivan yang dulu bukan tempat yang sering mereka kunjungi berdua, kini seolah menjadi tempat favorit pria itu untuk bertemu.

“Cuma sebentar, Shan. Aku capek banget hari ini, pengen ngobrol sama kamu di tempat yang tenang.”

Shanna awalnya tidak terlalu curiga. Ia berpikir bahwa mungkin Rivan hanya lelah dan ingin sedikit ketenangan. Namun, semakin sering mereka menghabiskan waktu berdua di dalam kamar Rivan, semakin ia merasa ada yang janggal.

“Van, aku enggak nyaman kalau berduaan terus di sini.”

Rivan tertawa kecil, mencoba meredakan kegelisahannya. “Kenapa? Aku enggak akan ngapa-ngapain, kok. Lagipula, ini bukan pertama kalinya kamu ke sini.”

Shanna menghela napas. Itu benar. Ia memang pernah beberapa kali mampir ke apartemen Rivan, tetapi tidak sesering ini. Dan ada sesuatu dalam cara Rivan menatapnya akhir-akhir ini yang membuatnya gelisah.

Seiring waktu, perlakuan Rivan semakin berubah. Sentuhannya tidak lagi sekadar menggenggam tangan atau merangkul bahunya. Ia mulai menyentuh wajah Shanna lebih lama, menyelipkan jemarinya ke sela-sela rambut gadis itu, dan sesekali mendekatkan wajah mereka begitu dekat hingga Shanna bisa merasakan napasnya.

Perubahan itu tidak hanya terjadi dalam interaksi fisik mereka, tetapi juga dalam sikap Rivan secara keseluruhan. Ia menjadi lebih mudah tersinggung ketika Shanna menolak ajakannya untuk datang ke kos. Jika dulu Rivan selalu bisa mengerti ketika Shanna sibuk, kini pria itu mulai mengeluh.

“Kamu selalu punya alasan buat nolak aku, Shan,” ujar Rivan suatu hari ketika mereka berjalan menuju parkiran kampus.

“Aku enggak nolak kamu, Van. Aku cuma sibuk. Tugas kuliah makin banyak, terus aku juga ada rapat di organisasi. Kamu tahu sendiri kan, aku enggak bisa sembarangan ninggalin tanggung jawab?”

Rivan mendecak kesal. “Aku juga sibuk, tapi aku selalu nyempetin waktu buat kamu. Aku enggak ngerti kenapa kamu makin menjauh dari aku.”

Shanna mengerutkan kening. “Aku enggak menjauh, Van. Kamu yang berubah.”

Rivan terdiam. Sejak kapan hubungan mereka menjadi serumit ini?

Perubahan ini terus berlangsung selama beberapa minggu, hingga akhirnya Shanna merasa perlu membicarakannya secara langsung. Ia tidak bisa terus berpura-pura bahwa semuanya baik-baik saja.

Malam itu, setelah perkuliahan selesai, mereka duduk di salah satu taman kampus. Udara malam cukup dingin, tetapi suasana sekitar cukup tenang. Shanna menatap Rivan dengan serius.

“Rivan, aku mau ngomong sesuatu.”

Rivan menoleh, menatap gadis di sampingnya. “Kenapa?”

“Aku ngerasa ada yang berubah dari kamu,” Shanna mengatakannya dengan hati-hati.

Rivan mengernyit. “Maksudnya?”

“Kamu enggak seperti dulu. Cara kamu memperlakukan aku... aku ngerasa ada yang berbeda. Aku ngerasa kamu mulai mendorong batasan yang selama ini kita sepakati.”

Rivan terdiam sejenak sebelum akhirnya tersenyum miring. “Shan, kita udah pacaran tiga tahun. Apa salah kalau aku pengen kita lebih dekat?”

Shanna menggeleng. “Bukan itu masalahnya, Van. Aku enggak bilang kalau kita enggak boleh lebih dekat. Tapi aku enggak suka kalau kamu mulai melakukan hal-hal yang membuat aku enggak nyaman.”

Wajah Rivan berubah serius. “Aku cuma pengen lebih dekat sama kamu, Shan. Aku sayang sama kamu.”

“Aku juga sayang sama kamu, Van. Tapi kalau kamu bener-bener sayang, kamu harus bisa ngerti perasaanku.”

Ada jeda di antara mereka. Mata Rivan menatap lurus ke depan, bibirnya menekan dalam garis tipis.

“Shan...” Rivan menarik napas panjang. “Aku enggak ngerti kenapa kamu begitu menutup diri dari aku.”

Shanna mendesah pelan. “Aku enggak menutup diri, Van. Aku cuma... aku butuh kamu buat menghormati batasanku. Selama ini kita bisa menjaga itu, kenapa sekarang jadi beda?”

Rivan tidak langsung menjawab. Ia tampak berpikir, sebelum akhirnya menghela napas. “Aku ngerti, Shan. Maaf kalau aku bikin kamu enggak nyaman.”

Shanna tersenyum lega. “Makasih karena udah dengerin aku.”

Namun, meskipun malam itu Rivan mengucapkan permintaan maafnya, Shanna masih bisa merasakan bahwa ada sesuatu yang masih mengganjal. Tatapan Rivan malam itu—ada sesuatu di dalamnya yang belum bisa ia pahami.

Dan ternyata, firasat Shanna tidak salah.

Hanya dalam waktu beberapa minggu setelah percakapan itu, Rivan semakin menjadi. Perubahan Rivan menarik Shanna untuk mencari tahu lebih jauh tentang apa yang terjadi pada kekasihnya itu. Sampai satu hari, sahabatnya memberikan informasi mengenai Rivan.

“Kamu tahu nggak, Shan? Rivan sekarang sering nongkrong sama Gema dan gengnya,” kata Ayu, salah satu teman sekelas Shanna, saat mereka duduk bersama di kantin kampus.

Shanna mengernyit. “Terus kenapa?”

Ayu menghela napas. “Aku cuma khawatir. Mereka itu tipe cowok-cowok yang... ya, kamu tahulah. Minum-minum, pesta, gonta-ganti cewek.”

Shanna tersentak. “Enggak mungkin. Rivan bukan tipe orang seperti itu.”

Ayu mengangkat bahu. “Aku juga enggak tahu pasti. Tapi beberapa kali aku lihat mereka bareng di tempat-tempat yang... ya, bukan tempat yang biasa Rivan datengin.”

Shanna mencoba mengabaikan rasa tidak nyaman yang mulai merayapi dadanya. Namun, tak bisa dipungkiri bahwa Rivan memang berubah. Ia mulai sering keluar malam, pulang dalam keadaan lelah, dan sesekali ada bau alkohol yang samar tercium dari tubuhnya.

1
Elza Febriati
Laaaa koq kesannya seperti damian yg keras nikahin dia, 😩 rada2 ngelunjak, semestinya banyak2 sadar diri,, dan mengambil hati damian,! Lucuuuuuu
Narata: Iyaaa ya damian duluan yang bucin wkwk karena damian udah suku duluan gasiii dari pas ketemu di kampus
total 1 replies
Dian Fitriana
update
Narata: ok kak jam 00 yaa
total 1 replies
Risma Waty
Kasihan juga sih dgn Rivan.. bukan keinginannya ninggalin Shanan. Dia dipaksa dan dibawa kabur bapaknya ke luar negeri. Rivan kan janji akan kembali menjemput Shanan. Semiga Damian ntar mengembalikan Shanan ke Rivan krn bagaimanapun anak yg dikandung Shanan adalah anaknya Rivan, otomatis cucunya Damian.
Narata: Iya sih kasihan .. Yang jahat di cerita ini adalah takdir mereka. hikss🥹
total 1 replies
Dian Fitriana
up LG thor
Dian Fitriana
update
fran
klu up yg bnyk dong .., krn klu kelamaan jd membosankan
Narata: hi kak fran, nanti author up jam 12 ya kak
total 1 replies
Anto D Cotto
lanjut crazy up Thor
Anto D Cotto
menarik
Narata
keren
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!