Scandal With Mr. Mafia

Bella meniup lilin ulang tahunnya lagi hari ini. Meski telat, tapi Ia amat bahagia karena semua adalah pemberian sang Ayah padanya. Bukan jarang, tapi memang tak pernah sama sekali memberi kejutan seperti ini. Apalagi dengan hadiah yang indah berupa gaun dan jalan-jalan.

Bella memotong kue kecil itu dan memberikan suapan pertama pada ayahnya. Bahkan ayah bella mengecup kening bella saat lagi lagi mengucapkan selamat atas ulang tahunnya hari ini. Dan rencana kedua dilaksanakan, saat sang ayah meraih kunci mobilnya untuk jalan-jalan malam ini.

"Maaf, sayang. Karena kalau pagi sampai sore, Ayah selalu ambil pekerjaan bahkan sampai keluar kota." ucap sang Ayah dengan wajah penuh sesal saat itu.

Bella hanya mengangguk dan berusaha mengerti akan semua yang dilakukan sang ayah, berharap semua memang proses perubahannya menjadi lebih baik lagi nantinya.

" Anggap saja Bella malam ini klien Ayah. Bella duduk dibelakang menikmati pemandangan, dan ayah jadi supir Bella."

"Kok gitu?" tanya nya heran.

"Ya, hanya ingin memanjakan Bella saja. Tak suka?"

"Ehmm... Engga," geleng Bella. Dan Ia menuruti ayahnya untuk duduk dikursi belakang sebagai penumpang istimewa hari ini. Bahkan sebuah buket bunga cukup besar ada disana dengan nama Bella diatasnya.

"Itu salah satu kado dari ayah. Bella suka?"

"Suka sekali," kecupnya pada bunga mawar putih itu, meski Ia sukanya yang merah. Tapi lagi-lagi, Ia ingin mengharagi jerih payah sang ayah untuk membahagiakannya saat ini.

"Le... Aku bahagia banget Le, malam ini. Besok pasti aku akan cerita panjang lebar tentang semuanya, Le." ucap bela yang selalu ingat Leo dalam moment bahagianya.

Ayah Bella menuruti apa yang ia minta malam ini. Jalan-jalan keliling kota dan mampir kesemua tempat yang indah dan belum pernah Ia datangi. Ingin minta pada Leo untuk mengajaknya, tapi Ia tahu jika Leo amat sibuk dan uangnya pasti minim saat itu.

Bella amat senang, berlarian hingga lupa jika Usianya bertambah dewasa saat ini. Seolah tubuhnya hanya bingkai dari masa kecil yang terjebak disana meronta ingin segera keluar dan bebas. Dan malam ini semuanya Ia dapatkan, apa yang Ia inginkan..

"Ayah... Terimakasih, Bella bagagia malam ini." ucapnya, berlari memeluk sang ayah dengan erat. Dan ayahnya pun membalas dengan hangat saat itu.

"Sudah malam, kita pulang?" tanya ayah Bella.

"Yuk... Besok Bella mau kerja, dan ngga boleh telat." gandengnya pada sang ayah. Mereka kembali kemobil dan mulai melakukan perjalanan lagi saat ini.

"Kok kesini, Yah? Ada apa?" tanya Bella, saat sang Ayah mengajaknya ke suatu tempat yang cukup sepi.

"Ayah ada mau ketemu orang sebentar. Bella tunggu disini, dan jangan kemana-mana. Ayah ngga bawa Hp soalnya,"

"Iya, Yah..." angguk Bella menurut.

Bella duduk didalam mobil dengan tenang. Ia memeluk buket bunga dan mengecupnya beberapa kali saat itu, lagi-lagi dengan perasaan yang amat bahagia. Dan Ia lihat dari sana, jika ayahnya tak berbohong jika bertemu dengan seseorang dan tengah berdiskusi.

"Diskusi apa? Supiran kali ya?" tanya Bella dalam hati. Ia pun mengalihkan pandangan dari sana dan fokus menunggu sang ayah dengan bersandar nyaman dimobil yang wangi itu. Bersenandung dengan riang hingga seseorang membuka mobilnya dan masuk.

Namun, orang itu bukan ayahnya dan bukan membuka pintu bagian depan. Melainkan membuka pintu bagian belakang, dimana Bella tengah duduk saat ini.

"Hay, Bella." sapa seorang pria, cukup tua dan mungkin seusia ayahnya. Bella hanya menatap canggung padanya, tapi lama-kelamaan bella takut dengan tatapan tajam yang diberikan.

Tatapan pria itu terus naik turun memeperhatikan tubuh indah Bella saat ini. Apalagi dengan bahu yang terbuka mulus, dan bagian da danya sedikit turun memperlihatkan bela hannya yang indah dan meng goda.

"Cantik... Kamu benar-benar masih perawan?" tanyanya dengan begitu vulgar, bahkan dengan seorang gadis yang baru ia temui sekali.