Niat Savana memberikan kejutan untuk tunangannya, malah membuat dirinya yang dikejutkan saat mendapatkan fakta kekasihnya berselingkuh dengan wanita lain. Kecewa, patah hati, Savana melampiaskannya dengan pergi ke club malam.
Entah apa yang terjadi, keesokan harinya ia mendapati dirinya berada diatas ranjang yang sama dengan seorang pria tampan. Pria yang mampu memikatnya dengan sejuta pesona, meski berusia jauh lebih tua darinya. Lambat laun Savana jatuh cinta padanya.
Javier Sanderix namanya dan ternyata ia adalah ayah dari sahabat karibnya Elena Sanderix. Tak peduli hubungan diantara mereka, Savana bertekad akan mendapatkan Xavier dan kekonyolannya pun dimulai, perbedaan usia tak jadi masalah!
Akankah Savana berhasil menjerat si om yang sudah membuatnya terpesona? Ataukah hanya patah hati yang akan ia rasakan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Irma Kirana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27. Maafkan aku Savana?
...🍁🍁🍁...
Gemas melihat Savana yang imut saat gadis itu marah, membuat naluri dan hasrat pria yang ada didalam diri Javier membuncah. Ia menempelkan bibirnya pada bibir ranum Savana. Memberikannya sedikit lumattan disana.
"Om...unggh..." lenguh gadis itu di sela-sela ciuman yang diberikan Javier. Ciuman itu begitu intens dan dalam, hingga Savana sulit mengimbanginya.
Melawan percuma, akhirnya Savana terbuai dan membalas pagutan bibir Javier. Naluri tubuh menuntun mereka berdua menuju ke kamar rahasia yang ada di ruang kerja Javier.
Brugh!
Savana dan Javier sama-sama terjatuh di atas ranjang empuk berukuran king size itu. Dengan Javier yang berada di atas, mengungkung tubuh mungil Savana. Sontak saja pagutan bibir mereka terlepas saat keduanya terbaring di ranjang.
Nafas Savana terengah karena kegiatan barusan. Kedua netranya bertemu pandang dengan mata coklat muda Javier. "Kenapa om menciumku? Kita bahkan tidak pacaran!" tegur Savana kesal.
"Tapi kau menikmatinya." goda Javier.
"Jangan bicara seolah aku wanita murahan!" hardik Savana galak, lalu mendorong tubuh Javier hingga pria itu terduduk. Savana mengusap-usap basah dibibirnya dengan jijik.
Dasar Savana! Kenapa kau malah terbuai? Bukannya mendorongnya. Maki Savana dalam hati.
Javier tiba-tiba saja memeluk Savana dari belakang. Kepalanya bertengger di pundak ceruk leher Savana. "Om...lepas!"
"Aku akan jelaskan semuanya, lebih baik kau dengarkan dulu." Javier memeluk Savana dengan erat, meski gadis itu meronta-ronta. Tapi tenaga Javier jelas lebih kuat, apalagi Savana hanya seringan kapas baginya.
"Tidak mau! Lebih baik kau lepaskan aku." ujar Savana masih dengan nada bicara yang kesal.
"Savana, aku tau kau marah karena kejadian hari ini. Tapi aku bisa jelaskan semuanya, kumohon dengarkan aku dulu." lirih Javier seraya memohon pada gadis itu untuk mendengarkannya. Ia tidak ingin ada salah paham apapun dalam hubungan mereka yang baru akan terjalin itu. Atau bisa dibilang sedang dalam masa percobaan karena Savana belum menerima Javier sepenuhnya. Gadis itu ingin tau dulu seberapa tulus dan serius Javier kepadanya.
"Untuk apa kau menjelaskannya padaku? Toh, aku juga bukan kekasihmu." tukas Savana sebab.
"Tapi kita akan menjadi kekasih." sahut Javier percaya diri
"Kurasa tidak om, karena disini ada mantan istrimu." sinis Savana.
Javier tersenyum tipis, masih dengan tangan yang memeluk erat Savana. Javier mencium pipi gadis itu karena gemas. "Tolong jangan melecehkanku lagi om!"
"Maaf, aku tidak bisa menahan diri karena kau sangat imut juga menggemaskan. Apalagi saat kah marah seperti ini." cetus pria itu sambil mengendus-endus aroma jeruk di tubuh Savana. Aroma sabun itu bahkan bisa membuatnya mabuk dan terangsang tanpa alkohol sekalipun.
Pikiran Javier jadi melayang pada malam pertemuan mereka, dimana ia menjamah tubuh Savana. Aroma inilah yang membuatnya candu. Rasanya sulit menahan hasrat pada gadis yang seumuran dengan putrinya ini.
"Jadi om suka kalau aku marah?" tanya Savana kesal.
"Tentu tidak, aku lebih suka kau tersenyum." jawabnya enteng.
"Lepaskan aku! Aku mau pergi, om juga harus menemani mantan istri om kan? Oh...aku lupa mengucapkan selamat, bahwa sekarang kau, Elena dan mommynya, akan menjadi keluarga yang utuh!" cecar Savana yang tidak bisa menahan rasa kesalnya lagi.
Pria itu paham Savana marah dan cemburu dengan kehadiran Elisa. Maka dari itu, Javier membalikkan tubuh Savana hingga mereka berhadapan. Javier akan menjelaskan semuanya, tentu saja dengan lawan bicaranya itu harus menatap dirinya.
"Savana...aku tau kau marah, aku tau kau cemburu. Tapi semua ada penjelasannya, kumohon dengarkan aku, oke?" bujuk Javier lembut. Inilah sikap asli Javier bila ia berhadapan dengan orang terkasihnya. Lembut, hangat, walaupun cuek.
Bibir Savana mencebik. Gadis itu belum memberikan jawaban, hanya menyilangkan kedua tangannya di dada.
Ya Tuhan! Sungguh my little girl sangat imut.
"Savana, memang benar bahwa wanita itu adalah mommy Elena. Namun aku tidak ada hubungan apa-apa lagi dengannya. Aku membawanya kesini karena sebuah alasan, itu--"
"Stop it! Aku tidak mau dengar yang itu dulu." Savana memotong ucapan Javier yang tengah menjelaskan.
"Kau mau dengar yang mana?" tanya Javier akhirnya.
"Jelaskan kenapa kau tidak mengangkat telpon dan membalas pesanku, sedangkan kau bersama dengan mommy Elena. Kau sengaja? Kau bahkan membatalkan janjimu untuk datang ke pameran seni ku karena dia kan?" oceh Savana dengan kedua alis yang terangkat ke atas. Sudah dipastikan bila dia menjadi kekasih atau istri, dia akan menjadi wanita galak dan posesif terhadap suaminya kelak. Jangan lupakan bahwa ia pencemburu, ya itu sejak Jonas mengkhianatinya. Tentu saja dia tidak mau itu terulang lagi.
"Maafkan aku... sebenarnya aku lupa mengabarimu karena sibuk rapat di kantor, bukan karena Elisa. Tapi apapun itu tidak menjadi alasannya, harusnya aku tetap mengabarimu perihal aku datang atau tidak. Maafkan aku Savana, sungguh...bukan karena dia aku mengabaikanmu." bujuk Javier, lalu perlahan dia menggenggam tangan Savana.
"Bukan itu juga yang ku permasalahkan, aku tidak masalah kau mau datang atau tidak. Tapi setidaknya kabari aku, atau setidaknya jangan berjanji bila kau tidak bisa menepatinya. Kalau kau tidak serius padaku, lebih baik jangan dekati aku lagi ataupun memberikan harapan padaku." seloroh gadis itu dengan kepala tertunduk.
Jujur ia kecewa, marah dan cemburu apalagi ketika tau bahwa Javier bersama dengan wanita yang pernah menjadi istrinya. Savana masih mengira Javier akan kembali pada mantan istrinya itu.
"Maaf Savana, maafkan aku...aku tidak akan mengulanginya lagi. Aku..."
Savana terisak. "Hiks...hiks...apa kau tau bagaimana rasanya saat seseorang memberikan harapan padamu tapi orang itu malah menghempaskannya begitu saja? Lalu tadi aku berpikir kalau perasaanku ini salah padamu,"
Dengan cepat Javier menggelengkan kepalanya, membantah semua pikiran buruk Savana. "Aku serius, aku tidak memberikanmu harapan! Aku minta maaf, berikan aku kesempatan sekali lagi ya? Aku tidak akan mengecewakanmu, sungguh."
Oh God! Aku tidak tahan melihatnya menangis.
Javier menyeka air mata yang membasahi pipi Savana dengan lembut. "Jangan menangis please, air matamu ini bisa membunuhku little girl." gadis itu masih terisak.
Pria itu menghela nafas panjang, lalu dia menceritakan semuanya pada Savana tentang Elisa yang sakit kanker otak dan tujuannya datang demi Elena. Setelah mendengar penjelasan dari Javier, Savana terlihat lebih baik. Malah ia jadi kasihan pada Elisa.
"Jadi benar dia sakit? Kasihan sekali om." Savana iba.
"Aku tidak yakin dan aku akan menyelidikinya." kata Javier ragu.
"Kenapa tidak yakin? Kenapa harus diselidiki? Bukankah dari surat dokter sudah jelas kalau mommy Savana itu sakit." ucap gadis itu polos.
"Aku takut dia berbohong, sebab dia pernah berbohong sebelumnya. Aku kan sudah cerita padamu barusan, dia itu pembohong besar."
"Iya ya...tidak ada salahnya waspada." pikir Savana sambil memutar matanya ke bawah dan ke atas.
"Jadi kau sudah memaafkanku kan? Kau percaya bahwa aku tidak memiliki perasaan apapun padanya?"
Savana mengangguk. "Aku percaya, tapi jangan diulangi lagi ya om, ingat bahwa kau masih dalam masa percobaan."
"Terima kasih, terlepas dari usiamu yang masih belia. Ternyata kau sangat pengertian." kata Javier seraya tersenyum, lalu ia pun mendekatkan wajahnya lagi pada Savana.
Savana sontak menutup mata, ia juga tersenyum dan menantikan apa yang akan dilakukan Javier padanya. Jujur saja, ciuman dengan Javier sudah menjadi candunya juga.
Saat bibir mereka akan bersentuhan, tiba-tiba saja suara seseorang dan ketukan pintu yang keras membuat Javier dan Savana menjauh.
Tok, tok, tok!
"Daddy! DADDY TOLONG MOMMY!!"
...****...
Author mau up lagi 😍😍 jangan lupa like, komen, gift dan vote nya ya 😍 jangan lupa juga mampir ke novel author yang lain dan masih ongoing.
1. Buang saja Penyesalanmu.
2. Angel for the devil
3. Obsesi Cinta Tuan Mafia