Terjerat Pesona Ayah Sahabatku
...🍀🍀🍀...
Di bandara Chicago, terlihat seorang gadis cantik dengan rambut yang digerai dan penampilan yang cantik, modis, namun tetap sopan. Matanya berwarna abu-abu, rambutnya berwarna coklat. Tubuhnya bak model dan visualnya seperti artis Hollywood.
Gadis itu menyeret kopernya yang berwarna hitam dan berjalan keluar dari bandara.
"Chicago, aku datang lagi! Jonas, tunggu aku!"
Gadis itu adalah Savana Maverick, gadis yang biasa disapa Vana, Savana. Namun, orang-orang akrab memanggilnya dengan panggilan Vana. Dia adalah gadis mandiri, berpendidikan, berasal dari keluarga terhormat, kedua orang tuanya telah bercerai dan dia tinggal bersama sang nenek. Savana adalah gadis pemberani dan cantik. Belum lama dia lulus s2 dari sekolah seninya di Inggris, Royal College of Art jurusan MA fashion.
Dia memiliki seorang kekasih bernama Jonas Satigo yang menjalin cinta dengannya selama 3 tahun. Selama itu pula mereka telah bertunangan. Jonas tinggal di Chicago, sementara Savana berada di Inggris dan mereka menjalani hubungan LDR.
Sepulang dari Inggris, Savana langsung pergi ke apartemennya di Chicago. Kepulangannya kali ini bertepatan dengan hari anniversary hubungannya dengan Jonas. Maka dari itu, Savana berinsiatif membuat kue dan menyiapkan hadiah, untuk merayakan anniversary mereka.
Savana sangat semangat membuat kue dengan tangannya sendiri. Selain itu, tak lupa dia menyiapkan hadiah untuk diberikan pada Jonas di hari jadian mereka. Savana memandang lembut dengan senyuman, barang-barang yang akan dia bawa nanti untuk kekasihnya itu.
"Jonas pasti senang karena aku sudah pulang lebih awal. Ya, setelah membuat kue ini aku akan menemuinya di apartemennya." gumam Savana sambil membuat kue di dapur. Wajahnya sampai cemong cemong dibuatnya.
Setelah selesai memanggang kue, Savana menghias kue itu dengan susah payah. Wajahnya belepotan oleh tepung dan cream kue. Dibalik wajahnya yang berkeringat itu, ada senyuman indah tersirat di bibir cantiknya. Dia tak sabar ingin segera bertemu dengan kekasihnya untuk merayakan hari jadian mereka.
Savana sengaja tidak memberitahukan kedatangan kembali ke Chicago karena ia ingin memberikan kejutan pada tunangannya. Gadis itu menenteng kue, juga kotak berwarna merah yang sudah dia siapkan sebagai hadiah untuk Jonas yang selama ini setia menunggunya saat sekolah di Inggris.
"Jonas pasti sangat senang! Aku akan mengejutkannya," gumam Savana seraya tersenyum sambil berjalan mendekati kamar apartemen kekasihnya itu.
Sesampainya didepan pintu itu, Savana langsung menekan kode apartemen Jonas yaitu tanggal jadian mereka. Tak lama kemudian, pintu itu terbuka dan Savana masuk ke dalam apartemen mewah itu.
"Semuanya masih sama," ucap Savana setelah ia melihat ke sekeliling ruang tengah apartemen tersebut. Masih sama seperti terakhir kali ia pergi kesini.
"AKHHH! Faster baby! Fucckk!! PLEASE SUCK ME!"
Savana mengernyitkan dahi begitu mendengar suara yang menganggu pendengarannya. Suara seorang wanita mendesah seperti sedang bercinta.
"Okay baby...IM COMING!"
Gadis itu berjalan ke asal suara desahann dan erangan yang mengganggunya. Jika ia tak salah, suara pria yang didengarnya adalah suara Jonas, tunangannya.
"Aarrggghhh...baby...i feel so good," ucap Jonas setelah mengeluarkan benihnya di perut seorang wanita yang tidak tahu siapa. Jonas dan wanita itu terlihat naked tanpa sehelai benang pun diatas ranjang.
Alangkah kagetnya Savana begitu melihat kekasihnya baru saja selesai bercinta dengan wanita lain. "Jonas."
Suara dingin dan tegas itu membuat Jonas dan wanita itu menoleh ke arah Savana yang tengah berdiri diambang pintu.
"Sa-sayang, ka-kamu sudah pulang?" Jonas tergagap, ia langsung menarik selimut dan menutupi tubuh bagian bawahnya.
"Iya sayang dan sambutan yang kamu berikan padaku benar-benar sangat bagus!" Savana tersenyum, namun matanya menatap jijik pada dua orang itu.
Tanpa bicara apa-apa dan hanya menampilkan ekspresi datar, Savana melemparkan kue yang dibuatnya tepat ke wajah Jonas hingga membuat wajah dan tubuh pria itu belepotan oleh kue coklat yang ia buat susah payah itu.
"Sayang...dengarkan dulu penjelasanku!" serka Jonas sambil mengusap noda kue di wajahnya.
"Penjelasan? Oh tidak usah sayang, aku sudah tau semuanya. Happy anniversary yang ke 3, Jonas! Terima kasih atas kejutannya. Ini adalah kejutan terindah dalam hidupku!" ujar Savana sinis, lalu ia melepaskan cincin yang telah tersemat di jarinya selama 3 tahun itu.
Savana melempar cincin itu tepat ke wajah Jonas. "Sayang..." lirih Jonas.
"Fuckk untuk kalian berdua!" Savana menunjukkan jari tengahnya, sebagai bentuk ujaran kebencian dan jijiknya pada Jonas dan wanita itu.
Savana keluar dari apartemen itu, Jonas bergegas berpakaian untuk menyusul Savana. Namun gadis itu tak berhasil ia kejar karena mobilnya sudah pergi jauh dari sana.
Di dalam mobil, air mata yang tadi tertahan kini semua luruh membasahi wajah cantiknya. Membuat kulit putih mulusnya berubah menjadi merah. Didepan Jonas dan wanita itu tadi, dia hanya berusaha untuk tetap elegan meski hatinya sakit dikhianati.
"Sialan! Sialan kau Jonas! Jadi begini kelakuanmu di belakangku?!" Savana memukul-mukul setir kemudinya dengan kesal, air matanya masih mengalir deras ketika ia teringat dengan kebersamaannya dan Jonas selama ini.
"SAVANA! No, kau tidak boleh menangis...tak boleh...kau harus tetap elegan, stay cool...cowok tidak cuma satu, stok cowok di dunia ini masih banyak!" seru Savana berusaha menyemangati dirinya sendiri.
Detik berikutnya, Savana kembali menangis sambil menjerit. "Huaaahhh...sialan kau Jonas!"
Ketika berada di dalam perjalanan, Savana melihat sebuah tempat hiburan malam. Biasanya Savana selalu pergi ke tempat hiburan malam itu bersama sahabatnya Elena.
Merasa akan baik-baik saja pergi sendirian, ia pun memarkirkan mobilnya dan masuk ke dalam club' malam Chicago itu. Terlihat beberapa orang bersenang-senang disana, ada yang bersenang-senang dengan bermain wanita, berjoget, minum-minum. Semua bebas disana.
"1 botol wine!" ujar Savana begitu dia duduk di kursi depan bartender tersebut.
"Okay nona," sahut bartender itu, lalu mengambil 1 botol wine yang dimaksud.
Setelah botol wine itu berada didepannya, tanpa perantara gelas. Savana langsung meneguk dari botolnya dalam sekali tegukan.
"Eh...eh...nona, kau bisa mabuk kalau meminumnya sekaligus begitu!" tegur seorang pria yang duduk disampingnya.
"Mabuk? Biarkan saja! Kata orang mabuk bisa melupakan kesedihan," racau Savana yang sudah berada dalam mode tidak sadarkan diri.
"Astaga...nona, kau mabuk." gumam si bartender saat melihat kondisi Savana yang matanya terbuka tertutup sayup-sayup.
Terlihat beberapa pria muda datang menghampiri Savana yang tengah didik sendirian. "Hai ladies, apa kau sendiri? Mau ku temani?"
"Bagaimana kalau kita bermain, nona?" tawar seorang pria berambut pirang seraya memegang bahu Savana.
Savana menepisnya, lalu ia tertawa sinis. "Hah! Aku tak mau bermain dengan anak-anak seperti kalian! Aku ingin punya kekasih yang usianya lebih tua dariku, kalian yang muda dan tampan hanya bisa menyakiti hatiku!"
Gadis itu beranjak dari tempat duduknya. Kedua pria muda itu kembali mendekat Savana, bahkan berani memegang tangannya.
"Kami tak akan menyakiti hatimu nona, kami bahkan akan memuaskanmu di ranjang." celetuk pria itu dengan seringai dibibirnya. Ia benar-benar tergoda dengan tubuh Savana yang semok itu.
"Iya, kami akan membuatmu have fun!" kata seorang pria lainnya menunjukkan wajah BRENGSEKnya.
Savana tidak menggubris kedua pria itu, ia berjalan sempoyongan tak mau mau kemana. Sampai langkahnya terhenti saat ia menabrak seseorang dengan dada bidang.
"Aduh, sakit! Aku sepertinya menabrak tembok!" seru gadis itu sambil memegang keningnya. Ia pun mendongakkan kepalanya dan melihat orang yang dia sebut sebagai tembok itu.
"Wah ternyata bukan tembok, tapi om yang sangat tampan! Om, aku bosan dengan pria yang muda dan seumuran denganku, apa om mau tidur denganku? Jadilah kekasihku, om!" racau Savana lalu menarik dasi pria itu hingga bibir mereka tak sengaja menempel. Senyumnya terus mengembang.
Pria tampan berwajah dingin itu tampak terkejut dengan semua ini. Iris mata berwarna coklat muda itu menatap Savana dengan tajam.
"Woah! Om, bibirmu manis juga," celetuk Savana setelah mencuri ciuman untuk kedua kalinya di bibir si pria.
"Kau..." mata coklat muda itu menatap Savana dengan tajam. Dia kesal dengan kekurangajaran Savana.
...***...
Hai Readers, jangan lupa komennya ya 🙈🙈 Ini karya baru author.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments
Safa Almira
suka karakter savana
2024-07-15
0
Ida Jasmin
hadir thorrr👋👋
2023-10-30
0
Efrida
suka nih aku yg tua2 ganas gini 😅😅
2023-08-20
1