Proposal Cinta Sang Ceo

Di cafe xx Jeni telah menunggu kedatangan sang ayah,seribu pertanyaan ada di kepala Jeni.kenapa sang ayah tiba-tiba ingin bertemu.Jeni melempar pandangannya jauh ke depan,dia tidak bisa menebak ayahnya,saat pandangannya kosong seseorang telah duduk dihadapannya.

“Sudah lama menunggu ”,,ucap sang pria paruh baya yang tak lain adalah Tuan Sanjaya,Jeni menoleh dan mendapati ayahnya telah duduk dihadapannya.

“Bagaimana kabar ayah,mau Jeni pesankan kopi dulu”,,ucap Jeni yang ditanggapi sang ayah dengan acuh,Jeni hendak berdiri dan memesan kopi untuk sang ayah,namun ucapannya membuat Jeni mengurungkan niatnya.

“Apa yang telah kau lakukan dikediaman Tuan Nathan”,,ucap Tuan sanjaya sambil menatap putrinya.

“Apa maksud dari pertanyaan Ayah,aku melakukan apa yang kalian inginkan, yaitu menjadi istri dari seorang Tuan Muda yang kaya raya”,,sang ayah mengangkat sebelah alisnya mendengar jawaban sang putri.

”Maksud ayah, apakah kau melakukan suatu kesalahan, hingga membuat Tuan Muda Nathan marah.dan menarik investasinya, bahkan ayah harus mengembalikkan dana pinjamannya perbulan!"

Ucap sang ayah yang mulai menaikkan nada suaranya,Jeni sungguh tidak habis pikir, inikah pemikiran ayahnya tentangnya,jika perusahaanya dalam masalah penyebabnya adalah dirinya.dada Jeni terasa sesak, akan tuduhan sang ayah yang benar-benar menyakiti hatinya.

“Apakah ayah berfikir akulah penyebabnya,mungkin saja Tuan Muda Nathan menarik investasinya Karena merasa ayah tidak memberikan kontribusi pada perusahaannya.dan mengenai dana pinjaman,bukankah memang sewajarnya ayah harus mengembalikannya.apa hubungannya denganku!"

Jeni berusaha tenang,dan membela dirinya.

“Ayah memberikan kontribusi yang bagus pada perusahaannya,bahkan nilai saham sekarang naik,jadi kalau bukan karena ulah mu, yang membuat Tuan Muda Nathan Marah lalu apa!”

Teriak Tuan Sanjaya pada putrinya,Jeni mengepalkan tangannya, dia berusaha menahan air matanya agar tak jatuh.

“Sebagai seorang ayah yang jarang bertemu dengan putrinya, apalagi setelah menikah adalah menanyakan kabar dan keadaanya Ayah. bukan menyalahkan putrinya, akibat urusan internal antara perusahaan!"

"Aku menjalani peranku dengan sangat baik, yaitu menjadi istri,ipar dan menantu yang baik.aku mengorbankan hidupku,kebahagian ku,serta keinginanku hanya untuk ayah,agar ayah tetap berjaya!"

"Aku putrimu, yang tidak mungkin melakukan hal yang akan melukaimu ayah!"

Jenita yang tidak bisa menahan genangan air matanya lagi,dia menumpahkan kekecewaannya pada sang ayah.bukannya iba dan merasa bersalah, sang ayah masih tetap menyalahkannya.

“Seorang ayah berusaha melindungi keluarganya, dan memberikan yang terbaik untuk putri-putrinya termasuk dirimu!"

"Ayah hanya meminta mu,untuk sedikit berkorban agar keluarga kita tetap bertahan.kau ingin ibu dan adikmu,serta ayah menjadi gelandangan akibat ulah mu,yang tak patuh pada suami serta membuat masalah!”

Tuan sanjaya menatap putrinya,Jeni tersenyum kepada ayahnya,lelaki yang begitu dia hormati.meski tidak pernah sekalipun meliriknya, jika melakukan hal yang benar,karena dimatanya Jeni selalu salah.

“Saat aku terpuruk karena kehilangan ibu, apakah ayah ada untuk ku. saat aku harus membagi waktu ku antara belajar,kerja sampingan untuk biaya hidupku apa ayah perduli padaku?"

"Pernahkah sedikit saja, ayah membagi perhatian ayah untukku,apakah karena aku anak dari wanita yang tidak ayah inginkan, sehingga ayah hanya menganggap ku orang lain di rumahku sendiri!"

“JENITA STEVANIA!"

Tuan Sanjaya berteriak memanggil nama lengkapnya,Jeni tersenyum getir dia usap air matanya yang telah tumpah membasahi pipinya.

“Anda tidak perlu khawatir,saya akan memohon pada Tuan Muda Nathan, agar beliau berinvestasi kembali,dan anda tak perlu datang jauh-jauh untuk memperingatkan dimana posisi saya sebenarnya dalam keluarga anda!"

Jeni bangun dari duduknya dan meninggalkan Tuan Sanjaya, yang diam terpaku setelah mendengar ucapan Jeni.terbesit rasa bersalah dihatinya,dan memang entah sejak kapan,Tuan sanjaya tidak pernah memberikan perhatian ataupun kasih sayang seorang ayah kepada Jeni. perhatiannya seluruhnya, dia tunjukan kepada istri dan putrinya kini.

Jeni meninggalkan Cafe tempatnya bertemu dengan sang ayah,rasa sesak dan kecewa begitu dia rasakan. inikah yang dia dapat dari pengorbanannya selama ini,dia mengeluarkan kesedihannya disebuah taman,tanpa dia sadari sejak keluar dari cafe dua pasang mata mengamatinya. Vano sang mantan kekasih, dan Lara adik tirinya.

Jeni duduk di taman menenangkan hati dan perasaannya,vano menghampirinya dan duduk disebelah Jeni. vano hanya diam ,Jeni yang sadar akan kehadiran seseorang hanya melirik vano sekilas. dia tidak perduli, yang dia inginkan sekarang adalah mengeluarkan kesedihannya.

Vano menepuk pelan pundak Jeni,kesempatan itu digunakan oleh Lara,dia mengambil gambar dari sudut berbeda sehingga terlihat mereka sedang bermesraan.

”Kena kau Jeni,aku akan memberikan foto ini kepada Tuan Nathan, aku yakin dia akan tambah murka padamu.begitu juga dengan ayah yang akan semakin membencimu!”

Lara tersenyum sinis dan meninggalkan taman.

“Ada masalah apa,kau bisa menceritakannya padaku”,,ucap vano setelah melihat Jeni sedikit tenang.

“Bukan urusanmu,jadi tak usah ikut campur”,,ucap Jeni ketus.

“Hei jika kau marah,kau tambah cantik.aku baru sadar ternyata kekasihku ini, memiliki pesona luar biasa”,,goda Vano yang mendapat tatapan malas dari Jeni.

“Hentikan,aku hanya ingin sendiri pergilah”,,usir Jeni,bukannya pergi vano malah semakin mendekatkan duduknya.

"Aku tidak akan pergi,meninggalkan wanita yang menangis, apalagi secantik dirimu!”

Jeni yang malas berurusan dengan Vano, akhirnya lebih memilih pergi.seruan serta panggilan vano, tidak dia hiraukan lagi.Tuan sanjaya baru saja kembali dari cafe, tidalk lama setelah itu, Lara datang menemui sang ayah.Tuan Sanjaya yang melihat kedatangan putrinya tersenyum.

"Hallo ayah”,,sapa Lara dan duduk tepat dihadapan ayahnya,yang hanya dibatasi oleh meja itu.

“Apa yang membawamu kemari,apakah pemotretan mu sudah selesai?"

Lara sedang meniti karirnya di dunia modeling,bermodalkan kekuasaan sang ayah, dia dengan mudah memasuki dunia modeling.mendengar ucapan sang ayah,Lara menampilkan wajah sedihnya,dia mendengar kabar dari ibunya kalau perusahaan sedang dalam masalah akibat pihak Nathan.

“Ayah aku tau apa yang menimpa perusahaan, dan aku tau penyebabnya kenapa Tuan Muda Nathan sepertinya marah pada ayah, sehingga berimbas ke perusahaan!"

Tuan Sanjaya mengangkat sebelah alisnya mendengar ucapan sang putri,dia pun jadi penasaran.

"Apa maksudmu Lara!"

Lara mengeluarkan ponselnya, dan memperlihatkan foto, dimana Jeni sedang berduaan bersama seorang pria.rahang Tuan sanjaya mengeras,dia begitu marah, dia tidak menyangka putrinya berani bermain dibelakang Tuan Muda Nathan.

“Darimana kau mendapatkan foto ini! "

“Aku mengikuti mereka ayah,mereka janjian bertemu di taman! "

Lara berbohong,Lara pernah menaruh hati pada vano,namun pria itu lebih memilih bersama Jeni,dan saat mereka putus pun Lara menyimpan harapan yang cukup besar pada vano. dia mengira vano akan berpindah hati padanya, namun dia salah, vano lebih memilih wanita lain menjadi selingkuhannya.

“kurang ajar, dasar anak tidak tau berterimakasih,ayah sudah mencarikan suami yang super kaya agar hidupnya tidak melarat. namun dia berani berbuat nekad seperti ini!"

"Ayah tidak akan membiarkan Tuan Nathan, melampiaskan amarahnya pada kita ,cukup ke anak itu saja,kirim foto itu kepada ayah!”

Tuan Sanjaya sangat geram,sementara Lara tersenyum penuh kemenangan.

”Mampus kau Jeni”

Pekiknya dalam hati, Tuan Sanjaya mengambil ponselnya dan menghubungi sesorang.panggilan pun terhubung,Jeni yang melihat ponselnya berdering, dan melihat nama sang ayah mengerutkan dahi.apa lagi yang ayahnya inginkan, baru saja mereka bertemu pikirnya.

“Halo Ayah”,,sapa Jeni meskipun masih merasakan sakit hati, namun dia bukan anak yang akan membenci ayahnya begitu saja.

“Dasar anak kurang ajar, tidak tau terimakasih. inikah balasan mu untuk ayah yang telah membesarkan mu.tidak akan ayah biarkan, perusahaan yang telah ayah rintis, dan ayah besarkan hancur karena anak sepertimu!”

Betapa terkejutnya Jeni, mendengar makian sang ayah,belum sempat Jeni berucap untuk membela dirinya, panggilan telah diputuskan begitu saja. Jeni berusaha menghubungi ayahnya,namun panggilannya di alihkan,Jeni begitu frustasi dengan apa yang sebenarnya terjadi.