NovelToon NovelToon
PENGASUH TUAN LUMPUH

PENGASUH TUAN LUMPUH

Status: tamat
Genre:Romantis / Komedi / Tamat / Cintamanis
Popularitas:3.5M
Nilai: 4.8
Nama Author: Chyntia R

Raya Syakila harus menerima nasib buruk saat ia pulang ke Indonesia. Rumah mewah orangtuanya telah di sita dan keluarganya jatuh miskin seketika.

Dia harus bekerja sebagai pengasuh seorang pria tampan yang lumpuh bernama Nevan, semata-mata karena dia sangat membutuhkan pekerjaan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chyntia R, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

27 - Memasak untukmu

Sesuai kesepakatan awal, Reka dan Raya pulang masing-masing setelah mencari rumah kontrakan untuk tempat tinggal Mama Sahara.

Raya pulang menaiki Taxi yang dipesankan oleh Reka.

Lagi dan lagi Raya merasa teramat sungkan pada pengacara muda itu, walaupun Ayah mereka sudah akrab sejak lama, tapi tetap saja jika dia dan Reka baru saling mengenal beberapa hari lalu.

Sikap Reka benar-benar membuat Raya tak enak hati, karena pria itu terlalu baik kepadanya, bahkan Reka juga memaksa untuk membayar uang sewa rumah untuk setahun kedepan-- padahal Raya sudah menolak dan mencegah berulang kali.

"Oke, saya anggap, saya berhutang pada kamu. Jika saya sudah mendapatkan gaji, saya pasti akan membayarnya pada kamu," kekeuh Raya.

Walaupun Reka mengangguki ucapannya itu, tapi entah kenapa Raya tidak yakin bahwa Reka sungguh-sungguh dengan kesepakatan itu.

Entahlah, intinya Raya benar-benar berniat membayar hutang itu pada Reka saat dia sudah mempunyai uang nanti.

Taxi yang membawa Raya pulang, tiba dikediaman Nev lewat tengah hari.

Raya segera masuk kedalam rumah dari pintu samping, dia menyapa beberapa ART yang sibuk dengan pekerjaan masing-masing.

"Udah balik, Ray? Tuan Nev nanyakin kamu terus tuh." ucap Roro yang tengah mengelap kaca jendela disamping rumah.

Raya menghentikan langkahnya sejenak.

"Hah? Nanyakin gimana, Mbak?" tanya Raya mengernyit.

"Iya, dari tadi bolak-balik nanya, Raya udah pulang belum, gitu..." kata Nimas menimpali.

Raya pun buru-buru menuju kamarnya untuk berganti pakaian sebelum menemui Nev.

Namun, sampai didepan pintu kamarnya, Raya begitu terkejut karena mendapati Tuan majikan yang sudah berada disana dengan tampang kusut.

"Em, Tu-tuan saya sudah kembali." kata Raya takut-takut sembari menundukkan kepalanya.

Suara Raya membuat Nev menoleh padanya.

Sebenarnya Nev belum melihat kehadiran Raya, jika saja tadi Raya tak berbicara lebih dulu, mungkin Nev akan tetap melamun didepan pintu kamar pengasuhnya itu.

Nev memandang Raya dengan tatapan yang sulit diartikan, tiada sepatah katapun yang keluar dari bibirnya untuk menyahuti ucapan Raya.

Raya menjadi kebingungan sendiri.

Apa dia marah? Apa aku terlalu lama pulang? Begitulah bisikan hati Raya yang bertanya pada dirinya sendiri.

Nev bahkan terlihat meninggalkan Raya begitu saja sembari mendorong kursi rodanya sendiri ke arah yang berlawanan.

"Tuan..." panggil Raya sedikit kuat.

Namun Nev tak berhenti bahkan tak menoleh kebelakang untuk melihat Raya.

Oh Tuan, apa kamu merajuk? Lagi-lagi Raya hanya bisa menanyakan hal itu dalam hatinya saja, karena tak mungkin dia berkata hal serupa pada Nev.

Dengan langkah tergesa, Raya buru-buru mengejar posisi Nev yang semakin menjauh.

"Apa saya pulang terlalu lama, Tuan?" tanya Raya, mencoba menghentikan laju kursi roda Nev dengan menahan handle-nya.

Nev tidak menjawab, hanya matanya menatap Raya dengan sorot mata yang tajam, seolah menyampaikan rasa dihatinya lewat tatapan itu.

"Apa Tuan sudah makan siang?" tanya Raya, berusaha mengalihkan pembicaraan.

Nev menggeleng pelan.

Raya melihat arloji di pergelangannya sendiri.

"Jam segini seharusnya Tuan sudah makan, kenapa belum makan? Saya sudah pesan sama Mbak Roro pagi tadi untuk menyiapkan makan siang Tuan." jelas Raya-- merasa bersalah pada Nev.

Dan jawaban yang diberikan Nev membuat Raya melongo.

"Apa kamu lupa? Aku pernah mengatakan ingin makan bersamamu setiap hari... aku menunggu kamu pulang." jawab Nev dengan suara terendah.

Raya menggigit bibirnya, oke, dia mengaku salah kali ini.

Untuk menutupi rasa bersalahnya, Raya pun menyunggingkan senyuman paling manis dihadapan Nev.

"Sekarang Tuan makan siang, ya. Saya akan siapkan makanan untuk Tuan." kata Raya masih tersenyum.

Nev mengangguk patuh, baru kali ini Raya melihat Nev yang penurut dan tidak banyak bicara. Membuat Raya gemas sendiri-- karena biasanya Tuannya itu selalu menyanggah ucapan Raya dan berujung dengan tindakan yang menjahilinya.

Kenapa Tuan Nev mendadak jadi penurut?

Apa kepergianku tadi membuatnya lupa jati diri sendiri, heh?

"Saya akan menghangatkan makanannya dulu, Tuan. Apa Tuan bisa kembali ke kamar sendiri?" tanya Raya dengan sikap sabar yang masih full untuk menghadapi Nev hari ini.

Nev kembali mengangguk. Rasanya Raya ingin tertawa melihat Nev tak banyak bicara seperti itu dan menjadi menurut padanya.

Jika Nev seperti ini setiap hari, kemungkinan stok kesabaran Raya tidak akan terkuras habis dan rasa jengkelnya yang sering muncul karena ulah Nev-- pasti perlahan-lahan akan menghilang.

"Baiklah, saya ke dapur, dulu. Tuan. Jika ada yang ingin Tuan makan katakan saja, biar saya suruh Bi Asih memasaknya dengan cepat." kata Raya menyarankan.

Tiba-tiba sebuah senyuman kecil terbit dari sudut bibir Nev dan Raya melihat itu.

Apa lagi kali ini, Tuan? batin Raya menangkap-- jika Tuan Nev yang terhormat pasti sudah menemukan selah untuk mengerjainya (lagi) sekarang.

"Bagaimana kalau kamu saja yang memasak untukku?" tanya Nev, berubah nada menjadi antusias.

Raya yang mendengar itu mengedipkan matanya secara berulang-ulang,

Apa dia tidak salah mendengar tentang permintaan Nev?

Bukannya dia tidak bisa memasak, hanya saja dia takut selera Nev tidak sesuai dengan masakannya, apalagi Nev terbiasa makan masakan Bi Asih yang dulunya adalah seorang kepala pelayan di salah satu Restoran ternama.

"Tapi, Tuan..." ucap Raya Ragu.

"Tidak ada protes, Raya. Aku tunggu di balkon seperti biasa." ucap Nev sembari berlalu, tak ingin permintaannya ditolak oleh Raya.

Raya pun menggaruk pelipisnya sejenak, sebelum akhirnya kembali ke kamar untuk mengganti pakaiannya.

...🌸🌸🌸🌸🌸🌸...

Raya membuka ruang penyimpanan makanan yang berada dibagian paling pojok bangunan rumah.

Suhu ruangan ini diatur sejuk, layaknya lemari es berukuran besar-- Raya bisa memilih apa saja bahan yang hendak dia masak.

Sejujurnya Raya bingung sendiri, sangking banyaknya bahan masakan didalam ruangan tiga kali empat meter ini-- dia sampai tak tahu bahan apa yang harus diambil untuk dimasaknya.

Akhirnya, Raya memikirkan masakan yang tak akan memakan banyak waktu saat dimasak nanti.

Setelah memilih bahan mentah, Raya kembali ke dapur dan bertemu Bi Asih.

Bi Asih menawarkan bantuan, tapi entah kenapa dorongan keinginan di hati Raya justru lebih memilih melakukan semuanya sendiri tanpa bantuan Bi Asih.

Dia ingin memasakkan Nev dari jerih payahnya dan murni hasil masakannya sendiri.

Lama tinggal mandiri di Luar Negeri, membuatnya cukup berpengalaman dalam hal masak sendiri.

"Tuan Nev sukanya masakan Indonesia atau Western, Bi?" tanya Raya sembari mencincang bawang bombai.

"Apa aja suka, yang penting rasanya pas dan hindari makanan yang membuat Tuan alergi." ucap Bi Asih mengingatkan.

Hampir saja Raya lupa, dia mengambil seafood dalam bahan makanan yang dia pilih tadi.

"Apa Tuan Nev alergi makan seafood?" tanya Raya pada wanita paruh baya itu.

Bi Asih tersenyum kecil. "Tuan Nev gak alergi Seafood, kok. Tapi, Tuan alergi kacang-kacangan, berhati-hati dalam memasak, ya. Dan satu lagi, beliau tidak suka asparagus." ucap Bi Asih.

Raya mengangguk, dia mengingat Nev membenci asparagus disaat hari pertamanya bekerja.

Ya, itu kesalahannya, asal mengambil lauk yang terhidang diatas meja tanpa bertanya lebih dulu pada saat itu.

Setelah berkutat dengan masakannya, Raya pun membuka celemek dan siap membawa masakannya kepada sang majikan.

Pasti Nev sudah menunggu makan siangnya yang tertunda sejak tadi.

"Masakan kamu boleh juga," kata Bi Asih memuji masakan Raya, sebelumnya Raya telah memintanya mencicipi dulu sebelum dimakan oleh Nev.

Ucapan Bi Asih membuat rasa gugup dan takutnya menjadi hilang, berganti menjadi rasa percaya diri akan cita rasa masakannya.

Raya pun mengantarkan makanan yang dia masak kepada Nev yang sudah menunggunya di Balkon kamar.

"Kamu masak apa?" tanya Nev sembari matanya memindai pada troli makanan yang Raya dorong mendekat.

"Silahkan dimakan, Tuan." ucap Raya kembali ragu dengan masakannya.

"Kalau rasanya tidak enak, saya--"

"Ini enak..." potong Nev tiba-tiba, dia terlihat sudah mengunyah sepotong cumi asam manis yang ternyata telah dicomotnya dari piring.

Raya terkejut sekaligus terkesima dengan ucapan Nev itu.

"Cepat ambilkan nasinya, Raya. Aku lapar sekali." kata Nev tak sabar.

"I-iya, Tuan." Raya pun segera melakukan perintah Nev dan menyerahkan piring berisi nasi pada lelaki itu.

"Kamu lupa kesepakatan kita?" tanya Nev menatap Raya lamat-lamat.

"Hah?" Raya bingung, tapi sedetik kemudian dia ingat bahwa Tuan Nev nya ini-- akan berubah menjadi Tuan manja ketika makan.

Maka jadilah Raya menuruti kemauan Nev tanpa diperintah lagi.

Raya mulai menyuapi pria itu makan siang tanpa banyak protes seperti hari-hari sebelumnya.

Aku malas berdebat dengannya hari ini, daripada dia marah, ada baiknya aku menuruti saja. Batin Raya.

Entah kenapa, Raya ikut senang melihat Nev yang lahap menikmati hasil masakannya. Sedikit banyak, dia merasa puas dan itu berarti usahanya memasakkan Tuan Nev yang Manja tidak sia-sia.

Raya senang Nev menyukai apa yang dia masak.

"Ini menjadi makanan favoritku," kata Nev menunjuk capcai daging masakan Raya.

"Benarkah? Apa itu enak, Tuan?" tanya Raya dengan antusias.

Nev mengangguk secara berulang.

"Kapan-kapan, apa kamu mau memasakkannya lagi untukku?" tanya Nev serius.

"I-iya, Tuan.." jawab Raya sembari mengalihkan padangan, dia selalu tak berani menatap mata cokelat milik pria dihadapannya.

Nev tersenyum, kemudian entah keberanian dari mana--tangan Nev justru terulur, lalu secara spontan dia mengusak lembut rambut di pucuk kepala Raya, membuat wajah wanita itu merona seketika.

Bisakah waktu berhenti sejenak? Aku tidak mau momen ini berakhir begitu saja. Raya.

...Bersambung ......

...Jangan lupa like, komentar, vote dan hadiah ya. Jadikan favorite juga💕...

1
Asih S Yekti
ceritanya kok terlalu kejam ya
Mas Tista
semoga hukuman untuk feli sesuai dgn kejahatannya
Mas Tista
miris yaaaa....
Victoria Neka
sungguh karya yg sangat bagus
Mas Tista
ads....aku
Mas Tista
kagum sama raya
Chyntia Rizky 🖋️: makasih sudah mampir di novel ini ya kak. baca karya saya yg lain ya setelah ini🙏🏻🙏🏻
total 1 replies
Selvy Anton
Luar biasa
Arie Chrisdiana
maaf thor terpaksa aq bacanya lompat2 coz 1 bab aja isinya buanyak skl dan terlalu bertele2 jd nya bosan, utk ke depannya usulan ku tlg jgn bertele2 ya thor biar yg baca ndak cpt bosan,,, tetap semangat thor 💪💪🙏🙏🙏
Arie Chrisdiana
Mmgnya Nevan ndak punya asisten pribadi atau sekretaris ta kok ndak ada yg dampingi
Arie Chrisdiana
sdh mulai ada kemajuan tuch 👏👏👏👏
Rain
👍
Iin Karmini
ga asyik ya nev klo bogemnya msh mentah...bogem matang lbh syedaap
Iin Karmini
knapa nenek nev yg slh?? othor laah..itu nenek nev nurut mau othor lho😜😜
Iin Karmini
tul bgt...
anita
jgn2 nev gk lumpuh,itu cm buat ngetes feli aja
Iin Karmini
ampyun dah...
Iin Karmini
gaskn...
Iin Karmini
Luar biasa
Kpop Lovers
Aku nangisssss astagaaa... terharu rasanya bahagia banget padahal cuma novel doang.. 😭😭😭😭😭
Yanti Sasmira
👍👍👍👍👍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!