Serra gadis yang masih berusia 19 tahun mempertaruhkan kehormatannya karena hanya sakit hati atas perbuatan sang tunangan yang berselingkuh dengan sahabatnya.
kata-kata sang kekasih yang menyakitinya membuatnya berpikir pendek, tidur dengan pria yang baru dikenalnya malam itu.
Arkan yang menerima tawaran wanita yang sangat menyedihkan itu. Memenuhi permintaan wanita itu karena sebuah persyaratan. Mereka menghabiskan malam bersama tanpa mengenal satu sama lain.
Beberapa tahun kemudian takdir mempertemukan mereka dalam keadaan berbeda. Serra yang mengalami kecelakaan dan membuatnya kehilangan penglihatan.
Harus sering berurusan dengan Arkan karena sebuah kasus.
Bagaimana Arkan harus menghadapi wanita yang pernah tidur dengannya namun wanita itu tidak bisa melihat dan mengenalinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ainuncepenis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
DEMAM
Arkan terus mengumpat di dalam hatinya mengenai ucapan Suroto yang barusan saja di dengarnya. Arkan memang belum siap jika harus mengumumkan pernikahannya dengan Serra.
Ditengah pemikiran Arkan yang stres tanpa menemukan jalan keluar, 2 sahabatnya Roy dan Alex memasuki ruangannya. Seperti biasa ke-2 sahabatnya itu memang tidak mempunya akhlak.
Cuma mereka ber-2 yang bisa memasuki ruangan Arkan tanpa ada janji dan bahkan masuk tanpa mengetuk pintu.
" Kenapa lo Ar?" tanya Alex dan langsung duduk di sofa, di susul dengan Roy.
" Gak dapat jatah," celetuk Roy menaikkan kakinya keatas meja.
" Kaki lo turunkan," ucap Arkan bangkit dari duduknya menghampiri ke-2 temannya itu.
" Kaki lo," sahut Alex menurunkan paksa kaki Roy.
" Ya elah, lo juga kayak gitu," protes Roy pada Arkan.
" Gue punya kantor ini, jadi terserah gue," jawab Arkan sinis dan duduk disofa di hadapan ke-2 temannya.
" Iya, bos Arkan," ucap Roy nada mengejek, " gimana keadaan istri lo?" tanya Roy.
" Hmm dia baik-baik aja," jawab Arkan cepat.
" Terus kenapa lo murung, bukannya tadi lo kekantor Polisi ya, kok gak ketemu kita," ucap Roy banyak tanya.
" Gue banyak kerjaan jadi nggak sempat nemuin kalian," jawab Arkan
" Terus lo kenapa, kayaknya banyak pikiran?" tanya Alex yang belum mendapat jawaban.
" Gue cuma mikirin mertua gue," jawab Arkan.
" Kenapa mertua lo?" tanya Roy.
" Dia mau umumkan pernikahan gue," jawab Arkan.
" Terus masalahnya," sahut Alex.
" Ya, gue belum siap aja, kalau semua orang tau jika Serra istri gue, dan gue rasa itu gak perlu diumumkan, kalau memang sudah waktunya dengan sendirinya orang lain juga bakalan tau," jelas Arkan.
" Alasan, bilang aja, supaya lo bisa terus main dengan cewek lain kan," celetuk Roy tersenyum nakal, membuat Arkan kesal, memang jika bicara dengan Roy secara serius tidak akan pernah sampai keotaknya.
Di dalam otak Roy hanya ada kata wanita dengan semua pikiran mesumnya itu. Arkan terus melebarkan matanya menatap Roy yang sampai sekarang masih cengengesan dengan pemikirannya terhadap Arkan.
" Gue becanda, serius amat," ucap Roy yang melihat wajah Arkan berubah menjadi monster.
Alex yang melihat temannya hanya geleng-geleng sambil tersenyum.
" Menurut gue ni ya Arkan, sebaiknya lo harus kasih tau semua orang jika lo sudah menikah, ya gue nggak tau maksud lo buat nikahin Serra, cuma lo juga harus mikirin dia, semua ada di tangan lo, itu urusan lo mau mengumumkan atau tidak," ucap Alex memberi saran.
" Gue belum siap kalau harus mengumumkannya, keluarga gue juga belum tau kalau gue sudah menikah dengan Serra, jika gue umumkan dan mereka tau dari media yang ada mereka akan kecewa," ucap Arkan.
" Terus kenapa lo nggak kasih tau keluarga lo?" tanya Roy.
" Gue belum punya waktu," jawab Arkan.
" Arkan saran gue ni ya, sebaiknya lo harus kasih tau nyokap-bokap lo, tentang Serra, gue takut aja akan terjadi masalah kalau sampai mereka tau dari orang lain," ucap Roy memberi saran dengan serius.
" Lagi pula lo, aneh banget sih, masa iya nikah, lo nggak kasih tau, apa salahnya sih, tinggal ditelpon aja, ni ya Arkan gue gak tau maksud lo nikahi Serra, tapi lo jangan lupa rasa itu bisa timbul dengan sendirinya, mungkin awalnya lo cuma mikir menikah sama Serra hanya untuk bersenang-senang semata, tapi lo akan selalu sama dia, lo pulang kerumah akan ketemu dia, tidur sekamar dengan dia, sebagian waktu lo untuk dia, jangan sampai pada akhirnya lo bakal punya rasa atau justru sebaliknya Serra. Yang pada akhirnya lo bakal nyakitin dia," ucap Alex.
Alex memang tau jika pernikahan Serra dan Arkan bukan di dasari cinta, tetapi mungkin ke-2nya akan mengalami itu seiring berjalannya waktu, dan dengan semua misteri yang di simpan Arkan yang Alex juga tidak tau apa itu bisa mengakibatkan saling menyakiti di antar ke-2nya.
Arkan yang mendengar ucapan Alex, seperti masuk kedalam pikirannya, seakan Alex tau apa yang di cemaskannya. Arkan memang menikahi Serra tanpa rasa cinta sedikitpun.
Tetapi tidak tau perasaannya justru semakin berbeda. Dia juga takut jika Serra tau siapa dirinya, mungkin Serra tidak akan pernah memaafkannya.
" Woy mala bengong," ucap Roy melambaikan tangannya di wajah Arkan, Arkan langsung membuyarkan pikirannya.
" Hmm, iya kenapa tadi," ucap Arkan.
" Kenapa, ya elo yang kenapa?" ucap kesal Roy.
" Arkan lo harus pikiran Serra juga, jangan egois, dia wanita, jangan sampai dia sakit hati cuma gara-gara lo," ucap tegas Alex.
" Kenapa sih, kok jadi serius gini," sahut Roy, yang melihat ke-2 temannya berbicara tidak seperti biasanya.
" Emang elo, bawaannya becanda mu," oceh Alex.
" Gue cuma santai, kalau kerja baru serius ini urusan wanita ngapain di seriusin," ucap Roy.
" Udah lo diam aja," ucap Alex menutup mulut Roy agar tidak mengeluarkan suara lagi.
Arkan hanya bisa diam dan geleng-geleng melihat 2 temannya kembali bercanda, tetapi perkataan Alex justru memasuki pikirannya dan menambah bebannya.
*********
Malam hari, Nindy kembali mengantar makan malam untuk Serra, tetapi tetap saja Serra masih menolaknya, dan Nindy menarik napas kembali mengantarkan makanan yang di bawanya ke dapur.
" Non Serra nggak mau makan lagi?" tanya Sufi saat melihat Nindy kembali membawa makanan.
" Iya bu, non Serra menolak lagi," jawab Nindy lemas.
" Adu, kenapa seperti ini apa dia sakit?" tanya bi Sufi.
" Entah lah Bu, bagaimana jika Pak Arkan pulang dan melihat istrinya belum makan, pasti kita kenak omelin," ucap Nindy sudah bisa menebak kejadian selanjutnya.
" Ada apa ya, apa mereka ribut kemarin?" ucap Bi, Sufi bingung.
" Mungkin saja Bu, soalnya tadi pagi Nindy sempat dengar suara pak Arkan agak keras," sahut Nindy yang sempat mendengar, saat mengetuk pintu. Nindi mengurungkan niatnya mengetuk pintu kamar majikannya dan langsung pergi.
" Adu bagaimana ini, masalah tadi malam aja belum selesai dan sekarang non Serra malah tidak makan dari tadi pagi," ucap Bi Sufi bingung.
" Serra tidak makan dari tadi pagi," Sahut Arkan.
Arkan sudah pulang dan saat menaiki anak tangga menuju kamarnya tidak sengaja mendengar obrolan terakhir dari ke-2 artnya itu.
Nindy dan Bi Sufi langsung kaget, dan langsung menunduk saat mendengar suara dari majikannya.
" Apa Serra belum makan dari tadi pagi?" Tanya Arkan mengulangi pertanyaannya.
" Iya Pak," jawab bi Sufi.
" Kenapa?" tanya Arkan.
" Saya tidak tau pak, saat saya mengetuk pintu ingin mengantarkan makanan non Serra cuma bilang kalau dia lapar nanti dipanggil, tapi sampai sekarang non Serra belum makan sedikitpun pak, dan non Serra juga mengunci pintu kamar," jelas Nindy.
" Kenapa lagi dia," ucap Arkan dan langsung pergi menuju kamarnya.
ke-2 pelayan itu melepaskan napas mereka secara bersamaan saling melihat merasa lega tidak langsung di marahi Arkan. Arkan langsung menuju kamarnya, tanpa mengetuk pintu Arkan membuka pintu kamar dengan kunci serap.
Serra sudah membaringkan tubuhnya di atas tempat tidur, Arkan yang melihatnya langsung menghampirinya, Arkan melihat Serra tertidur.
" Serra bangunlah kamu harus makan," ucap Arkan duduk di dekat Serra.
" Serra," panggil Arkan tanpa mendapat respon dari Serra yang masih tetap menutup matanya.
" Serra," Addrian yang kembali emosi menggoyang pelan tubuh Serra, Arkan kaget saat tidak sengaja menyentuh tangan Serra yang hangat.
" Serra," panggil Arkan meletakkan punggung tangannya di kening Serra.
Arkan merasakan hangat di tubuh Serra yang panas luar biasa, bahkan punggung tangannya ikut panas.
" Serra kamu sakit," ucap Arkan cemas, menggoyangkan pelan tubuh Serra dan beberapa kali kembali memegang kening Serra.
Serra tidak merespon sama sekali.
Arkan memutuskan memanggil dokter pribadinya, dengan cepat Dokter pun langsung mendatangi kediaman Arkan. Dokter mulai memeriksa tubuh Serra dengan steteskop.
" Bagaimana keadaannya?" tanya Arkan cemas.
Dokter melepas steteskop dari lehernya dan memegang kening Serra. Serra yang sudah bangun hanya diam saja.
" Panasnya akan segera turun, Bu Serra hanya kelelahan dan perutnya kosong, beri Bu Serra makan, setelah itu berikan obatnya, maka kondisinya akan segera pulih," ucap dokter memberi saran.
" Baiklah," jawab Arkan.
" Bu Serra jaga kesehatan ya, jangan telat makan, jangan banyak pikiran," Saran Dokter, Serra hanya mengangguk.
" Baiklah pak Arkan, saya permisi dulu," ucap pamit Dokter.
" Iya, baiklah terima kasih," jawab Arkan.
benar2 ya arkan si maha sempurna
dasar arkan maha sempurna, muak aku dg sifatnya
aku lbh suka klau endingnya serra gk sama arkan lagi, mungkin dg dokter mata serra nanntinya jatuh hati sama pasiennya, itu akn lebih seru daripada sama si arkan yg maha sempurna eh sok sempurna maksudnya 🤭
meinikah bukan karna cinta, tidak mau meninggalkan trus apa masalahmu wahai arkan yg sok sempurna
apa sesusah itu meyakinkan hati,
seenaknya sendiri gk suka dibantah tapi selalu membantah, mana ada orang yg seperti itu
saranku ya serra kamu tinggalin aja arkan diam2 biar tau rasa tuh orang yg maha sempurna 😏