Aleta seorang gadis yatim piatu yang tinggal di panti asuhan. Gadis ini memiliki wajah yang cantik, dengan sepasang mata yang bening dan indah. Nasib mempertemukannya dengan seorang kakek yang sedang tertabrak mobil.
Karena sifat penolongnya, Aleta dibawa kakek ke kota Bandung dan dinikahkan dengan cucunya yang memiliki tabiat keras. Dengan kelembutan hatinya, pada akhirnya Aleta bisa meluluhkan hati suaminya.
Intrik-intrik yang muncul dalam pernikahannya, akhirnya menjadikan mereka untuk saling menguatkan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mamah AllRey.., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Short course
Hari kedua di Bandung, Aleta merasa sangat kesepian. Sejak jam delapan pagi, Devan sudah berangkat kerja, dan tinggal Aleta di apartemen sendirian.
"Apa aku jalan keluar sendirian ya, tapi jalan kemana aku tidak hafal dengan jalan-jalan disini." pikir Aleta.
Akhirnya Aleta memutuskan melihat acara televisi untuk mengisi waktu kosongnya, dan memilih Channel Ne**lix.
"Drttt....drttt...," tiba-tiba ponselnya bergetar, dan di screen ponsel terlihat Corry teman kuliahnya melakukan panggilan.
"Assalamualaikum, Corry..., apa kabar." Aleta mengucapkan salam pada Corry dengan hati bahagia.
"Wa Alaikum salam..., harusnya aku yang nanya kabar Ta..., sudah satu minggu kamu tidak pernah nongol lagi di kampus. Aku pikir kamu sedang sakit, tapi mendengar suaramu sepertinya pikiranku salah deh," cerocos Corry tidak memberi kesempatan Aleta untuk berbicara.
"He...he..., iya aku sehat Corry. Do akan ya, Minggu depan aku bisa join lagi kuliah offline bareng kalian. Swear..., aku kangen banget sama kalian semua." sahut Aleta dengan senyum lebarnya.
Mendadak moodnya muncul lagi, mendengar suara Corry teman baiknya.
"Memang kamu lagi dimana, kamu tidak kasihan apa sama aku. Kalau kamu kuliahnya join hybrid learning, aku K.O Aleta..., tugas-tugasku kacau." protes Corry.
"Ha...ha..., kamu beneran kangen aku, atau kangen sama contekan tugas-tugas kuliah." kata Aleta menggoda Corry.
"Ya dua-duanya donk. Masak kamu tega sama aku, kemaren kuis pak Theo aku diminta remidi Minggu depan. Ga tahu, kamu tidak ada kenapa aku jadi blank semua."
"Lha... emang bukannya kamu selama ini, selalu blank kalau kelasnya pak Theo. He...He..," ledek Aleta.
"Ya, tidak begitu juga donk. Kita kan collab bareng, partnership gitu lho, he..he... Tapi begitu partner ga muncul, tersumbat donk ide-ide brillianku."
"Ha...ha.., terserah kamu saja deh. Sebahagiamu pokoknya."
Kedua sahabat yang sudah satu Minggu tidak bertemu itu, saling mencurahkan rasa rindu melalui panggilan telepon.
*****
Bosan menyaksikan saluran televisi, Aleta mengambil laptop, dan mulai online untuk mengisi kekosongan waktu. Dia mulai mengecek satu persatu notifikasi di platform G**gle Classroom , dan e learning untuk memastikan tugas-tugas dan materi kuliah dari dosen, selama tidak join perkuliahan offline tidak ada yang terlewat.
Sedang antusiasnya memilih bahasa pemrograman untuk memulai aktivitas Coding, tiba-tiba terdengar bunyi bel. Aleta segera berjalan menuju pintu, untuk melihat siapa yang datang ke apartemennya. Karena merasa belum memiliki teman di kota ini, dia memastikan dirinya untuk berhati-hati. Sebelum membuka pintu, Aleta mengintip dari lubang pintu. Terlihat Asep sopir keluarga Cokro sedang berdiri di depan pintu, dan merasa mengenali tamunya Aleta segera membukakan pintu.
"Selamat siang non Aleta," sapa Asep dengan sopan.
"Selamat siang pak Asep, ada apa ya, mas Devan saat ini sedang ada di kantor." kata Aleta.
"Iya non, tadi saya diminta tuan Devan untuk menjemput non Aleta. Saya diminta untuk mengantarkan non ke butik Tuan Joni."
"Kira-kira ada apa ya di tempat Joni."
"Katanya non ada kelas disana, tapi untuk lebih jelasnya mungkin non Aleta bisa menanyakan sendiri pada tuan Devan. Karena saya hanya diminta Tuan untuk menjemput non." Asep menjelaskan pesan dari Devan.
"Baiklah pak, saya siap-siap dulu. Pak Asep mau nunggu dimana,"
"Saya nunggu di basement saja ya non. Sekalian saya siapkan mobilnya."
"Ya," Aleta segera bersiap-siap untuk mengikuti short course di butik Joni.
Lima belas menit kemudian, Aleta sudah sampai di butik Joni dengan diantar Asep.
"Non, ditunggu atau nanti saya jemput kalau sudah selesai? Tadi Tuan bilang, non Aleta sampai jam 15.00 yang kursus." tanya Asep.
"Ditinggal saja pak Asep, nanti dijemput jam 15.00."
"Baik Non, pak Asep pergi dulu ya."
"Ya." sahut Aleta sambil melangkah masuk.
Joni dengan gaya khasnya menyambut Aleta di depan lobby.
"Selamat siang Cint.. mutiara Joni sudah datang. Ayo masuk..., masuk." sapa Joni dengan gaya khas melambai.
Joni membawa Aleta ke dalam mini class, dan didalam ruangan sudah hadir dua perempuan seusia Aleta dan satu orang asisten Joni. Aleta memberikan salam dan senyuman kepada semua yang ada di ruangan.
"Selamat siang," sapanya dengan ramah.
"Siang," mereka menoleh dam menjawab sapaan Aleta.
"Ok...ok.. karena sudah datang semua yang ikut short course hari ini, kita mulai ya. Peserta kursus di kelas ini ada tiga orang yaitu Aleta, Chyntia, dan Alice. Silakan nanti selepas kelas, kalian saling memperkenalkan diri."
Joni kemudian memulai kelas, dan memberikan pengantar berupa garis besar kisi-kisi materi yang akan mereka pelajari. Pertemuan perdana hari ini, diisi dengan materi tentang pengembangan diri, dasar-dasar makeup untuk berbagai kesempatan.
Jam lima belas kurang sepuluh menit, kelas sudah berakhir. Setelah selesai, Aleta menengok ke halaman parkir, tetapi mobil yang dibawa pak Asep belum kelihatan.
"Kenapa aku tadi lupa minta nomor ponsel pak Asep ya, jadinya aku harus nungguin." Aleta menggerutu sendiri.
Akhirnya Aleta kembali masuk butik untuk menunggu di lounge. Aleta masuk dengan jalan menunduk, dan di pintu masuk tiba-tiba dia menabrak seseorang. Dia hampir membentur pintu, tapi untungnya sepasang tangan kekar memeganginya sehingga dia tidak jadi terbentur.
"Aduh," seru Aleta lirih.
"Maaf, maaf saya kurang konsentrasi tadi." kata laki-laki yang ditabrak Aleta.
Aleta melihat ke sumber suara. Di depannya, berdiri laki-laki berkulit putih, rambut agak gondrong, dengan wajah sebelas dua belas mirip Ariel Noah. Aleta memang penggemar Ariel Noah, bahkan sejak grup bandnya bernama Peterpan.
"Wow..., ada om Ariel disini." Aleta membatin sendiri, mengagumi sosok laki-laki yang ada di hadapannya.
"Kamu tidak apa-apa," tanya laki-laki itu dengan memperlihatkan senyum manisnya.
"Terima kasih, Aku baik-baik saja," tanya Aleta agak gugup, kemudian dengan agak malu dia melepaskan tangan laki-laki yang sedang memegang lengannya. Dia segera meninggalkan laki-laki itu dan mencari tempat duduk di lounge.
Sambil menunggu Asep, Aleta memainkan ponsel yang ada di tangannya. Tapi, tiba-tiba ada suara yang mengejutkannya.
"Terimalah..., untuk permohonan maaf ku karena baru saja menabrakmu." satu batang coklat ***verqueen dan satu susu UHT tiba-tiba disodorkan padanya.
Sontak Aleta menengadahkan wajahnya ke atas, dan di depannya laki-laki mirip Ariel sedang tersenyum manis Aleta ingin menolaknya, tetapi tangannya berbicara lain.
"Terima kasih," sahut Aleta sambil menerima coklat dan susu UHT.
"Aku boleh duduk disini."
Aleta menganggukkan kepalanya. Laki-laki itu duduk di depan Aleta, sehingga mereka saling berhadapan.
"Kenalkan, aku Irvan," laki-laki itu mengenalkan diri sambil menyodorkan tangannya mengajak salaman.
Aleta menyalami Irvan, dan ternyata Irvan sangat asyik diajak untuk teman ngobrol.
"Kamu tinggal dimana Aleta," tanya Irvan.
"G***way Pasteur apartment."
"Kapan-kapan boleh nih aku main."
"Jangan, aku seringnya di apartemen sendirian. Kalau mau ketemu harus ada orang lain, atau kita bisa janjian di luar. Kalau di luar kan banyak orang, jadi tidak ada yang mikir macam-macam."
Aleta dan Irvan akhirnya bisa mengobrol dengan seru, mungkin karena seusia sehingga bicaranya bisa nyambung. Aleta tidak menyadari jika yang menjemputnya adalah Devan, sehingga tidak memperhatikan saat Devan masuk ruangan.
******
Devan tiba di butik Joni pukul 15.30, melebihi waktu yang telah dijanjikan Asep untuk menjemput Aleta.
"Semoga Aleta tidak marah, aku telat menjemputnya." Devan berpikir sendiri.
Setelah memarkir mobil di halaman parkir, Devan bergegas masuk. Di lounge, Devan melihat laki-laki dan perempuan sedang berbicara dengan ceria. Devan hanya memandang sekilas, kemudian langsung menuju ruangan Joni.
"Jon..., mana istriku." tanya Devan tiba-tiba.
"Aduh boss, bisa rontok jantungku. Dateng-dateng tidak pakai salam, langsung main tembak aja." sahut Joni.
"Kelas udah selesai dari pukul 14.45 boss, mungkin lagi nunggu di lounge." lanjutnya.
Tanpa menjawab Joni, Devan langsung kembali keluar menuju lounge. Di depan lounge, Devan melihat Aleta yang sedang bicara seru dengan laki-laki seumuran. Mereka duduk berhadapan. Tiba-tiba hati Devan terasa sedikit nyeri, kemudian dia mendatangi Aleta.
"Aleta.., sudah lama menunggunya." tanyanya lembut.
Aleta menoleh, dan melihat Devan datang menjemputnya.
"Oh mas Devan to yang jemput, Aleta pikir pak Asep." jawab Aleta sambil berdiri kemudian menghampiri Devan.
"Irvan, udah ya aku duluan." pamitnya pada Irvan.
Devan langsung meraih tangan Aleta dan menggandengnya menuju mobil. Dari jauh, Irvan hanya melihatnya sambil tersenyum.
*****
lanjut Thor