Shanum namanya.. wanita periang nan cantik.
Tanpa sebuah rencana, tanpa sebuah aba-aba. Seorang pria tampan dan sukses memintanya untuk menjadi pacarnya. Ya.. "Sebatas Pacar Sewaan" demi menutupi kepergian kekasihnya.
"Satu tahun, hanya satu tahun, berpura-puralah menjadi pacarku." Pinta Pria itu.
"Kenapa mesti aku?" Tanya Sha dengan wajah yang penuh dengan pertanyaan.
Hari demi hari mereka jalani bersama. Cinta hadir tanpa mereka sadari. Tawa dan air mata menghampiri keduanya. Menjadi sebuah kenangan menuju masa depan.
"Aku hanya sebatas pacar sewaan saja. Harusnya aku siap jika saat perpisahan itu tiba, kenapa aku tak rela sekarang."
Mampukah Sha menjalankan hari-harinya? Mari tertawa dan menangis bersama ya.. Yuk, kita kepoin kisahnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kurniasih Paturahman, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bersama
Ingin sekali ku bertanya banyak hal tentang kamu dan tentang dia.
-Shanum-
🍁🍁🍁
Memandang keramaian jalan sore itu. Shanum kini sudah berada di dalam mobil milik Keenan, dan Keenan berada di sampingnya yang tengah mengemudi.
"Aku lapar, kita makan dulu ya." Ucap Keenan.
"Ya.."Jawab Sha mengganguk.
"Mau makan apa?"
"Bagaimana kalau kita makan soto." Jawab Sha cepat.
Tiba-tiba saja dia teringat dengan Soto daging langganannya. Salah satu makanan favoritnya.
"Ehmm.. boleh, di mana restonya?"
"Bukan resto sih..."Jawab Sha ragu, rasanya ia salah memberi ide makanan untuk Keenan.
"Lalu.."
"Warung tenda gitu, di sana banyak sekali tempat makan dan enak-enak. Di sana tidak hanya soto saja, ada juga yang berjualan Sate, Ayam pecel, Bakso, Nasi goreng...." Ucap Sha tiada henti menyebutkan berbagai macam makanan dan akhirnya ia sadar sendiri akan keributannya itu.
"Tapi kita tidak harus ke sana sih." Ucap Sha selanjutnya.
"Di mana letaknya?"
"Kita ke tempat lain saja." Ucap Sha yang tiba-tiba mengubah ajakannya.
"Seorang Keenan diajak makan ke warung tenda.. duh nyari perkara kamu Sha.." Batin Sha berucap tanda menyesal.
"Loh kenapa, katamu enak."
"Iya enak.. tapi.."
"Ayo kita ke sana.. Aku juga ingin makan yang enak." Ucap Keenan kemudian dan dengan lembut mengusap kepala Sha.
Shanum menjadi salah tingkah dibuatnya, dan akhirnya merekapun memutuskan untuk tetap melanjutkan perjalanan ke warung tenda di mana soto itu berada.
Setengah jam kemudian, merekapun sampai. Tak ada raut wajah yang kaget yang ditunjukkan Keenan saat ini. Padahal Shanum sudah sangat takut jika Keenan akan terkejut saat nanti tiba.
Keenan pun segera memarkirkan mobilnya, membuka jas kerjanya, dan kini tinggal kemeja putih polos membalut tubuhnya. Kedua kancing di bagian tangan dibukanya, dan ia gulung kemudian, kancing di kerah baju pun ia buka. Terlihat lebih santai namun tetap berkharisma.
Shanum yang mau tak mau menatap aksi Keenan saat itu, menjadi gugup dibuatnya.
"Yuk.. turun." Ajak Keenan kemudian sambil membuka pintu dan keluar mobil segera.
Shanum pun melakukan hal yang sama, dirinya kini sudah berada di luar mobil sambil menatap sekeliling. Namun tiba-tuba Sha terkejut, ada sebuah rasa yang hangat dan nyaman menyentuh jemarinya. Ya.. Keenan tengah menggenggam jemari Shanum saat dirinya telah sampai dekat dengan Shanum.
Shanum kembali terdiam, ia berpikir apa yang harus dilakukannya, melepaskan genggaman itu atau tetap membiarkannya. Entah bagaimana perasaan Sha saat itu, ia pun tak bisa memahaminya, dengan sebuah tatapan dan senyum yang Keenan tunjukan kemudian, berhasil membuat Shanum merasa tak rela untuk melepaskan genggaman itu.
"Di mana tempatnya." Ucap Keen saat mereka masih saling bertatapan.
"Ahh.. di sana." Tunjuk Sha dan terasa tarikan lembut dari tangan Keenan, mengajak dan membawanya ke tempat yang ditunjuk Shanum saat itu.
Langit sore itu terlihat begitu indah. Seakan melukiskan perasaan yang tengah Shanum rasakan. Rasanya ingin menghentikan waktu saat ini juga, agar rasa ini tetap terasa.
Keenan seakan benar-benar menjadi miliknya, miliknya seutuhnya. Begitupun dengan Keenan, Keenan merasa Shanum adalah miliknya. Perhatiannya begitu jelas ia tunjukkan pada Sha.
"Aku kira kamu akan kaget dan menolak saat sampai di sini." Ucap Shanum saat mereka sudah tiba di warung tenda soto itu berada.
"Kenapa harus begitu."
"Kamukan bos, harusnya aku enggak ajak kamu ke tempat seperti ini."
"Jangan berpikir berlebihan." Ucap Keenan dan tertawa kemudian.
"Kenapa tertawa, memangnya ada yang lucu?"
"Iya ada, dan itu kamu."
"Ish.. ngeledek."
Sambil memesan dan menunggu makanan, Keenan dan Shanum pun mengobrol kembali. Obrolan singkat pun terjadi sepanjang kebersamaan mereka saat itu. Makan bersama kemudian.
Hingga malam pun tiba, setelah menghabiskan makan, merekapun memutuskan untuk langsung kembali. Berjalan bersama menuju mobil.
"Aku dan Rena sering sekali ke sini." Ucap Sha sambil melangkah.
"Oh.. ya."
"Ya.. Keen, soalnya letaknya dekat dengan kampus. Jadi kalau kita balik siang atau sore pasti kita mampir ke sini."
"Kamu sudah lama dekat dengan Rena."
"Ehmm.. dia teman pertama yang ku kenal di kampus. Kalau kau dengan Radit?"
"Aku dan Radit sudah berteman sejak SMA."
"Waw.. sudah lama sekali."
"Ya.."
"Lalu Yuna?" Tanya Shanum tiba-tiba.
Entah kenapa, Shanum tiba-tiba berpikir tentang Yuna. Tiba-tiba menjadi begitu penasaran dengan sosok Yuna di kehidupan Keenan dulu.
"Kau ingat dengan Aulia?"
"Ya.." Jawab Sha menggangguk.
Shanum tentu saja mengingat Aulia, dia pernah menjadi bosnya saat pertama kali masuk di kantor Keen, sebelum akhirnya ia dipindahkan menjadi sekretaris Keen dan bekerja satu ruangan sekarang.
"Aulia itu sahabatnya Yuna." Ucap Keenan menjelaskan, dan Sha hanya menggangguk. Sejujurnya Shanum sudah tahu akan hal ini. Dulu ia sempat bertanya pada Aulia saat foto mereka jatuh karena Keenan.
"Kami dikenalkan dengan Yuna oleh Aulia saat dibangku kuliah."
"Oh.. sudah lama juga ya."
"Ya.." Jawab Keenan dan kemudian terdiam.
Keenan masih ragu untuk mengungkapkan semuanya pada Shanum saat ini. Tentang dirinya dengan Yuna. Shanum pun tak berani bertanya banyak tentang Yuna. Mungkin memang belum saatnya. Menunggu saat hari dan perasaan siap untuk menerimanya.
.
.
.
.
Aulia tengah termenung siang itu. Ia teringat dengan Yuna yang telah menghubunginya semalam. Ia tatap foto kebersamaan dirinya dengan Yuna saat ini, ia genggam kemudian.
Ia melamun, mengenang masa lalu. Rasanya sudah lama sekali mereka tak bertemu. Bunyi telepon terdengar kemudian, membangunkannya dari lamunan.
"Ya.."
"Kau sudah makan siang?"
"Belum, kamu mau traktir aku dit?" Ucap Aulia saat mengetahui orang yang tengah menghubunginya saat ini adalah Radit.
"Ayo deh." Ajak Radit.
"Tumben banget, memangnya Keenan kemana? Enggak makan bareng dia?"
"Dia lagi sibuk."
"Oh.." Aulia terdiam, ia teringat dengan percakapannya dirinya dengan Yuna. Keenan tak mengangkat telepon Yuna, dengan alasan sibuk. Sepertinya memang sibuk sekali, pikir Aulia saat itu.
"Ku tunggu di loby ya."
"Oke." Jawab Aulia dan pembicaraan mereka pun terhenti.
Kembali menatap sosok sahabatnya di sebuah foto yang masih di gengamnya. Merapikan kembali bingkai itu ke tempat semula. Aulia pun memutuskan untuk pergi setelahnya.
.
.
.
.
Yang enggan mau Yuna kembali ancungkan tangan🤭
Semangat Author 💪💪💪, semangat nulis pokokoknya😂
Yuk, like, vote dan Rate bintang 5nya yang belum.
Sehat-sehat buat semua🤗🤗🤗
baru sadar kamu sekarang, tapi Uda terlambat 😅😂🤪