Aeleasha Alister gadis remaja, dipaksa menikah oleh keluarga hanya semata kerena uang. Aeleasha yang saat itu baru berumur 17 tahun mau tidak mau menyanggupi permintaan orang tuanya.
Aeleasha dinikahkan dengan putra sulung dari keluarga Carnier, Aciel Aarava Carnier, yang sering dikenal dengan tuan muda dingin. Aeleasha yang berpikir jika dia menikah dengan Acial akan mendapatkan kebahagian tetapi itu malah berkebalikan dari yang dia pikirkan. Aciel terus menyiksa Aeleasha dengan alasan yang tidak jelas, walaupun itu bukan perbuatan Aeleasha.
Aeleasha mulai muak dengan semua siksaan Aciel, dia tidak mau peduli lagi apa kata orang tentang dirinya, Aeleasha mengajukan surat cerai pada Aciel. Aciel tidak menolah bahkan dia sangat menerima perceraian ini karena Aciel menggangap Aeleasha hanya memanfaatkan dirinya dan nama keluarganya.
Selesai bercerai dengan Aciel, Aeleasha pergi keInggris melanjutkan belajarnya. Aeleasha kembali lagi ke Indonesia setelah 7 tahun lamanya di Inggris. Anehnya takdir malah mempertemukan mereka lagi dalam status yang berbeda dan penampilan yang berbeda.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Acin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 26
Aciel menatap Ian dengan tatapan tajam, tangan Aciel memukul tangan Ian dan menarik tangan Aeleasha keluar dari kafe, Ian mengeram kesal. Aciel memaksa Aeleasha masuk kedalam mobilnya dan langsung menutup pintu saat Aeleasha sudah duduk didalam mobil.
"Terima kasih atas traktirannya teman." Kata Aciel sebelum dirinya dan Aeleasha keluar dari kafe.
Aciel mendekati Aeleasha, Aeleasha melototkan matanya, tangannya terangkat siap-siap mendorong tubuh Aciel menjauh. Tangan Aciel terulur melakukan seseuatu yang tidak dibisa Aeleasha bayangkan diotak kecilnya.
Clak
Aeleasha mengedipkan matanya beberapa kali, Aciel memasangkan sabuk pengaman untuk Aeleasha dan kembali ketempatnya semula. Semburat memerah menghiasi wajah Aeleasha, malu karena dirinya sudah berpikiran buruk.
Aciel menjalankan mobilnya, matanya selalu melirik kesamping memperhatikan wanita yang duduk disampingnya tanpa memperdulikannya, sibuk melihat keluar jendela dengan pikiran berat.
"Siapa sebenarnya orang ini?" Gumam Aeleasha dalam hatinya, matanya melirik ke Aciel, secara tidak sengaja tatapan mereka berdua bertemu. Aciel dan Aeleasha tersentak kaget karena sama-sama ketahuan saling melirik.
Khit...
Aciel mengerem mobilnya karena jalan yang macet. Aeleasha yang mengira sudah sampai melihat kedepan, matanya celingukkan melihat kesisi kiri dan kanannya. Sekarang Dirinya terjebak ditengah kemacetan yang panjang.
Aciel yang memeperhatikan ekspresi Aeleasha merasa bersalah, dia sengaja memilih jalan yang macet berharap ada celah bagi dirinya untuk berbicara dengannya, tapi kini yang diperlihatkan wajah wanita itu adalah rawut kegelisahaan.
"Sampaikan macetnya ini?" Gumam Aeleasha, mengigit jarinya. Matanya terus mengawasi mobil depan yang tidak kunjung bergerak.
"Tunggu, Aeleasha kamu kenapa naik mobil orang tidak dikenal?" Pikir Aeleasha makin cemas, tangannya memukul kepalanya dan mengutuki kebodohannya.
Inilah yang selalu terjadi jika, dirinya dilanda dengan kecemasan dan terburu-buru. Tidak berpikir dua kali, Aciel menahan tangan Aeleasha yang terus memukul kepalanya. Wajahnya sangat cemas, dia mengira kalau wanita itu merasakan sakit kepala.
"Anda siapa yah?" Tanya Aeleasha mencoba menarik tangannya dari genggaman tangan Aciel. Aciel kaget, wanita itu tidak mengenalnya atau sedang berpura-pura tidak mengenalnya.
"Apa anda mengalami amnesia?" Tanya Aciel, matanya membulat dengan sempurna memperhatikan Aeleasha yang mengkerutkan keningnya.
"Saya? Tentu saja tidak, hanya ada penyakit lama." Aeleasha menunjuk dirinya sendiri, lalu membuang telunjuknya kebawah dengan tertawa kikuk, Aeleasha mengatakan ujung kalimatnya dengan suara yang pelan.
"Kalau begitu apa anda tidak mengingat suami anda?" Aciel semakin khwatir karena Aeleasha tiba-tiba menundukkan kepalanya tidak mau bertatapan dengannya.
"Haha... Entahlah, aku tidak bisa mengingat wajahnya karena wajahnya dipenuhi kabut hitam, yang terlihat hanya senyuman sinis." Lirih Aeleasha memainkan kedua tangannya, setiap kali dia mencoba mengingatnya, kabut itu akan makin menghitam seakan tidak mengizinkan dirinya untuk mengingatnya.
Aciel mengepalkan tanganya dengan erat, dirinya ingin sekali memeluknya dan mengungkapkannya dengan berteriak 'Aku ada disini, suamimu ada didepanmu Aelea.' Tapi lidahnya terasa sangat keluh tidak bisa mengatakannya.
" Aku tidak akan mengingatnya karena kesan pertama yang ditinggalkannya hanyalah bayangan yang buruk, lagi pula kami sudah tidak bertemu selama 7 tahun lamanya dan kami bersama hanya sebatas karena..." Aeleasha memiringkan kepalanya, dia juga tidak ingat apa alasan mereka bersama.
"Setiap orang pasti akan melupakan orang yang meninggalkan kesan buruk bagi dirinya karena itu adalah mimpi yang paling buruk untuk diingat." Aeleasha mengangkat kepalanya, Aciel meremas dadanya sesak. Apa segitu buruknya kesan pertama yang dia tinggalkan.
"Hah... Lagi pula kami sekarang hanya mantan suami istri, untuk apa..." Aeleasha mengela napas, dia hanya bergumam dengan nada yang kecil.
"Hahaha.. Maaf saya jadi mengatakan hal yang tidak-tidak." Keluh Aeleasha tidak sadar kalau matanya sudah mulai berkaca-kaca.
"Tidak kamu..."
Pit...
Klakson mobil mengagetkan mereka berdua, Aciel menatap kedepan. Mobil yang tadi berbaris dengan panjang sudah kembali bergerak dengan normal, hanya mobil Aciel yang tidak bergerak dari tadi.
"Hei... Kalau tidak bisa menyetir jangan halangi jalan. Mau sampai kapan kami menunggu disini?" Teriak seorang bapak-bapak yang menongolkan kepalanya dari jendela mobil.
Aciel menyalakan mobilnya, mobil yang tadi berbaris kini mulai bergerak dengan lancar dan normal lagi. Didalam mobil tidak ada yang berbicara karena mereka berdua dilanda dengan pikiran masing-masing.
☆Bonus chapter (Spoiler) :
"Aeleasha kamu udah gila yah? kamu ceritain masa lalu kamu kepada pria yang baru saja kamu temui tadi?" Teriak Aeleasha dalam hatinya, perang batin antara hitam dan putih dimulai.
"Aciel Aarava Carnier, itu namaku Aeleasha." Aciel tersenyum hangat menatap Aeleasha.