Asyifa di kirim oleh orang tuanya untuk mendalami ilmu agamanya di pesantren milik teman dari orang tua Asyifa, dan dengan sangat terpaksa Asyifa mengikuti kemauan orang tuanya.
Namun siapa sangka Asyifa malah mendapatkan jodoh di sana ?.
Siapa jodoh Asyifa ???
Saksikan kelanjutan ceritanya di dalam Novel yang berjudul Bertemu jodoh di pesantren.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nunung Siti Nurjannah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 26
"Gimana Salwa apa kamu bersedia menerima Khitbah dari Bani ?" tanya Pak Wisnu yang merupakan orang di tuakan di keluarga pak Herman.
Salwa mengangkat kepalanya dan menatap ke arah kedua orang tuanya secara perlahan, dan mendapat anggukan dari kedua orang tuanya.
"Insya Allah Salwa . . . ".
"Hentikannnn. . " teriakan seseorang dari luar rumah begitu nyaring dan menggema di ruangan tersebut membuat semua orang yang ada di situ menoleh ke arah suara.
Salwa Tidak melanjutkan kata - kata, Salwa bener - bener syok dengan suara teriakan tersebut.
Semua yang hadir situ berdiri dan berjalan ke arah luar rumah, Di sana seorang laki - laki berdiri dengan pakaian setelan jas yang rapih, tak lupa lelaki itu itu membawa beberapa paper bag dan buket bunga di tanganya.
"Siapa kamu ?" tanya pak Wisnu.
"Perkenalkan nama saya Muhamad Robby Ramadhan". pria itu memperkenalkan namanya dengan lantang.
Di dalam rumah Salwa ketakutan mendengar nama lelaki tersebut, dan berusha memeluk ibunya erat.
"Apa urusan kamu datang ke kediaman saya?" Kini pak Herman sudah mempunyai kekuatan untuk bertanya pada lelaki tersebut.
"Apa kamu tidak melihat, di sini sedang ada acara, kalau mau bertamu di sini harusnya datang dengan sopan santunya" ujar Pak Wisnu yang kini mulai emosi.
"Saya datang ke sini baik - baik, saya sudah mengucap salam berkali - kali, kaliannya saja yang tidak mendengar" ujar Robby berbohong.
"Tujuan saya datang ke sini untuk melamar pujaan hati saya" Sambung Robby dengan ke angkuahannya.
Semua Orang menatap tajam ke arahnya, keluarga Bani diam mematung, karena mereka tidak mengerti tentang masalah ini.
"Terimakasih sambutan kalian luar biasa" ujar Robby dan langsung berjalan memasuki rumah Salwa.
"Berhenti, siapa yang menyuruh kamu masuk" teriak pak Herman yang sudah habisan kesabarannya.
"Terimakasih" ujar Robby yang langsung duduk di hadapan Salwa. Robby tidak menjawab pertanyaan pak Herman.
"Acaranya langsung saja, karena berhubung ini sudah malam" ujar Robby tanpa merasa salah sedikit pun bersalah.
"Niat saya datang ke sini untuk melamar pujaan hati saya ya itu Salwa Azzahra AlFatunissa" ujar Robby membuat semua orang yang ada di situ merasa syok.
"Heii anak muda jaga omongan kamu, anak kami sudah di khitbah oleh nak Bani" teriak pak Wisnu sambil melirik ke arah Bani.
"Bapak yang terhormat, bicaranya biasa saja, di sini tidak ada yang teriak - teriak, saya yakin semua orang yang ada di sini mempunyai pendengaran yang baik" ujar Robby tenang. "Untuk soal khitbah Salwa belum menjawab, jadi masih ada ke sempatan untuk saya" Sambung Robby dengan bangga.
Keluarga Bani saling pandang memamdang, mereka bener - bener tidak paham dengan apa yang terjadi bahkan mereka juga tidak mengenal sosok seorang Robby.
"Biarkan Salwa yang memilih, karena saya yakin pasti dia tidak akan menolak saya" ucap Robby dengan percaya diri.
"Mana mau anak saya dengan lelaki yang tidak mempunyai sopan santun macam kamu" sahut Bu Yuli memberanikan diri berbicara.
Salwa yang ketakutan hanya mampu memeluk ibunya dengan erat. air mata terus mengalir deras dari pipinya, hari yang harusnya nya menjadi hari paling bahagia, namun kini telah berubah menjadi hari yang penuh dengan ke takutan.
"Ibu calon mertua ku yang baik, diam dulu yah, biarkan anak ibu yang memilih" ujar Robby dengan penuh kelembutan.
"Begini saja, semua pilihan kita serahkan pada Salwa, karena pasti Salwa tau siapa yang terbaik untuk menjadi pendampingnya" Kyai Hasan membuka suaranya.
Dengan penuh ke marahan Wisnu langsung menarik tangan Robby dan menyeretnya keluar rumah, dan mendorong Robby hingga terjatuh di depan teras rumah.
"Pergi dari sini, jangan rusak acara kami, hentikan sandiwara mu, aku tahu kamu hanya orang yang di bayar untuk melakukan ini" teriak pak Wisnu .
Robby bangkit dan merapihakan bajunya. lalu berjalan kembali mendekati pintu masuk rumah Salwa namun pak Wisnu langsung menghalangi jalan masuk ke rumah tersebut, dengan cepat pak Herman dan pak Wisnu penutup pintu rumah tersebut, Robby tidak melakukan perlawanan.
Wisnu dan Herman kembali ke tempat acara.
"acaranya bisa kita lanjutkan lagi, mohon maaf atas kejadian tadi, kami bener - bener tidak menduganya" ujar Pak Herman.
Kenapa Salwa tadi begitu ke takutan saat melihat lelaki tadi, ada hubungan apa mereka sebenarnya ?" tanya batin Bani.
"Harusnya tadi kalian tidak mengusir lelaki itu, biarkan Salwa yang memilih" ujar Kyai Hasan.
"Pak Kyai lelaki itu hanya suruhan orang - orang yang tidak ingin melihat Salwa bahagia" ujar pak Wisnu.
"Baiklah, itu urusan kalian, bicara ke soal inti, jadi bagaimana Salwa apa kamu mau menerima Bani sebagai calon suami kamu ?" Kyai Hasan bertanya pada Salwa untuk memastikan jawabannya.
Salwa penghapus air matanya lalu menatap ke arah Kyai Hasan sambil tersenyum.
"Insya Allah Salwa menerima Khitbahnya Abang Bani" ujar Salwa malu - malu.
"Alhamdulilah" ucap Semua orang yang ada di situ.
Umi berjalan mendekati Salwa, untuk memasangkan sebuah cincin sebagai tanda Khitbah dari Bani. Raut wajah Salwa berseri - seri melihat cincin yang di pegang Umi.
Prankkkkkkk
Kaca yang dekat pintu ruang tamu pecah, dan masuklah Robby dari celah tersebut. semua orang menatap sinis ke arah Robby hanya keluarga Bani yang masih ke bingungan.
Umi memasukan kembali cincinnya ke dalam kotak perhiasan, Salwa kecewa, namun ia juga tidak bisa menyembunyikan rasa takutnya dengan ke hadiran Robby.
"Saya datang baik - baik namun perlakuan kalian sangat tidak menyenangkan. jadi saya terpaksa melakukan ini, tapi tenang saja saya akan mengganti semua kerugiannya" ujar Robby santai.
"Apa sih mau mu, mau uang, mau makanan, ngomong hah?" ujar Pak Herman dengan tatapan tajam ke arah Robby.
"Haduh bapak mertua ku, kan sudah aku jelaskan bahwa aku datang ke sini ingin melamar anak gadis bapak" ujar Robby.
"Anak saya sudah di khitbah oleh nak Bani, dan sudah resmi anak kami adalah calon istrinya nak Bani" ujar pak Herman.
"Ya ampun aku terlambat" ujar Robby dengan memasang wajah kecewa dan sedih.
"Ya anda terlamat, jadi baiknya anda pergi dari sini" usir pak Wisnu.
"Saya akan pergi setelah kalian melihat dulu isi amplop ini" ujar Robby sambil memperlihatkan sebuah amplop coklat.
Semua orang memandang amplop tersebut termasuk Bani dan Salwa.
Apa yang akan di lakukan pria tersebut, dan apa hubungannya lelaki itu dengan Salwa. ucap Bani dalam hatinya.
Tamat sudah riwayat ku. ucap batin Salwa
"Apa - apaan ini, ini tidak mungkin" teriak pak Herman dan seketika langsung pisan setelah melihat isi amplop yang di berikan Robby.
🍃🍃🍃🍃🍃🍃