NovelToon NovelToon
Cinta Terlarang Dengan Mantan

Cinta Terlarang Dengan Mantan

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / Konflik etika / Selingkuh / Cinta Terlarang / Angst / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:2.9k
Nilai: 5
Nama Author: Vitra

Deva dan Selly telah membangun kisah cinta selama lima tahun, penuh harapan dan janji masa depan. Namun semua berubah saat Deva menghadapi kenyataan pahit: ibunya menjodohkannya dengan Nindy, putri dari sahabat ibunya.

Demi membahagiakan keluarganya dan demi mempertahankan hubungannya secara diam-diam Deva menjalani dua kehidupan: bersama Nindy, dan kekasih Selly di balik bayang-bayang malam.

Tapi seberapa lama rahasia bisa bertahan?
Ketika cinta, pengkhianatan, dan rasa bersalah bertabrakan, Deva harus memilih: menghancurkan satu hati... atau kehilangan segalanya.

Di dunia di mana cinta tak selalu datang pada waktu yang tepat, siapakah yang akhirnya akan Deva genggam?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vitra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Tatapan, Aroma dan Sebuah Nama

Kevin terbangun lebih awal dari biasanya. Ia segera keluar dari kamarnya, ingin menghirup udara segar di pagi hari. Saat menuruni tangga, matanya menangkap sosok Martha yang sedang sibuk di dapur, menyiapkan hidangan sarapan. Aroma masakannya begitu harum, menyebar hingga ke seluruh ruangan.

Ia memperhatikan Martha yang tampak serius mengaduk masakannya.

Melihat punggung Martha, entah mengapa membuat Kevin ingin memeluknya. Ia buru-buru menampar kedua pipinya pelan, mencoba menyadarkan dirinya.

“Enggak... enggak mungkin aku mikir kayak gitu,” gumamnya, berusaha melawan kegoyahan di hatinya.

Martha menoleh ke belakang dan memergoki Kevin yang sedang memperhatikannya. Ia menyambut pandangan itu dengan senyuman manis.

“Tumben kamu udah bangun?” sapa Martha.

Kevin cepat-cepat mengubah ekspresinya menjadi datar seperti biasa. Padahal, hatinya tengah berusaha menepis perasaan yang tak seharusnya muncul.

“Iya, enggak sengaja kebangun,” jawab Kevin dengan nada datar.

“Aku masak makanan kesukaanmu. Nanti sebelum ke kantor, sarapan dulu ya,” ucap Martha dengan nada yang terdengar ramah, meski sesungguhnya penuh kepura-puraan.

“Oke,” jawab Kevin singkat, lalu segera meninggalkan Martha.

Ia melangkah ke halaman depan rumah. Udara pagi yang sejuk langsung menyambutnya. Ia merentangkan kedua tangan, menghirup udara dalam-dalam sambil memejamkan mata. Namun, ia tak hanya mencari kesegaran pagi ia sedang mencoba menenangkan hati yang tengah bergolak.

“Sial! Kenapa aku tadi kepikiran buat meluk Martha? Bodoh!” gerutunya, sambil memukul kepalanya sendiri.

Perasaan itu masih terus mengusiknya. Dulu, ia tak pernah menunjukkan sisi romantis pada Martha. Jika pun pernah, mungkin hanya ketika pacaran saat masa kuliah, sebelum Selly hadir dalam hidupnya.

Ia pun bertanya-tanya dalam hati, seandainya waktu itu Selly tidak pernah datang, apakah ia tetap bisa mencintai Martha sepenuhnya? Apakah pernikahan mereka akan bahagia?

Kevin menggeleng pelan. Ia tak ingin terlalu jauh membayangkan hal-hal yang tak ingin ia alami terutama berpaling dari Selly. Hubungannya dengan Selly pun tidak terbentuk seketika. Dari sekadar teman kencan, perlahan tumbuh menjadi cinta yang sesungguhnya.

Sementara Kevin dilanda kebimbangan, Martha menjalankan rencananya sendiri.

Ia sibuk menata hidangan sarapan di meja makan. Sekilas, ia melirik ke luar dan melihat Kevin berdiri di halaman depan, menatap langit pagi.

“Bahkan cuma lihat punggungnya aja, rasanya udah bikin aku kesal,” gumamnya pelan.

Tiba-tiba, Kevin menoleh ke belakang. Tatapannya dingin tertuju ke arah Martha. Refleks, Martha melambaikan tangan sambil tersenyum tipis.

Setelah itu, Martha membalikkan badan, lalu berbisik kesal, “Dia udah merusak pagi hariku!”

Di saat yang sama, Kevin juga membalikkan badannya. Namun, debar di dadanya tak bisa ia hindari. Rasanya seperti saat pertama kali ia jatuh cinta pada Martha.

Kenangan indah masa-masa kuliah kembali terlintas di benaknya saat-saat ketika ia dan Martha pernah menjalin hubungan yang begitu hangat dan romantis. Perasaan itu muncul seiring dengan rasa lelah yang kian menumpuk akibat cinta yang kini terasa rumit dan melelahkan. Hatinya kembali goyah.

Namun, pikirannya seketika terlempar pada momen semalam. Saat ia dengan sungguh-sungguh meyakinkan Selly bahwa dirinya tak akan pernah berpaling. Ia masih mengingat dengan jelas ekspresi wajah Selly saat itu begitu percaya, begitu bergantung padanya.

Kevin menarik napas panjang, mencoba menetapkan hatinya kembali. Ia lalu melangkah masuk ke dalam rumah untuk bersiap-siap berangkat ke kantor.

Setelah mengenakan jas dan merapikan penampilannya, Kevin turun kembali ke lantai bawah. Ia menuju meja makan, berniat menyantap sarapan yang telah disiapkan.

Namun, sesampainya di ruang makan, Kevin tidak menemukan sosok Martha. Yang ada hanyalah salah satu asisten rumah tangga yang tengah membereskan piring-piring bekas sarapan.

“Martha ke mana?” tanya Kevin spontan.

Sang asisten sempat terdiam sejenak, tampak terkejut. Tatapan matanya seolah berkata, “tumben Pak Kevin nanya Bu Martha?” Kevin sendiri ikut merasa heran seolah ada sesuatu yang mendorongnya untuk bertanya, tanpa ia sadari.

“Bu Martha ada di halaman depan, Pak. Lagi nyiram bunga-bunganya,” jawab sang asisten akhirnya.

“Oh... begitu,” balas Kevin, sedikit canggung. Ia menyadari betapa anehnya dirinya sendiri bertanya tentang sesuatu yang biasanya tak pernah ia pedulikan.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Hari ini Selly datang ke kantor Kevin. Tujuannya hanya satu: memastikan apakah benar wanita yang kemarin membicarakan seorang lelaki bernama Deva adalah Nindy.

Selly memang hanya mengetahui nama calon Deva adalah Nindy, tanpa tahu seperti apa wajahnya. Maka dari itu, ia ingin melihat sendiri dan memastikan—apakah wanita itu benar-benar Nindy yang selama ini dimaksud oleh Deva?

Ia tiba pukul sepuluh pagi. Begitu memasuki kantor, ia melihat para karyawan tengah sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Pandangannya langsung tertuju pada seorang wanita yang ia curigai sebagai Nindy. Ketika mata mereka bertemu, wanita itu menganggukkan kepala sopan. Selly membalas dengan senyuman tipis.

Saat jam istirahat tiba, Selly memperhatikan dua wanita yang masih berada di kantor, tampak santai berbincang sambil menikmati makan siangnya.

“Ra, aku mau ke toilet dulu ya,” ucap salah satu dari mereka sambil bangkit dari kursi. Ia berjalan keluar ruangan, meninggalkan kartu identitasnya tergantung di meja kerjanya.

Melihat peluang itu, Selly langsung keluar dari ruangan Kevin dan mendekati meja wanita tadi. Ia menghampiri temannya yang masih sibuk menyuap makanan.

Mengetahui Selly mendekat, wanita itu buru-buru berdiri dan menyapa meski mulutnya masih penuh makanan, membuat pipinya tampak menggembung.

“Selamat siang,” ucapnya dengan suara sedikit sengau.

“Sudah, lanjutkan saja makan siangmu,” kata Selly ramah. Tatapannya kemudian tertuju pada kartu identitas yang tergantung di sisi meja. Di bawah foto wanita itu, tertulis nama lengkap: Nindy Anastasya Putri.

Tanpa ekspresi mencolok, Selly berjalan keluar ruangan. Ia tahu, tidak mungkin langsung berbalik kembali ke ruang Kevin setelah dari meja itu. Terlalu mencolok, terlalu jelas maksudnya. Maka, ia memutuskan untuk benar-benar pergi ke toilet.

Kebetulan, saat itu Nindy baru saja keluar dari kamar mandi dan sedang mencuci tangan di wastafel. Selly berdiri di sebelahnya dan ikut berpura-pura mencuci tangan.

Nindy menyadarinya, lalu menyapa lebih dulu.

“Kamu karyawan Pak Kevin, ya? Kita sepertinya pernah satu lift sebelumnya,” katanya ramah.

Lebih tepatnya, pernah membentakku, batin Nindy, meski wajahnya tetap tersenyum.

“Iya, benar. Saya karyawan Pak Kevin,” jawab Nindy tetap sopan.

“Kamu cantik sekali. Siapa namamu?” Selly melanjutkan basa-basi, menyembunyikan niat di balik pujiannya.

“Saya Nindy,” jawabnya singkat.

“Wah, namamu secantik wajahmu,” puji Selly, masih menjaga nada manis.

“Terima kasih. Saya kembali ke ruangan dulu, ya,” ucap Nindy sambil tersenyum, lalu meninggalkan toilet.

Selly menatap bayangannya sendiri di cermin lebar di hadapannya. Tatapannya tajam, dingin, penuh tanda tanya yang mulai terjawab.

“Ternyata... cantik juga calon Deva.”

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!