seorang gadis yang berniat kabur dari rencana perjodohan yang dilakukan oleh ibu dan ayah tirinya, berniat ingin meninggalkan negaranya, namun saat di bandara ia berpapasan dengan seorang laki-laki yang begitu tampan, pendiam dan berwibawa, berjalan dengan wajah dinginnya keluar dari bandara,
"jangan kan di dunia, ke akhirat pun akan aku kejar " ucap seorang gadis yang begitu terpesona pada pandangan pertama.
Assalamualaikum.wr.wb
Yuh, author datang lagi, kali ini bertema di desa aja ya, .... cari udara segar.
selamat menikmati, jangan lupa tinggalkan jejak.
terimakasih...
wassalamualaikum,wr.wb.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti Marina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
komitmen sebuah pernikahan
Saat Yusuf keluar dari rumah, anak-anak itu sempat terdiam sesaat, bingung melihat Ustadz kesayangan Mereka tiba-tiba mendekat
Yusuf Tersenyum lebar, ia tahu bagaimana cara memecah suasana "Anak-anak, ayo, tidak apa-apa! Jangan terlalu dekat nanti mobilnya kotor, ya! Siapa yang mau lihat seperti apa kursi di dalamnya?"
Yusuf yang biasanya sangat serius, kini bersikap ramah dan santai, menikmati antusiasme tulus anak-anak.
Bagi anak-anak itu, Ferrari merah Zora adalah simbol keajaiban yang tiba-tiba. Bagi mereka, Nyai Muda yang baru datang ini membawa semangat dan hal-hal luar biasa ke Pesantren.
Yusuf tersenyum, hatinya menghangat melihat kegembiraan polos mereka. Ia tahu, mobil yang dulu di gunakan istrinya untuk melarikan diri dari masalah, kini justru membawa kebahagiaan bagi anak-anak kecil dan cinta yang halal bagi dirinya.
Ferrari merah itu menjadi saksi bisu transisi Zora dari hedonisme kota besar menuju kehidupan salihah di Pesantren, ditemani antusias me dari para penggemar.
Yusuf membuka pintu mobil nya, dan anak-anak bergantian untuk masuk, bahkan ada yang meminta untuk di fotokan.
Zora bangun dari tidurnya,ia terkejut berada di dalam kamar yang mirip dengan hotel, bahkan ia melihat ada kamar mandi di pojokan kamar..." mungkinkah ini kamar mas Yusuf?" Zora bertanya-tanya dalam hati, tapi ini tidak sederhana,ini cukup mewah, jauh sekali dengan kamar yang berada di rumah Bu Suci. Lalu Zora berjalan keluar kamar . Lagi-lagi ia justru dikejutkan oleh pemandangan di hadapannya...ia langsung berjalan mendekat dan menyusuri isi di dalam rumahnya.
Interiornya ditata dengan gaya modern yang bersih dan fungsional. Sofa di ruang tamu, meskipun tidak sebesar di rumahnya , tampak nyaman dan berkualitas. Dapurnya didominasi kitchen set fungsional dengan peralatan yang lengkap, termasuk kulkas dan oven yang relatif baru.
Ada rak buku besar dan meja kerja yang rapi, dilengkapi dengan laptop dan tablet modern. Bahkan, ada smart TV di ruang keluarga.
Zora memandang Yusuf yang baru masuk dengan mata terbelalak, kebingungannya terlihat jelas.
"Mas Yusuf... Aku... Aku terkejut. Ini... ini sangat berbeda jauh dengan rumah Bu Suci. Aku pikir kita akan hidup sangat sederhana, tanpa barang-barang ini."
Yusuf Tersenyum lembut "Kenapa, Sayang? Apakah kamu tidak suka?"
"Bukan tidak suka! Hanya saja... Aku sudah siap untuk hidup benar-benar sederhana. Di rumah Bu Suci semua serba terbatas."
Yusuf menghampiri istrinya, meletakkan tangannya di bahu Zora.
"Sayangku, Zora. Rumah Nyonya Siti adalah rumah para zuhud atau orang yang menjauhi dunia , dan beliau memang memilih hidup sangat sederhana. Tapi aku? Aku adalah seorang pendidik yang bekerja. Aku menghargai kepraktisan."
"Aku menggunakan laptop untuk mengurus data santri dan tablet untuk menyiapkan materi dakwah. Dapur yang lengkap ini aku butuhkan agar istriku tidak kesulitan. Hidup sederhana itu di hati, bukan di perabotan, Sayang.... Selama barang-barang ini memudahkan ibadah dan pekerjaanku, dan bukan menjauhkan kita dari Allah, maka tidak masalah." tutur Yusuf dengan lembut.
Zora merasa malu sekaligus lega. Ia menyadari bahwa Yusuf adalah pria yang sangat bijaksana, mampu menyeimbangkan tuntutan agama dengan realitas duniawi. Ia tidak meminta Zora untuk kembali hidup dalam kesulitan yang tidak perlu, melainkan untuk hidup dalam kepraktisan yang bertanggung jawab.
Zora Tersenyum lega, apalagi beberapa hari dia kembali hidup dalam kemewahan. "Mas Yusuf memang yang terbaik. Aku janji, aku akan menggunakan dapur modern ini untuk membuatkan masakan terenak untukmu."
Yusuf tersenyum melihat semangat istrinya, lalu Yusuf mengajak istrinya duduk bersama di ruang keluarga. Mereka harus mendiskusikan bagaimana menjalankan rumah tangga mereka yang baru, sebuah topik yang menunjukkan betapa matangnya pandangan Yusuf tentang pernikahan.
Yusuf Menggenggam tangan Zora "Sayang, aku senang kamu semangat sekali di dapur tadi. Tapi dengarkan aku baik-baik. Tugas utama istri adalah melayani suami. Tapi pelayanan yang ku maksud bukanlah memasak atau mencuci piring."
Yusuf "Pelayananmu adalah menjaga kehormatan diri, menjadi pendamping istiqamahku, dan menjadi madrasah terbaik untuk anak-anak kita kelak... Dan yang paling penting" Yusuf berbisik..." melayaniku di ranjang"
Blussss....
Kata-kata Yusuf yang terakhir membuat Zora malu, wajahnya seketika memerah
"Oleh karena itu, aku akan mengambil alih semua urusan rumah."ucap Yusuf dengan mantap.
Yusuf melanjutkan, menegaskan bahwa tugas suami adalah menafkahi dan mengurus rumah agar istrinya memiliki waktu fokus pada hafalan Al-Qur'an dan menjadi Nyai yang baik.
Zora terkejut. Ia tidak mau kembali menjadi putri manja yang hanya menunggu dilayani. Pengalaman hijrah-nya telah mengajarkannya arti kerja keras.
Zora Menggeleng cepat "Tidak, Mas Yusuf! Aku tidak mau. Aku sudah bisa mengurus rumah. Aku sudah mulai menyukai memasak.walaupun masakan ku belum enakan, Di rumah ini, aku ingin menjadi istri yang mandiri dan produktif."
"Aku tidak mau membiarkan Mas Yusuf lelah mengurus rumah dan Pesantren sendirian. Menjadi istri yang melayani suaminya dengan memasak dan menjaga kebersihan rumah juga adalah pahala besar, Mas. Aku tidak mau melepaskan pahala itu." balas Zora dengan cepat.
Melihat ketulusan dan semangat Zora, Yusuf tersenyum bangga. Ia menyadari bahwa ia tidak menikahi wanita biasa.
"Baiklah, Sayangku yang cerdas dan cantik.... Kalau begitu kita ambil jalan tengah. Kita akan membagi tugas secara adil, sesuai dengan kemampuan dan kesukaan kita."
"aku akan bertanggung jawab atas hal-hal yang membutuhkan tenaga seperti mencuci pakaian , memperbaiki kerusakan kecil, menyapu dan mengepel , sementara istri ku yang cantik ini bertanggung jawab atas dapur dan kerapian rumah.
"Intinya adalah ini, sayang. Kita akan sibuk bersama, saling membantu dan meringankan beban. Dan saat kita selesai bekerja, santaipun kita harus bersama. Tidak ada lagi yang namanya bekerja sendiri atau bersantai sendirian." ucap Yusuf dengan lembut, menatap dalam wajah istrinya yang memerah, sangat terlihat cantik berkali-kali lipat....
" terimakasih mas...." ucap Zora terharu... matanya berkaca-kaca...ia menghambur memeluk suaminya....
Yusuf tersenyum, mengusap bahu istrinya dengan sayang." aku mencintaimu sayang, aku ingin kau benar-benar nyaman berada di dekat ku, dan tidak ada pikiran untuk pergi meninggalkan aku" ucap Yusuf pelan...
Ada sedikit rasa ke kwatir an tersendiri kalau istrinya akan kabur meninggalkan dirinya.
Zora melepaskan pelukannya dan menatap wajah suaminya dengan cemberut...
" aku tidak akan meninggalkan mas Yusuf, asal mas Yusuf tahu ya, tadinya aku akan pergi ke luar negeri,tapi setelah pertama kali melihat mas Yusuf di bandara , aku memutuskan untuk mengejar mu sampai ke sini" tutur Zora membuat Yusuf terkejut.
Kesepakatan itu menyegel komitmen baru mereka. Mulai sekarang, setiap sudut rumah itu akan menjadi saksi bisu dari pasangan yang berbagi pahala dalam ketaatan, berbagi tawa dalam kesibukan, dan berbagi cinta dalam setiap detik kebersamaan.
eh Thor semoga itu Zorra bisa mengatasi fitnahan dan bisa membongkar dan membalikkan fakta kasihan yang lg berhijrah di fitnah....
lanjut trimakasih Thor 👍 semangat 💪 salam