Selby dan Bagas saling mencintai dalam diam. Saat Bagas menyatakan cinta Selby menolak karena berpikir mereka saudara sedarah.
Padahal mereka bukan sedarah. Akankah hal itu bisa terungkap?
Akankah ibu dari Bagas mengungkap rahasia yang selama ini dia simpan rapat?
Dapatkah Bagas dan Selby bersatu.(Disarankan baca lebih dulu novel Benih Kakak Iparku.)
Baca kisah mereka hanya di Mangatoon/Noveltoon.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon miss ning, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18
Selama penerbangan pulang ke Indonesia Selby lebih banyak diam. Bagas menyadari perubahan Selby. Dia ingin bertanya tetapi tidak bisa. Ada papa Bayu yang selalu duduk di sampingnya. Tidak mungkin tiba-tiba dia menghampiri Selby begitu saja.
Dua jam berlalu akhirnya Bagas punya kesempatan. Ia melihat Selby pergi ke arah toilet. Bagas pun langsung menyusul kesana. Ia menunggu Selby di depan toilet wanita.
Tujuh menit berlalu
Selby keluar. Ia terkejut saat membuka pintu toilet ada Bagas disana. Melihat Selby keluar Bagas langsung memegang pergelangan tangan Selby agar gadis itu tidak langsung pergi.
“Kau kenapa By?”
Selby memiringkan kepala mendengar pertanyaan Bagas.
“Aku perhatikan kau lebih banyak melamun selama di pesawat.”
“Kau memperhatikanku.”
Sial
Selby jadi tahu jika Bagas sedang memperhatikan Selby.Kini lelaki itu gelagapan harus menjawab apa.
“Ah, maksudku tidak sengaja aku melihatmu terus melamun. Bahkan kau membaca majalah terbalik. Kenapa ? Apa ada masalah yang sedang kau pikirkan?”
“Tidak ada.”
Selby melepaskan genggaman tangan Bagas. Ia berlalu pergi. Bagas hendak mengejar tetapi dia melihat Safira mendekat.
“Kak Bagas dari toilet juga.”
“Hm.”
“Kok rasanya ada yang aneh ya dengan mereka. Seperti kekasih yang sedang bertengkar.”
Safira memperhatikan kepergian Selby dan Bagas yang sedikit berlari untuk megejar Selby. Safira tidak mau ambil pusing. Ia pun masuk ke dalam toilet untuk menuntaskan hajatnya.
Bagas kembali menatap Selby. Gadis itu memejamkan mata. Ia sengaja tidak ingin melihat wajah Bagas. Ia takut. Takut tidak bisa mengendalikan hatinya dan mengontrol sikapnya di depan orang tua dan Safira. Dia tidak ingin orang lain tahu dia memiliki perasaan untuk saudaranya sendiri.
**
Beberapa jam berlalu
Akhirnya pesawat landing tepat waktu di Bandara Soekarno-Hatta,Tangerang Banten dengan aman dan selamat.
Lili sudah Bersiap menunggu kedatangan mereka di luar pintu kedatangan luar negeri. Gadis itu melambaikan tangan saat melihat rombongan om Bayu datang. Senyum terukir di wajah Lili saat melihat Bagas. Lelaki itu kini bertambah tampan. Sangat gagah dan berkharisma. Sungguh membuat Lili berdecak kagum dengan Bagas yang sekarang.
“Hallo om, tante.” Sapa Lili.
Bayu dan Cinta mengangguk bersamaan. Bayu tersenyum kea rah Lili. Berbeda dengan Cinta. Wanita paruh baya itu menatap kedua anak yang dia besarkan secara bergantian. Meskipun ia bukan ibu kandung bagi mereka tetapi Cinta tahu apa yang sedang dirasakan oleh kedua anaknya,
Cinta melihat Bagas yang cuek tetapi sesekali ia melirik ke arah Selby melalui ekor matanya. Sedangkan Selby terlihat tenang. Meskipun hatinya sedang tidak baik-baik saja.
“Hai Bagas, hai Safira.” Lili tidak menyapa Selby karena dia memang tidak dekat dengan Selby.
Safira menatap tidak suka dengan Lili karena dengan sengaja tidak menyapa kakak sepupunya. Jika Bagas dan Lili satu SMA maka otomatis ia juga satu SMA dengan Selby. Tapi kenapa Lili tidak mau menyapa Selby.
Merasa tidak dianggap Selby pun pergi. Ia mengambil alih kopernya dan berlalu meninggalkan keluarganya disana.
“Pa, Ma Selby duluan. Masih ada urusan. Aku akan ke rumah om Angkasa untuk mengantar Safira.”
“Sampaikan salam kami untuk mereka.”
Selby mengangguk. Safira berjalan beriringan dengan Selby meninggalkan bandara. Bagas hendak mengejar Selby. Tetapi dihentikan oleh papa Bayu.
“Bagas kau pulanglah bersama dengan Lili. Sudah lama kalian tidak bertemu. Anggap saja reuni sambil kencan.”
Bagas tidak menjawab. Dia masih diam. Tidak ada suara maupun gerakan dari tubuhnya. Mengangguk atau menggeleng pun tidak. Bagas terlalu fokus dengan Selby yang mulai menghilang di balik kerumunan banyak orang