Hana Nayaka tidak percaya, jika pria yang menikahinya dua tahun lalu dengan mudah menjatuhkan kata talak hanya karena dia mendatangi kantor tempat suaminya itu bekerja.
Sudah hampir 3 bulan belakangan ini, Adam Husain melewatkan sarapan dengan alasan harus datang ke kantor pagi-pagi sekali karena pekerjaannya sedang banyak dan mendesak.
Braakkk...
Rantang makanan yang dibawa Hana dilempar hingga semua isinya berhamburan.
"Dasar istri tidak berguna sudah miskin, udik, kampungan lagi. Untuk apa kamu datang ke kantor, mau buat aku malu karena punya istri macam kamu."
"Mulai hari ini, Hana Nayaka bukan istriku lagi. Aku jatuhkan talak satu." Ucap Adam lantang.
"Mas... Kamu kenapa tega padaku? Apa salahku?" Tangis Hana pecah di depan lobby perusahaan tempat Adam bekerja sebagai manager keuangan.
Hana pergi dengan membawa luka yang menganga dan dendam membara.
"Aku pasti akan membalasmu, Adam. Kamu lupa siapa aku." Gumamnya.
JANGAN MENABUNG BAB!
SUPAYA CERITA INI BERUMUR PANJANG.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Erchapram, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Identitas Baru Hana
Senyum lebar terus tersungging dari bibir laki-laki tua itu. Rasanya setelah kesepian hati yang melanda puluhan tahun sirna seketika. Harapan baru hidup bersama putri yang dia sangka telah tiada. Tidak ada dendam untuk membalas, tapi hanya ada rasa ingin melindungi yang lebih besar lagi.
"Hana, Ayah pulang." Gumamnya singkat.
Tuan Thomas tiba di Markas, karena lelah seharian dalam perjalanan dia pun langsung tertidur lelap. Hal langka yang bahkan tidak pernah terjadi setelah kehilangan keluarganya. Ya, Tuan Thomas memang susah tidur sudah hampir 27 tahun. Sejak kejadian berdarah karena ambisinya. Rasa bersalah terus menghantui tidurnya, sehingga dia takut untuk tidur.
Dulu di awal pernikahannya, Tuan Thomas sudah diminta Istrinya untuk berhenti terlibat dengan urusan Mafia. Tapi kekeras kepalaannya tidak mendengarkan. Menganggap dia akan bisa melindungi keluarganya dari ancaman musuh-musuhnya. Memang benar hingga Putra pertamanya lahir, kehidupan mereka masih aman. Tapi siapa sangka kebahagiaan Pernikahannya hanya berlangsung 3 tahun saja.
Tuan Thomas, meskipun dalam dunia gelap dia termasuk orang kejam. Tapi dalam sisi kesetiaan, Tuan Thomas patut diacungi dua jempol. Menduda di usia muda, tidak menjadikan Tuan Thomas yang waktu itu baru berusia 28 tahun menjadi hilang kendali karena kesepian. Justru pria itu tetap mencintai almarhum istrinya hingga saat ini.
Mentari pagi kembali menyinari bumi, dapur Markas sudah mengebul asap berbagai jenis hidangan yang dimasak oleh Ibu Rukmini tanpa diminta. Ya, wanita itu dengan inisiatifnya sendiri mengobrak abrik isi kulkas. Mengambil banyak bahan masakan untuk hidangan sarapan pagi semua orang. Semalam Tuan Thomas sudah memberitahukan padanya jumlah penghuni Markas tersebut.
Cekleekkk
Sebuah pelatuk menempel di pelipis Ibu Rukmini, membuat wanita tua itu gemeteran karena ketakutan.
"Kamu penyusup? Katakan siapa yang menyuruhmu masuk ke Markas ini." Tanya Jeremy yang punya dapur. Ya, dapur adalah area kekuasaan Jeremy yang ada di Markas. Selama ini, tidak ada yang berani mengacak-acak apalagi memakainya.
"Maaf, saya bukan penyusup Tuan. Tapi saya pembantu baru yang dibawa Tuan Thomas tadi malam. Nama saya Rukmini, dulu pernah bekerja saat keluarga Tuan Thomas masih lengkap." Jawab Ibu Rukmini.
"Tidak mungkin Tuan Thomas mencari penggantiku untuk masak di rumah ini?" Nampak kedua mata Jeremy berkaca-kaca merasa dirinya disingkirkan.
"Tidak ada yang ingin menggantikanmu." Suara bariton itu terdengar mendekat.
"Jangan cengeng! Dapur ini masih milikmu, tapi ijinkan Rukmini membantumu. Maafkan dia yang tidak tahu. Jadi, Rukmini mulai besok jika mau masak tunggu 'penguasa' ini. Lihat meskipun badan penuh tatto, tapi dia sangat mudah menangis." Ucap Tuan Thomas sambil tertawa.
"Maaf Tuan, anggap saja masakan pagi ini sebagai salam perkenalan. Mulai besok saya akan tunggu Tuan bangun, baru bantu masak." Ucap Ibu Rukmini pada akhirnya.
"Hmmm..." Jawab Jeremy masih kesel.
Sarapan di Markas terasa berbeda, karena setelah mereka makan bersama. Tuan Thomas menceritakan semua kisah tentang penemuan putrinya yang hilang.
"Jadi, Hana adalah putri kandungku. Meskipun Rukmini sudah mengatakan kebenarannya. Aku juga akan menunggu hasil tes DNA supaya lebih menguatkan. Setelah itu, akan aku urus data diri Hana sebagai pewaris tunggal keluarga Alvaro meskipun mungkin tidak ada pengumuman secara publik. Keselamatan Hana tetap menjadi prioritas daripada pengakuan masyarakat tentang identitasnya."
Dan karena kekuasaan Tuan Thomas, tidak hanya identitas Hana yang telah dia urus tanpa sepengetahuannya. Tapi juga jadwal persidangan perceraian yang dipercepat daripada jadwal sebenarnya.
Tuan Thomas turun tangan sendiri untuk mengurus semua menyangkut putrinya. 3 hari sudah usai pertemuan terakhirnya dengan Hana di Markasnya. Dan sekarang saatnya mengatakan kebenarannya.
"Aku akan datang ke rumah Tuan Angkasa, untuk membicarakan Hana. Sambil menjenguk Nyonya Senja yang katanya hari ini pulang dari Rumah Sakit." Ucap Tuan Thomas.
"Rukmini di sini saja bareng mereka, Jeremy ingat jangan buat masalah terus menerus dengan Rukmini. Kalian semua adalah keluarga bagiku, tidak ada yang tidak penting."
Sebelumnya hasil tes DNA sudah keluar, dan terbukti jika 99,99% Hana adalah darah dagingnya.
Tuan Thomas tiba di rumah Tuan Angkasa setelah jam makan siang, sengaja karena dia ingin membuat kejutan untuk keluarga barunya. Ya, Tuan Thomas menganggap keluarga Tuan Angkasa sebagai calon besan. Dan dia senang menerima Langit.
"Maaf selama tiga hari belakangan ini saya tidak datang menjenguk Nyonya Senja di Rumah Sakit. Ada banyak yang harus saya urus, dan ini menyangkut Hana." Ucap Tuan Thomas dengan tegas.
"Ada apa dengan calon istriku?" Tanya Langit sambil merangkul Hana. Saat ini mereka semua sedang duduk santai di ruang keluarga.
Langit sejak tadi menempel dengan Hana, seolah tidak mau menjauh. Efek bucin parah membuat Langit hanya ada Hana dalam hidupnya. Lihatlah! Pria gondrong itu terus mendusel-dusel seperti anak kucing.
"Saya sudah menyelidiki semua, kalian bisa baca di kertas ini." Ucap Tuan Thomas menyerahkan hasil tes DNA ke atas meja.
Langit, dia orang pertama yang penasaran jika menyangkut tentang Hana. Matanya membola setelah membaca hasil tes DNA antara Hana dengan Tuan Thomas, bahkan berulang kali Langit menatap wajah Hana dan pria di hadapannya saling bergantian. Benar, meskipun ada yang berbeda. Tapi mata indah Hana sama dengan bentuk mata Tuan Thomas.
"Jadi, Anda calon mertuaku?" Tanyanya. Respon tak terduga Langit berikan. Dimana pria berambut gondrong itu berlutut di hadapan Tuan Thomas.
"Tuan Thomas, saya melamar Hana. Jangan menolak memberi restu, karena tanpa direstui pun saya tetap akan menikahi Hana." Ucap Langit.
"Kalau perlu, saya akan ajak Hana kawin lari." Tambahnya lagi.
"Apa-apan Langit ini, Papa. Sebenarnya kertas itu tulisannya apa?" Nyonya Senja menatap dengan tuntutan.
"Ini, aku sedang meminta restu Ayah mertua karena rencana pernikahanku dengan Hana harus dia ketahui." Ucap Langit santai kembali duduk. Kemudian mencuri satu kecupan di pipi bakpao milik sang kekasih.
"Langit...! Astaga dia benar-benar."
Nyonya Senja menjewer telinga Putranya yang suka sekali mencuri kecupan.
"Hana... Kamu adalah Putri kandungku. Aku adalah Ayahmu, maaf karena Ayah terlambat tahu semua ini. Ayah pikir kamu sudah dimakan binatang buas waktu kejadian itu." Ucap Tuan Thomas menunduk menyesal.
"Jadi, kita berbesan Tuan Thomas?" Tanya Tuan Angkasa berbinar bahagia.
"Ya, kita akan menjadi keluarga." Lalu Tuan Thomas menceritakan semuanya. Dan juga tentang pergantian identitas baru Hana menjadi anggota keluarganya.
"Sidang perceraian Hana dimajukan besok. Apa kamu bahagia Hana?" Tanyanya.
"Aku bahagia, akhirnya aku punya keluarga kandung." Ucap Hana terharu.
"Terima kasih karena tidak membenci, dan maaf sudah terlambat mengetahui."
Sementara itu di sebuah rumah yang sangat mewah, seorang wanita yang masih terlihat canti di usianya yang tidak lagi muda.
"Faris, apa dia masih mengganggumu? Sudah Mama katakan berulang kali. Jangan bergaul dengan keluarga Samuel, tapi kamu sangat keras kepala. Sekarang sudah berapa bulan kandungannya?" Tanya wanita itu kepada putranya.
"Mungkin sudah 4 bulan kehamilannya, aku melihatnya di Rumah Sakit beberapa hari yang lalu bersama Tuan Samuel." Ucap sang anak.
"Benar dugaanku, jika semua ini adalah rencana jahat dari Samuel. Dia sengaja memanfaatkan keponakannya yang Jalang untuk menjebakmu." Ucap Ibunya.
"Apa kamu yakin, dia anakmu?"
"Entahlah, aku tidak ingat lagi."
"Waktu itu aku hanya ikut menghadiri pesta ulang tahun temanku. Dan di sana ada Veronika. Aku tidak tahu jika dia mengatur rencana licik untuk menjebakku. Aku diberi minuman yang ternyata sudah dicampur obat perang sang. Aku yang tidak terlalu sadar, digiring masuk ke dalam sebuah kamar dimana Veronika sudah menunggu."
"Tapi satu yang aku ingat, tidak ada jejak darah perawan. Itu artinya Veronika memang Jalang. Entah sudah hamil atau itu memang anakku, aku tidak tahu. Yang jelas aku tidak akan mau bertanggung jawab dalam bentuk apa pun bahkan pada bayi itu sekalipun dia terbukti anakku. Kesalahan itu murni kesalahan Veronika."
"Tapi jika dia menuntut bagaimana? Mama takut, jika Papamu pulang nanti dia akan marah besar. Tahu sendiri, Papa kamu membenci Samuel sampai ke pembuluh darahnya."
"Apa kita bunuh saja dia? Aku sudah muak terus dikejar-kejar Jalang itu, membuatku malu. Ternyata pria yang berhasil direbut dari istrinya hanya manusia sampah."
"Ya, berita itu viral. Memalukan."
"Sudahlah Ma, jangan pikirkan lagi. Biar Jalang itu menjadi urusanku, jika sampai dia bertindak semakin liar. Maka aku tidak akan segan lagi untuk melenyapkan, sekalipun dia sedang hamil besar." Ucap pria yang bernama Fariz Alfarizi.
"Tapi, jika ketahuan nama keluarga besar kita yang akan tercoreng."