Anika seorang gadis yang tidak pernah membayangkan jika dirinya harus terlibat dalam malam panas dengan seorang pria beristri.
Cerita awal, ketika dirinya menginap di rumah sahabatnya, dan di saat itu pula dia tidak tahu kalau sudah salah masuk kamar, akibat keteledorannya ini sampai-sampai dirinya harus menghancurkan masa depannya.
Hingga beberapa Minggu kemudian Anika datang untuk meminta pertanggung jawaban karena dia sudah dinyatakan hamil oleh dokter yang memeriksanya.
Akan tetapi permohonannya di tolak begitu saja oleh lelaki yang sudah membuatnya berbadan dua.
Apakah Anika mampu membawa benihnya itu pergi dan membesarkan sendirian?? Temukan jawabannya hanya di Manga Toon
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayumarhumah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab Dua Puluh Dua
Anika tercengang hebat, hatinya berdesir entah apa yang harus ia lakukan antara keteguhan hati dan perasaan sang anak, jelas saja ia dikit untuk memilih semuanya.
Jika dia bersikukuh dengan pendiriannya, akan ada jiwa yang tersakiti, yaitu anaknya yang memang mulai bertanya tentang siapa Om Aslan yang merupakan titik rendahnya.
'Ya Allah apa aku salah menyembunyikan ini semua, apa aku dosa meniadakan seseorang yang sudah menolak kehadiran mereka, apa aku dosa!' batin Anika berkecamuk.
Perlahan Anika mulai beranjak untuk mengambilkan obat yang sudah diresepkan oleh Bidan Siska tadi, dengan sabar dirinya mulai merayu sang anak.
"Sayang, ayo minum dulu obatnya," ucap Anika, sambil menyodorkan pil berukuran kecil.
"Gak mau Bunda, rasanya mual," tolak anaknya itu.
"Sayang, kau harus minum obatnya, biar cepat sembuh," ujar Anika.
Sedangkan anak itu hanya terdiam, baginya tidak ada obat penyembuh selain rindu dan rasa penasaran akan sosok yang ia temui di pantai pada waktu itu.
"Kenapa Bunda selalu melarang ku berteman dengan orang baru, pertama sama Om Marvin yang ternyata teman Bunda, dan kedua Om Aslan, yang ternyata ayah dari Om Marvin, sebenarnya dia siapa Bun, kalau memang dia bukan siapa-siapa kenapa Bunda larang kami," ucap anaknya itu mencoba mengeluarkan unek-uneknya.
"Sayang, suatu saat nanti kamu paham, ketahuilah Nak, Bunda melakukan ini semua demi kebaikan kalian bertiga," sahut Anika.
"Tapi kenapa, hanya bertemu saja Bunda melarang, apa iya kalau Om Aslan itu adalah ayah kita bertiga?" tanya Arjun yang benar-benar membuat hati Anika berdesir.
Suasana mendadak hening, tubuh Anika limbung dihadapan ranjang anaknya, ia tidak tahu lagi harus menjelaskan seperti apa lagi, jika sudah seperti ini, akan tetapi di dalam diri Anika mencoba untuk kuat menghadapi semua ini.
"Sayang, kenapa kau bisa berpikir seperti itu?" tanya Anika pelan.
Anak itu diam sejenak, dan mencoba untuk terbuka dengan bundanya Sendiri.
"Sebenarnya malam itu, ketika Kakak, sama Adek asyik bermain sama Om Marvin, tanpa sengaja aku mendengar percakapan Bunda dan Tante Nivea, kalau Om Aslan itu merupakan ayah kandung kita bertiga," ungkap jujur Arjun dengan tatapan nanar.
"Apa Nak, jadi kau mendengar semua?" tanya Anika.
Anak itu hanya menggelengkan kepala. "Tidak semua aku hanya mendengar sebagian saja, dan ketika kita bertemu di pantai aku sedikit mendengar Bunda memanggil Om itu dengan sebutan Om Aslan," lanjut anaknya itu.
"Sayang .... " Anika hanya bisa membulatkan mata dengan mulut yang menggantung sangat susah untuk mengutarakan kata-katanya.
Malam ini Anika benar-benar dilema, sementara Arjun sudah tidak mempan lagi di nasehati dengan ucapan, hatinya sudah condong ingin sekali bertemu dengan seorang pria yang sejak dulu tengah ia nanti-nanti kedatangannya.
Karena tidak ingin melihat anaknya yang terus menerus mengurung diri sampai sakit seperti ini, akhirnya Anika memutuskan untuk menelpon Nivea, untuk membicarakan masalah ini.
Tangan Anika mulai menekan tombol nomor Nivea, dan beruntungnya sekali nelepon langsung diangkat oleh si pemilik nomor.
"Halo, Nik, ada apa malam-malam telepon, apa ada yang darurat?" tanya Nivea dengan nada yang begitu khawatir.
"Sebenarnya ada yang ingin aku bicarakan Nik," ucap Anika dengan nada yang bergetar.
"Kamu kenapa?!" tanya Nivea kembali.
"Aku gak kenapa-napa, hanya saja ada yang perlu aku ceritain, kamu tahu gak, Om Aslan pernah datang kesini dan menemui anak-anak," adu Anika.
Seketika Nivea terkejut, bahkan dirinya baru tahu sekarang dari Anika. "Apa! Papa datang menemui mereka, terus mereka gimana Nik?" tanya Nivea.
"Awalnya mereka sempat bertanya-tanya, tentang dia, dan gongnya lagi, ternyata Arjun diam-diam mendengar percakapan kita waktu itu," ucap Anika dengan jujur.
Seketika Nivea membulatkan matanya dengan sempurna. "Apa Nik, Arjun dengar pembicaraan kita, terus sekarang dia gimana?"
"Awalnya aku sempat tidak merespon ketika ia mulai bertanya, karena aku pikir dia tidak mengetahui sesuatu, hingga pada akhirnya dia sampai jatuh sakit, dan selalu mengigau nama dia," cerita Anika dengan nada yang bergetar.
"Astaga! Nik, Kamu sabar ya, baiklah mungkin besok aku akan datang ke sana ya, untuk menengok keadaan Arjun," ucap Nivea.
"Makasih banyak, tapi aku ingin meminta pendapatmu Vea," sahut Anika.
"Iya ngomong saja, pasti aku dengar kok, dan aku akan memberi solusi tanpa menghakimi siapa pun," jelas Nivea.
"Nivea, apa aku ini akan menjadi ibu yang egois jika aku tidak mengijinkan anakku bertemu dengan ayahnya?" tanya Anika.
"Kamu tidak egois kamu sudah benar kok, sejauh ini kamu sudah bertahan melawan semuanya sendiri, lalu dimana letak keegoisan kamu," sahut Nivea.
"Tapi jika aku menuruti keinginanku sendiri anakku yang jadi korbannya dia sedang sakit loh, bahkan setiap malam dia selalu ngigau dan memanggil namanya, apa iya aku masih mempertahankan egoku di saat seperti ini?" tanya Anika kembali.
"Anika Sayang ...Sebagai seorang Ibu terkadang kita itu di tuntut untuk mengalah dengan keadaan demi kebaikan bersama, di sini aku tidak menyuruhmu untuk bertindak ataupun berusaha yang seperti apa, akan tetapi pesanku cuma satu ikuti apa kata hatimu," sahut Nivea yang benar-benar mengerti dengan kondisi hati sahabatnya itu sedari dulu.
"Novia terima kasih banyak atas jawabannya," ucap Anika.
"Sama-sama, jangan pernah bersedih ya karena aku akan selalu ada untukmu," ucap Nivea.
Entah berapa lama percakapan mereka di telepon lalu keduanya sama-sama mengakhiri teleponnya masing-masing.
Setelah menceritakan semuanya hati Anika sedikit lega dan dia pun sudah mempunyai jawaban untuk ia ungkapkan besok pagi kepada anaknya.
"Sayang Bunda akan lakukan apapun jika itu menyangkut kesembuhanmu," ucap Anika sambil mengelus kening Arjun yang masih hangat.
Bersambung
ashlan meskipun itu bibi mu,,jika dia tidak bisa menerima Anak anak mu,,maka lempar saja ke kutub,,,kau dulu beraning menolak anak kandung mu,,,maka kau harus beraning menyingkirkan orang orang yg ingin menyakiti anak anak mu dan calon istri mu,,meski pun itu bibi mu sendiri atau siapa pun itu...
hehhh nenek sihir mikir donk kau lebih menjunjung anak angkat dan mendiang istri ashlan yg tidak memiliki keturunan keponakan mu ketimbang memilih yg kandung dan nyaris sempurna...Dunia terbalik memang😄😄😄😄
pantes Anika berat perasaannya, akan ada hambatan dari keluarga si Aslan.
semangat pagi thour,,,semangat up,ini lg nunggu sambil ngopi🤣🥰😘❤❤❤💪💪💪💪