NovelToon NovelToon
Putra Rahasia Sang Aktor

Putra Rahasia Sang Aktor

Status: sedang berlangsung
Genre:Lari Saat Hamil / Pernikahan Kilat / Single Mom / CEO / Anak Genius / Romansa
Popularitas:5.9k
Nilai: 5
Nama Author: Quenni Lisa

Menikahi Pria terpopuler dan Pewaris DW Entertainment adalah hal paling tidak masuk akal yang pernah terjadi di hidupnya. Hanya karena sebuah pertolongan yang memang hampir merenggut nyawanya yang tak berharga ini.

Namun kesalahpahaman terus terjadi di antara mereka, sehingga seminggu setelah pernikahannya, Annalia Selvana di ceraikan oleh Suaminya yang ia sangat cintai, Lucian Elscant Dewata. Bukan hanya di benci Lucian, ia bahkan di tuduh melakukan percobaan pembunuhan terhadap kekasih masa lalunya oleh keluarga Dewata yang membenci dirinya.

Ia pikir penderitaannya sudah cukup sampai disitu, namun takdir berkata lain. Saat dirinya berada diambang keputusasaan, sebuah janin hadir di dalam perutnya.

Cedric Luciano, Putranya dari lelaki yang ia cintai sekaligus lelaki yang menorehkan luka yang mendalam.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Quenni Lisa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 24 - Set Couple Ibu dan Anak

MAAF GUYS, GAK BISA UPDATE 2 HARI KEMARIN KARENA KEHABISAN PAKET, WKWK.

Insyaallah hari ini double update tungguin yak.

MAKASIH, buat yang udah luangin waktunya buat baca novelku yang masih acak acakan ini🫶

HAPPY READING

...****************...

Malam begitu dingin dan sunyi. Rasanya sangat menyesakkan. Bayang-bayang Anna terus menghantui pikirannya. Ya. Lucian termenung, mendapati dirinya tengah terbaring di atas ranjang karena pingsan. Saat tersadar, ia kembali teringat semua kesalahan yang telah ia lakukan.

'Apakah dia akan memaafkanku?' batin Lucian, sendu. Rasa bersalah memenuhi pikirannya.

Lucian tahu, ia tak pantas menerima maaf dari Anna. Namun, ia merasa jika ia tak segera menemui wanita itu sekarang. Seumur hidupnya ia tak akan pernah bisa menemui wanita itu lagi.

Tok!

Tok!

Tok!

Lucian menghentikan lamunannya dan melirik ke arah pintu. "Masuk!" Ia sudah jelas tahu, jika itu adalah Juan. Karena tidak akan ada orang yang berani mengetuk pintu kamarnya tengah malam begini selain Juan. Yang tengah mendapatkan tugas penting darinya.

Juan masuk dengan laptop di tangan kanannya. Ia menunduk sopan pada Lucian. "Tuan, bagaimana keadaan anda?" tanya Juan, khawatir. Sebab, ini pertama kalinya ia melihat Tuan Mudanya itu tumbang, walaupun selama ini lelaki itu memang tak bisa tidur nyenyak dan selalu bekerja lembur, namun itu tak membuatnya sampai tumbang.

Lucian mengangkat tubuhnya untuk bersandar di ranjangnya. "Aku baik-baik saja. Bagiamana hasil penyelidikannya?" tanya Lucian, dengan ekspresi tenang. Tak seperti kemarin yang meledak-ledak hingga jatuh pingsan.

Juan mengulurkan laptopnya. "Ini, Tuan. Kami telah menyelidiki kasus ini ulang. Dan, benar apa yang di katakan Nona Mona di rekaman itu. Bahwa kecelakaan itu disebabkan olehnya dan Tia, teman SMA-nya," jelas Juan.

Lucian menekan tombol putar di laptop dan muncullah gambar seorang gadis, dengan ekspresi yang sangat ketakutan.

"Sa-saya Tia... S-saya dan Mona awalnya ingin menjebak Anna. Karena Mona selalu merasa kehadiran Anna merusak semua rencananya untuk mendapatkan Lu-Lucian," jelas Tia dengan terbata-bata, ia menghentikan kalimatnya lalu menatap sekitarnya dengan takut.

"Lanjutkan!" Terdengar suara keras dan tegas di sana, yang adalah suara Sekretaris Juan.

Tia yang ketakutan langsung membeberkan semuanya. "Awalnya kami hanya ingin Anna masuk dan menciptakan kebakaran kecil dan memanggil Raven agar menyelamatkan Anna, sehingga Mona bisa merekam kejadian itu dan memberikannya kepada Lucian. Namun, yang terjadi malah Lucian yang lebih dulu masuk dan tanpa tahu jika itu Lucian, aku menjatuhkan api itu," jelas Tia, ia menunduk takut. Ia takut jika kabar ini tersebar dan habislah ia saat itu juga. Semua orang akan mengecamnya.

"Sa-saya sudah tak ingin mengikuti rencana ini, tapi Mona memaksa saya!" jelasnya mencoba membela dirinya.

"Lalu, apa yang terjadi setelah itu?" tanya Juan lagi, dengan tatapan mengintimidasi.

"Anna datang, walau terlambat. Dia masuk tanpa pikir panjang karena mendengar suara Lucian yang berteriak. Aku melihat dengan jelas. Dia bahkan melindungi Lucian yang hampir tertimpa kayu penyangga yang berkobar api saat itu."

Lucian memegang kepalanya dengan erat. Ia benar-benar tak habis-habisnya merutuki dirinya sendiri. Ia yang terbakar api kecemburuan, benci dan dengki terhadap Anna hingga menutupi dirinya dari segala kebenaran.

Kesalahan sebesar ini? Apa mungkin Anna akan memaafkan dirinya. Ia bahkan tak bisa memaafkan dirinya sendiri. Apa lagi Anna yang jelas adalah korban disini.

Lucian terus mengulang video itu dan menikmati rasa sakit di hatinya, mencoba menebus semuanya walau sampai matipun ia tak yakin dapat menebus rasa sakit hati Anna.

Pengakuan Tia, benar-benar menusuk tepat pada jantungnya. 'Maafkan aku, Anna. Aku tahu... Aku tak layak, mendapatkan maafmu. Tapi, bolehkan aku egois sekali lagi untuk mendapatkan maafmu,' batin Lucian. Lalu ia tertidur dengan penyesalan di hatinya.

...----------------...

Di Pinggir Kota.

Anna tersentak. Ia menarik nafasnya dalam-dalam, peluh mengalir di dahinya. Mimpinya terasa begitu nyata. Namun, terlalu indah hingga rasanya tak pantas untuk menjadi sebuah kenyataan.

"Lucian pada akhirnya mencintai Mona. Walaupun, jika kebenaran tentang aku adalah penyelamatnya saat itu, tak akan mengubah rasa cintanya pada Mona," gumam Anna, seolah mengejek dirinya sendiri. Air matanya mengalir deras, dadanya terasa sesak.

Di mimpinya, ia memimpin Lucian. Lelaki itu menyesali bahwa telah salah paham padanya. Dan, mengatakan kata-kata cinta yang manis, yang mampu meluluhkan rasa sakit hati di hatinya. Yang ia pikir tak akan pernah bisa di sembuhkan bahkan dengan kata cinta dari mulut Lucian. Namun, saat berhadapan langsung dengan kenyataan itu, Anna malah tak bisa mengontrol dirinya, ia yang terlalu mencintai lelaki kejam itu.

"Bunda!"

Anna tersadar dari lamunannya. Ia merapikan dirinya dan mencoba mengatur ekspresi di wajahnya. Ia tak ingin Cedric melihat keadaannya yang menyedihkan lagi. Ia merasa bersalah telah membuat anaknya menyaksikan kelemahannya kemarin.

"Ya, Nak? Ada apa?" tanya Anna, sedikit berteriak. Lalu, ia membuka pintu.

CEKLEK!

Cedric menatap Anna dengan penuh curiga. Sebab ia sekilas dapat melihat mata sembab Anna. Namun, melihat Bundanya tanpa menyembunyikan hal itu, membuat Cedric terpaksa harus pura-pura tak mengetahuinya.

Cedric tersenyum manis. "Bunda... Karena hari ini Minggu, bagaimana kalau kita jalan-jalan. Sudah sangat lama sejak terakhir kali kita jalan-jalan," jelas Cedric dengan senyum mengembang. Ia akan membuat Anna bahagia. Ia akan menghilangkan kesedihan Bundanya, walaupun itu tak akan mengubah rasa sakit hatinya pada Papanya.

Anna tersenyum. Ia membelai perlahan rambut Putranya. "Baiklah. Bersiaplah!"

"Yeay!" pekik Cedric, langsung berlari kecil menuju kamarnya. Anna hanya dapat geleng-geleng kepala melihat tingkah lucu Putranya. Cedric selalu menjaga jarak dan membatasi dirinya terhadap orang lain, namun Putranya itu selalu berusaha membuatnya bahagia dengan tingkahnya.

'Terimakasih, Nak. Kamu adalah hadiah terindah yang pernah Bunda punya...'

Anna dan Cedric telah siap dengan pakaian set couple Ibu dan Anak. Mereka berencana akan pergi ke taman bermain.

Mereka sontak menjadi pusat perhatian banyak orang. Wajah polos Anna yang halus dan cantik, dengan lesung pipinya saat tersenyum, berhasil mencuri atensi.

Cedric yang tampan dan menggemaskan, tanpa lebih menggemaskan dengan set pakaian couple yang memiliki telinga dan ekor itu. Anna yang merasa gemas tanpa sadar memesannya di online shop waktu itu.

Namun, Cedric Putranya menolak keras untuk mengenakan pakaian yang terlihat sangat kekanak-kanakan itu. Sehingga Anna hanya bisa menelan Kekecewaan, karena tak berhasil melihat wajah imut anaknya saat menggunakan pakaian ini. Namun, entah angin dari mana, tiba-tiba saja Cedric menyarankan agar mereka mengenakan pakaian set couple itu.

Walau bingung, Anna nampak senang. Senyumnya dak berhenti mengembang sejak melangkahkan kakinya keluar rumah. Karena merasa bangga, orang-orang menatap Putranya tak berkedip, menyadari keimutan dan ketampanan Putranya.

Hari itu, keduanya bersenang-senang, mencoba melepaskan beban pikiran masing-masing.

"Loh, Anna! Bocah! Kalian kesini?" Anna dan Cedric menoleh saat merasa terpanggil.

1
tia
lanjut thor
alyssa bunga: oheyy
total 1 replies
tia
dikit amat thor
alyssa bunga: oh kurang panjang, oklah nanti di panjangin makasih😂
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!