Alaric Sagara, tiba tiba hidup nya berubah setelah istri yang di cintainya pergi untuk selama lamanya karena malahirkan bayi mereka ke dunia.
Kepergian sang istri menyisakan trauma mendalam di diri Aric, pria yang semula hangat telah berubah menjadi dingin melebihi dingin nya salju di kutub utara..
Faza Aqila, sepupu mendiang sang istri sekaligus teman semasa kuliah Aric dulu kini statusnya berubah menjadi istri Aric setelah 3tahun pria itu menduda. Faza telah diam diam menaruh cinta pada Aric sejak mereka masih sama sama duduk di bangku kuliah.
Bagaimana kehidupan pernikahan mereka dan akankah Faza mampu membuka hati Aric kembali...
Happy Reading 💜
Enjoy ✨
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ratu_halu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 26
Aric dan Faza sudah berpamitan pada Mama dan papa nya. Namun sayang, Alena tidak mau di ajak pindah. Mungkin karena sudah terbiasa tinggal bersama Oma dan Opa nya.
"Alena, kamu bener nggak mau ikut sama Tante dan Papa ?" Tanya Faza sekali lagi mencoba meyakinkan bahwa Alena benar-benar tidak mau ikut bersama dia dan Aric
"Nggak, Tante.. Alena mau sama Oma dan Opa aja.. Papa sama tante pulang aja, Alena mau disini.." Penolakan Alena untuk kesekian kali
"Yasudah. Nanti papa dan Tante Faza datang lagi kesini, ya.. Alena jangan nakal. Alena harus nurut apa kata Oma dan Opa.."
Alena mengangguk, patuh..
Setelah berpamitan, Aric dan Faza naik ke dalam mobil. Aric yang mengemudi.
Di dalam mobil, Aric tidak melepaskan genggaman tangan nya pada Faza. Sesekali Aric mengecupnya dengan mesra..
Faza sudah mulai terbiasa dengan sikap Aric yang posesif dan over protective. Ya, mungkin karena Aric baru menyadari betapa besar cintanya untuk Faza..
"Kamu istirahat dulu saja, ini biar mas yang rapikan.." Ucap Aric sambil mengeluarkan isi di koper miliknya dan milik Faza..
Faza merebahkan diri nya di atas tempat tidur.
"Mas..."
"Hem..?"
"Boleh aku tanya sesuatu.." Faza terus memandangi Aric yang sedang sibuk bergerak kesana kemari, merapikan pakaian mereka
"Boleh. Kau tanya apa ?"
"emm, foto-foto ini.. Di ruang tamu dan di kamar.. Kenapa mas memajang semua foto-foto ku di apartemen mas ? Apa mas merasa bersalah karena saat kita bertengkar, aku menyinggung soal foto-foto Selena di rumah lama kalian ?"
Aric menghentikan kegiatannya, kemudian berjalan menghampiri sang istri.
"Jangan berpikir macam-macam. Mas hanya ingin menghiasi apartemen ini dengan semua hal tentang kamu." Duduk di sisi ranjang sambil menggenggam tangan Faza..
"Mungkin ribuan kata Maaf tak cukup untuk menebus kesalahan yang pernah mas lakukan sama kamu, tapi mas janji tidak akan melakukan kesalahan yang sama lagi.."
Cupp!
Mencium punggung tangan Faza
.....
Tanpa terasa kehidupan baru antara Faza dan Aric sudah berjalan selama 3bulan. Mereka masih tinggal di apartemen. Berdua tanpa Alena. Sebab anak itu tetap tidak mau di ajak pindah. Terkadang Faza dan Aric pun menginap di rumah kedua orang tua mereka.
"Sayang, hari ini Mas mau ke rumah lama. Sudah ada yang mau membeli rumah itu.."
"Loh, mas mau menjual nya ? Kenapa ? Rumah itu kan penuh dengan kenangan antara Mas dan Selena.."
Mengusap kepala Faza dengan lembut, "Mas sudah punya kamu. Tidak ada waktu lagi untuk mengingat dan mengenang masa lalu.."
Faza terdiam. Entah kenapa, Faza merasa sayang saja jika rumah itu di jual. Tetapi semua keputusan ada di tangan Aric. Faza tak mau ikut campur..
Sebelum ke kantor, Aric mengantarkan Faza ke Galery nya.
"Kalau mas nggak bisa jemput, nanti mas minta Pak Diman untuk menjemput kamu disini, ya. Jangan pulang dengan taksi online, mas tidak izinkan. Okay ?"
Faza mengangguk kemudian mencium punggung tangan Aric, dan Aric pun mencium kening Faza..
Setelah itu, Faza pun turun dari mobil. Sebelum masuk ke galery, Faza memastikan mobil Aric sudah berlalu dari tempatnya..
Skip kegiatan hari ini..
Sore hari nya, Aric sudah berada di rumah lama nya. Bi Erna yang sudah di hubungi Aric jauh-jauh hari sudah siap untuk pindah. Bi Erna dan Pak Dirman akan tetap Aric pekerjakan dirumah baru mereka nanti.
"Apa pembeli rumah ini sudah datang, bi ?" tanya Aric sesampainya di rumah lama
"Belum, Tuan." Jawab Bi erna.
Barang-barang di rumah itu sudah banyak yang di buang. Bahkan ada beberapa yang di perbolehkan untuk di jual. Tapi tentu saja Aric sama sekali tidak pernah bertanya soal uang penjualan nya. Aric tak perduli. Yang dia inginkan sekarang hanya hidup tenang bersama Alena dan Faza..
"Tuan, seperti nya itu pembeli rumah.." Ucap Si bibi ketika mendengar deru mobil berhenti di depan rumah..
Aric segera keluar...
Benar saja. Ada sekitar tiga orang pria yang turun dari sebuah mobil..
"Tuan Aric, ya ?" tanya salah seorang pria
Aric mengangguk kemudian menyambut jabatan tangan Pria itu, bergantian dengan dua pria lain nya.
"Saya Pak Rasyid, yang akan membeli rumah anda. Ini Pak Furqon dan Pak Noorman, pengacara dan notaris saya.."
"Baik, silahkan masuk.." Aric mempersilahkan masuk..
Ketiganya pun ikut masuk ke dalam..
"Silahkan di lihat-lihat.. Semoga cocok dengan selera anda, Tuan Rasyid.."
"Baik, terimakasih tuan Aric."
Aric menemani ketiganya untuk melihat-lihat setiap ruangan. Lantai satu dan Lantai dua tentu nya..
"Wah.. Rumah nya masih sangat bagus dan terawat sekali.."
Aric tersenyum tipis, "Iya, tuan. Masih seperti pertama saya tinggal disini.."
Setelah lumayan lama berkeliling, sampailah pada kesepakatan. Kemudian, ketiga pria itu pun pamit. Untuk pembayaran serta penandatanganan akta jual beli akan di lakukan beberapa hari lagi..
"Bi... Tolong di bereskan lagi.." Panggil Aric pada Bi Erna. Meminta pembantu nya untuk membereskan bekas minuman yang tadi di sajikan pada tamu nya..
"Baik, tuan.." Si Bibi datang membawa nampan..
Setelah memastikan meja ruang tamu kembali bersih, Aric hendak pulang, si bibi menahan Aric sambil membawa sesuatu di tangan nya..
"Apa ini, bik ?" Tanya Aric sambil menerima sebuah amplop putih dari si bibi..
"Bibi juga nggak tau, tuan. Itu bibi temukan saat bibi bersih-bersih kamar utama.." jawab si bibi berterus terang.
"Baiklah, terimakasih.." ucap Aric "Kalau begitu saya pergi sekarang ya, bik.. Sudah malam, takut Faza khawatir."
Usai berpamitan, Aric langsung tancap gas meninggalkan rumah lama nya.
Skip perjalanan...
Sesampainya di apartemen, Aric langsung di sambut dengan pelukan hangat sang istri..
Aric memeluk Faza tak kalah erat.
"Mas kangen.." Kata Aric dan langsung mengangkat tubuh Faza ala Bridal.
Aric membawa Faza masuk ke dalam kamar mereka. "Temani Mas mandi.." Kata Aric
"Tapi aku sudah mandi, mas.." jawab Faza
"Mandi bersama mas kan belum.." Aric terus menggendong Faza sampai di dalam kamar mandi. Aric mendudukkan Faza di atas closet.
Aric membuka semua baju yang melekat di badan Faza hingga tidak tersisa sehelai benang pun, kemudian dia melucuti pakaian nya sendiri.
Pandangan nya sudah sangat berkabut. Aric menuntun Faza masuk ke dalam ruangan khusus untuk mandi yang seluruh nya terbuat dari Kaca..
Aric menyalakan Shower dengan air nya yang hangat. Di bawah guyuran Shower, Aric mulai melancarkan Aksinya. Aric mencium, menjilat dan memberikan tanda kepemilikan di beberapa bagian tubuh sang istri.
Lenguhan dan desahan Faza yang seksi semakin membuat Aric bergairah.
"Ma-mas...eughhh..." Faza sudah hampir sampai di puncak nya ketika Aric terus mengobrak-abrik kewanitaan nya di bawah sana dengan lidah dan jari nya..
Aric terus mempercepat gerakkan tangan serta lidah nya, hingga desahan panjang Faza menandakan bahwa sang istri sudah mendapatkan pelepasan pertamanya..
Jleb!
Tanpa aba-aba, Aric memasukkan batang miliknya ke lubang Faza yang masih basah dan berdenyut..
"Ahhh...." Desahan Faza keluar lagi saat Aric menusuk nya dari belakang.
"Menjeritlah sayang, mas suka suara seksi mu.. Ahhh.."
Kedua tangan Aric meremas dan memilin payudara Faza.
"Ahh.. Mas... Aku sudah tidak kuat..."
Setelah berganti gaya beberapa kali, Faza pun menyerah dan akan mencapai pelepasan untuk yang kesekian kali..
"Ta-tahan sayang.. Ahhh.. Bersama, please.." Ucap Aric yang sebentar lagi akan mencapai puncak..
"Ahhhh....." Desahan panjang mereka mengakhiri pertempuran malam ini.
Aric menyemburkan seluruh cairan nya di dalam rahim Faza.
"Ayo, mas bantu kamu mandi.." Kata Aric setelah mengeluarkan miliknya dari lubang Faza
Setelah mandi, Aric dan Faza pun makan malam bersama.
"Kamu tidak ingin bertanya soal penjualan rumah ?" tanya Aric di sela-sela makan malam mereka
Faza tersenyum, "Maaf, mas. Tapi aku merasa tidak berhak untuk bertanya soal itu.. Itu kan rumah masa lalu mas dan Selena. Tidak ada campur tangan aku disana.."
Aric mengusap kepala Faza dengan lembut, "Tapi mas ingin bilang, kalau nanti uang penjualan rumah itu akan mas berikan sepenuh nya pada Alena. Mas akan membuka rekening atas namanya.."
"Iya, mas. Terserah mas saja. Aku tidak keberatan sama sekali.."
"Terimakasih, sayang. Kamu memang istri yang pengertian.." Aric mencium punggung tangan Faza
Keesokan hari nya..
Seperti biasa, Aric akan mengantarkan Faza ke galery lalu berangkat ke kantornya.
Sesampainya di kantor, Aric sudah di tunggu untuk meeting bulanan dengan para staf-stafnya.
Meeting pun berjalan dengan lancar dan Aric sudah kembali lagi ke ruangan nya..
Duduk kembali di kursi kebesaran nya untuk memeriksa dokumen-dokumen yang menumpuk di atas meja kerjanya..
Saat sedang bekerja, tiba-tiba Aric ingat sesuatu..
"Amplop putih kemarin, dimana aku menaruh nya, ya..?!" Aric memeriksa tas kerjanya, mencari amplop putih yang kemarin di berikan oleh Bik Erna..
"Nah, ini dia..." Aric mengeluarkan amplop tersebut..
Di dalam nya berisi kertas, seperti surat..
Aric membuka surat tersebut, dan sedetik kemudian wajah nya langsung menegang...
"Ini kan tulisan tangan Selena..." Gumam Aric
Aric membaca surat itu, surat yang di tujukan Selena khusus untuk Faza..
tolong kasih dia bangun ,biar menyadari kelakuan suaminya, yg merendahkan istri, dn wanita
kasih pelajaran apasi, faza budak laki
🤣🤣🤣