Kisah ini lanjutan dari KEMBALI-NYA SANG ANTAGONIS seasons 1
Banyak adegan kasar dan umpatan di dalam novel ini.
Cerita akan di mulai dengan Cassia, si Antagonis yang mendapatkan kesempatan terlahir kembali, di sini semua rahasia akan di ungkap, intrik, ancaman, musuh dalam selimut dan konflik besar, kisah lebih seru dan menegangkan.
Jangan lupa baca novel KEMBALI-NYA SANG ANTAGONIS season 1 agar makin nyambung ceritanya. Happy reading!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Senjaku02, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 17
Di lorong kampus yang sepi, langkah Cassia terhenti mendadak ketika sosok Nafisha berdiri kokoh, menghalangi jalan.
Dadanya berdebar, napasnya tertahan sesaat. Dengan suara yang dikulum sekeras mungkin, ia berkata pelan namun tajam, "Minggir."
Tapi Nafisha hanya tersenyum sinis, menyandarkan tubuhnya tanpa memberi ruang sedikit pun, "Nggak mau."
Kemarahan dan kejengkelan membakar hati Cassia. "Apa maumu sebenarnya?" suaranya bergetar, penuh ketegangan.
Nafisha merendahkan suaranya, bisikannya menusuk tepat di telinga Cassia, "Aku ingin hidupmu hancur."
Cassia mengangkat sebelah alisnya, dingin dan penuh ejekan, "Kupikir kamu sudah berubah, tapi ternyata kamu masih sama, penuh dendam dan kebencian."
Tatapan Nafisha berubah jadi bara api, matanya menantang dengan kemarahan yang mengikat jiwa. "Hancurnya hidupku ini semuanya karena kamu, Cassia. Bahkan sampai mati pun, aku takkan pernah memaafkanmu."
Udara di antara mereka seolah membeku, memerangkap luka lama yang tak kunjung sembuh.
“Sudahlah, Nafisha. Semua ini terjadi karena kesalahanmu sendiri. Kamu masih punya sisa waktu, berubahlah sebelum semuanya terlambat.” Suara Cassia keluar dengan nada yang dingin dan penuh rahasia, seperti memendam sesuatu yang lebih dalam daripada yang bisa Nafisha pahami.
Nafisha menatap Cassia dengan mata yang membelalak, bingung dan penuh tanya. “Maksudmu apa, Cassia? Jangan basa-basi deh.”
Namun Cassia hanya diam, tanpa sepatah kata pun sebagai jawaban. Dengan langkah pasti, dia berjalan melewatinya, meninggalkan Nafisha yang terpaku, hatinya mulai panas membara dengan perasaan campur aduk antara penasaran dan marah.
Hening sesaat pecah oleh hentakan kaki Nafisha yang bergema penuh amarah. “Hei... CASSIA! Katakan! Apa sebenarnya maksud semua itu? Jangan buat aku penasaran!” teriaknya, suaranya memecah udara dengan tekanan emosi yang tak terbendung.
Diri Nafisha kini bergulat dengan kegelapan misteri yang Cassia tinggalkan sebuah bisikan peringatan yang mengancam akan meruntuhkan dunianya jika dia tak segera menemukan jawabannya.
Mata Cassia berbuah jadi tajam dengan senyum miring yang penuh kepuasan. 'Aku sudah memperingatkanmu, Nafisha,' bisiknya dalam hati, penuh tantangan. 'Waktumu tinggal sedikit lagi apakah kau siap menghadapi kehancuran yang menantimu?' Hatinya bergetar oleh gelombang kemenangan yang dingin, sementara bayangan akhir Nafisha kian menghampiri dalam kesunyian.
...****************...
Di Kediaman keluarga Smith, hanya ada Lucas dan Olivia, sementara kedua anak mereka sudah pergi ke kampus, tenggelam dalam rutinitas kuliah.
Lucas menatap wajah istrinya dengan mata penuh kecemasan. "Bagaimana, darah perempuan itu sudah diambil di rumah sakit?" Suaranya berat, penuh tekanan yang sulit disembunyikan.
Olivia menghela napas, duduk dengan lemah di samping suaminya. "Sudah, Sayang. Liam yang mengurus semuanya," jawabnya dengan lembut, mencoba menenangkan hati yang bergemuruh.
Lucas menggeram, sedikit tersulut amarah. " Kalau saja golongan darah putri kita tak langka, aku tak rela mengeluarkan uang sebanyak ini hanya untuk satu kali transaksi pada perempuan itu."
Kalimat itu menggantung di udara, penuh dengan kemarahan dan kekhawatiran yang membakar dalam dadanya.
Ruang tamu itu seakan ikut menahan napas, terperangkap dalam ketegangan yang merayap begitu pekat.
"Sayang, sudahlah... Harta kita banyak, yang terpenting adalah putri kita bisa segera sembuh," ucap Olivia dengan suara lembut yang bergetar, mencoba meredam gelombang kecemasan dan kemarahan yang mengamuk di wajah suaminya.
Matanya yang basah menatap suaminya penuh harap, seolah menyuruhnya untuk berhenti membebani diri dengan kekhawatiran yang tak kunjung reda. "Apa artinya harta sebanyak ini jika nyawa anak kita masih tergantung di ujung maut?" bisiknya hampir tak terdengar, namun mengiris hati keduanya dalam keheningan yang mencekam.
"Maafkan aku, sayang." Suaranya serak, diiringi pelukan erat yang seolah ingin menghapus semua luka di hati istrinya.
Dalam genggaman itu, ada penyesalan yang begitu dalam, sampai napasnya pun terasa berat. Ia tahu, kata-katanya itu hanya spontan akan kemarahan saja. Tak ada maksud lain.
...****************...
"Permisi Tuan, Nyonya!" salah seorang pelayan datang, menyapa dan menghentikan obrolan Olivia bersama Lucas.
"Ada apa?" tanya Olivia, dia menatap sang pelayan itu.
"Nyonya, ini ada paket untuk anda!" kata Pelayan itu, dia meletakkan kotak itu di atas meja.
Tatapan Lucas dan Olivia menatap bingung pada paket itu, keduanya saling tatap karena merasa kotak itu seperti sebuah rahasia yang harus segera di bongkar.
Setelah pelayan itu pergi, Olivia segera bangun, dia mendekat pada meja, badannya membungkuk dan setelah itu mengambil kotak misterius itu untuk di buka isinya.
"Siapa pengirimnya?" tanya Lucas.
"Tidak tahu, Dad!" geleng Olivia, dia tak menemukan nama si pengirim di sana.
"Penjaga ini bagaimana? Paket tanpa pengirim saja di Terima?" gerutu Lucas, dia sering kali memberikan peringatan agar paket tanpa nama pengirim untuk tidak di Terima.
"Dad, sudahlah!" kata Olivia, dia biasanya kesal. Namun, sekarang entah kenapa rasa penasaran justru lebih mendominasi.
Lucas mengangguk, dia dan sang Istri akhirnya kembali duduk untuk membuka paket itu dan melihat siapa orang yang mengirim paket itu dalam keadaan penuh rahasia ini.
Sedangkan di sudut lain.
Salah seorang yang bekerja sebagai pelayan Smith mengintip, dia memfoto dan mengirimkan beberapa jepretan foto itu kepada orang yang membayarnya.
"Hey, sedang apa kamu?" seseorang memergoki dia mengambil foto, dia kaget dan berusaha berkilah.
"Aku melihat ada sedikit kotoran pada dinding, dan berusaha menyinari ini dengan senter ponsel ku," jawabnya, dia menunjukkan sedikit kotoran yang tertempel pada lap yang ia bawa.
"Oh, kalau sudah selesai ayo kembali ke dapur!" dia memerintah karena dialah sang kepala pelayan di rumah keluarga Smith.
"Baik," angguknya, dia berlalu meninggalkan tempat itu setelah menyelesaikan urusannya.
Malam harinya.
Olivia dan Lucas berdiri diam di ruangan rahasia keluarga mereka, tak ada yang tahu ruangan itu selain nyonya dan Tuan Smith juga Tuan Muda Smith, yaitu Liam.
"Mam, Dad, ada apa? Kenapa mendadak memanggil aku?" Liam yang baru saja tiba dari kampus langsung menghampiri kedua orang tuanya saat mereka menelpon tadi.
"Duduk dulu, Nak!" kata Olivia, dia meminta Liam untuk duduk di sofa.
Liam menurut, ia duduk tenang. Namun, matanya awas melihat setiap gerak-gerik aneh yang di tunjukkan kedua orang tuanya, seperti ada rahasia yang membuat mereka gelisah.
Tak ada percakapan, semua terasa hening mencengkram, menusuk bagai belati pnas dan Liam tak kuat akan hal aneh yang membuat dia mendadak cemas.
"Ada apa sebenarnya? Kenapa kalian justru diam?" Liam menggeram dia kesal karena merasa di abaikan.
"Liam, baca ini!" Olivia mengeluarkan sesuatu dari balik punggungnya, dia meletakkan sebuah berkas yang Liam sendiri tak tahu apa isinya.
Liam menatap berkas itu, ada rasa tak nyaman yang mendadak hadir saat berkas itu keluar dan di letakkan di atas meja tepat di depannya.
"Apa ini?" tanya Liam, dia mengalihkan fokusnya pada berkas ke wajah orang tuanya.
"Baca saja! Dan kamu akan temukan jawabannya," ujar Lucas, dia menatap Liam seolah memerintahkan untuk segera membuka berkas itu dan membaca isinya.
Liam menurut, dia mengambil berkas itu, perasaan tak nyaman itu kemudian hadir saat ia menyentuh berkas yang orang tuanya berikan.
Perlahan. Namun pasti, Liam membuka berkas itu dia membaca berkas itu dan wajahnya langsung pucat pasi, dadanya berdebar kencang dengan wajah pucat pasi.
DEGH!
'Ini? Dari mana Daddy dan Mommy mendapatkan ini?' pikir Liam.
selalu d berikan kesehatan 😃