SEMUA HANYALAH PANGGUNG SANDIWARA

Seharian ini Laras benar-benar merefreshingkan badan dan pikirannya. Setelah keluar dari salon, diuapun kini tengah berjalan-jalan di mall, berbelanja apapun yang dia suka tanpa beban.

Memiliki uang sendiri memang lebih nyaman. Kita bisa membeli apapun yang kita mau tanpa ada yang membatasi.

Berkantong-kantong belanjaan sudah memenuhi kedua tangannya. Laras yang merasa lapar, segera berbelok menuju restoran jepang yang ada disana dan memilih meja yang paling ujung, yang tak terlalu mencolok dan berada ditempat yang sedikit tersembunyi agar mendapatkan ketenangan.

Begitu pelayan datang, Laras segera memesan menu makanan yang diinginkannya. Sambil menunggu makanan datang, Larasa yang tenag memainkan ponselnya tiba-tiba dikejutkan oleh suara yang  sangat familiar, yang  berada tepat di meja yang ada dibalik sekat ruangan yang ditempatinya saat ini.

“Kamu dan suamimu harus benar-benar memaksa gadis busuk itu untuk segera menyerahkan perusahaannya karena aku memiliki firasat buruk jika harus menunggu sampai acara ulang tahunnya itu tiba”, ucap salah satu wanita yang Laras duga sebagai kakak dari budhenya, Yanti.

“Aku sih inginnya juga begitu mbak. Tapi anak itu sekarang sudah berubah. Dia sudah mulai berani membangkang dan menentang perkataanku. Terakhir ketemu pun dia bertengkar hebat dengan mas Seno, bahkan ingin memutuskan hubungan keluarga dengan kami”, keluh Hartati.

Yanti yang mendengar itu pun merasa geram, "Apa dia merasa telah menjadi nyonya muda Pratama hingga bertingkah sombong seperti itu".

"Kamu juga sih, kenapa harus Laras yang menggantikan Gea. Masih ada anakku yang lebih bisa nurut ketimbang gadis busuk itu jika memang membutuhkan pengganti pengantin", omel Yanti lagi.

"Waktu itu kami juga tak kepikiran hal itu mbak. Lagipula, jika memakai anak mbak, tuan Pratama pasti tak akan setuju karena Laras didapuk sebagai pengganti pun juga atas persetujuan beliau", ucap Hartati jujur karena anama Laras juga muncul dari Geery sendiri sehingga keduanya hanya bisa menyetujuinya saja.

Melihat jika cara memaksa secara langsung tak mempan, Yanti pun mulai memikirkan cara licik untuk membuat Laras benar-benar menyerahkan HD Group ke tangan Seno.

“Gimana jika kamu up load story aja di medsos. Seperti curhatan gitu, dengan ekpresi menyedihkan. Buat keluarga Pratama, terutama Nathan benar-benar membencinya agar gadis busuk itu sadar jika dia hanya memiliki kamu dan suamimu. Nanti, aku akan beli buzzer buat memojokkan dia agar namanya menjadi buruk”, ucap Yanti sambil menyeringai licik.

Laras tanpa sadar meremas ponselnya dengan kuat hingga kedatangan pelayan membawakan pesanannya, membuatnya tersadar.

“Mau memerasku secara moral. Baik, kita lihat saja, berita siapa yang akan viral nanti di dunia maya”, batin Laras penuh amarah.

Makanan lezat yang tersaji didepannya, sama sekali tak mengunggah selera ketika Laras terus mendengar rencana busuk yang Yanti dan Hartati rancang untuknya.

Sekarang Laras benar-benar tak akan lembut hati. Untuk mendapatkan bukti yang akan dipergunakannya nanti, Laras pun segera merekam semua percakapan yang menyangkut rencana busuk keduanya agar nanti bisa dia pergunakan jika memang benar-benar diperlukan.

Sementara itu dirumahnya, Nathan saat ini tengah duduk dibalkon kamarnya, ditemani secangkir kopi hitam panas dan sebungkus rokok yang tingal setengah isinya karena sudah berpindah kedalam asbak yang penuh dengan putung rokok yang Nathan hisap.

Mendung mulai mengantung dengan berat dan gerimis mulai turun membasahi bumi, membawa aroma tanah basah yang tercium samar diantara asap nikotin yang memenuhi udara.

Tidak ada suara selain denting gelas kopi yang kadang disentuh jari dan hembusan angin tipis pelan yang mengoyangkan batang pohon yang tertanam di halaman, menimbulkan suara nyanyian senduh di waktu malam.

Langit sudah gelap, tapi tanda-tanda kedatangan Laras, belum juga tampak.

Tidak, Nathan tidak sedang menunggu istrinya. Hanya saja dia merasa ada sesuatu yang membuatnya harus berada di balkon di udara sedingin ini, disaat banyak orang memilih bergelung dengan selimut tebal dan berbaring diperaduan.

Dengan satu gerakan malas, Nathan mengambil ponselnya, membuka riwayat status yang hanya berisi nama anggota keluarga serta koleganya saja.

Tak ada status yang terpasang, membuat Nathan merasakan hampa untuk sesaat. Tiba-tiba layar ponselnya tanpa sengaja melihat sebuah status salah satu rekan bisnisnya.

Meski tampak samar dan tak disengaja, koleganya yang tengah berpose dengan sang istri tak sengaja menangkap sosok Laras dibelakangnya.

Jika dilihat dari tanggal dalam foto, harusnya foto tersebut diambilnya dua bulan yang lalu, dimana ketika itu Laras masih berlum menjadi istrinya.

Fakta bahwa Laras sudah bisa bersikap biasa-biasa saja dengan pernikahan kontrak ini, tak ada raut wajah kesedihan seperti sebelumnya dan benar-benar menganggap dirinya hanya sebagai pengganti sementara untuk Gea, membuat hatinya merasa aneh.

Dia dan keluarganya lah yang menciptakan jarak itu. Tapi kini, ketika jarak itu semakin bertambah lebar, sekeras apapun Nathan berusaha mengabaikannya, dia tak bisa menepis rasa penasaran yang mengusik jiwanya.

Apalagi ketika dia melihat penampilan segar dan menawan istrinya tadi pagi, yang tampak tak memiliki beban apapun, membuatnya merasa sangat kesal dan tak terima kenapa hanya dirinya yang menderita dalam pernikahan paksa ini.

Jika dirinya menderita maka Laras juga tak boleh bahagia!

Egois, ya itulah Nathan dengan kearoganan dan keegoisan dirinya yang tak suka melihat orang yang dibencinya bahagia.

Apakah Nathan benar-benar membenci Laras atau dia hanya meluapkan kekeceewaannya terhadap Gea, semua hal itu terus menggerogoti pikirannya.

Nathan tak sadar jika hal ini bisa membawa hatinya, untuk cenderung memikirkan Laras tanpa dia sadari.

Cukup lama Nathan berada diteras balkon, hingga seluruh rokok dalam kotaknya sudah habis dia hisap dan juga kopi yang ada dicangkirnya telah tandas, tubuhnya pun mulai mengigil oleh tiupan angin malam, membuatnya segera masuk dan berbaring diatas ranjang nya seorang diri.

Malam ini, Nathan benar-benar memikirkan semuanya.Begitu hatinya sedikit tenang dan pikirannya benar-benar telah jernih,  Nathan mulai menyadari bahwa Laras memang benar-benar tidak bersalah dalam situasi ini.

Ia merasa bersalah karena telah memperlakukan Laras dengan dingin, padahal gadis itu juga menjadi korban, sama seperti dirinya dan juga penyelamat hidupnya yang sebenarnya.

Karena hutang nyawa terhadap Laras maka dalam hati Nathan bertekad untuk mencoba mulai bersikap lebih lembut pada Laras dan mencoba untuk menjalin interaksi agar bisa mengenal istrinya lebih dekat.

Tapi sayangnya hal itu masih belum bisa tercapai sebab intensitas Laras yang sangat padat menjelang hari dimana acara fashion show Flory di negara X, sebentar lagi akan digelar.

Nathan yang melihat kesibukan Laras, hanya bisa memberikannya pesan sebagai bentuk perhatian yang sayangnya Laras anggap sebagai spam, berita yang tak penting yang hanya dibaca ketika masuk tanpa ada niat sedikitpun untuk membalas.

Mendapat perlakuan dingin dari Laras, Nathan sempat kecewa sesaat, namun ketika dia kembali mengingat perjanjian yang mereka sepakati, apa yang Laras lakukan tidak salah karena tampaknya gadis itu benar-benar menjaga semuanya, sesuai dengan point-point yang dia sendiri buat.

Karena rasa bersalah dalam hati Nathan terhadap Laras, apalagi setelah dia tahu jika yang menyelamatkannya dulu adalah gadis berkuncir dua yang tak lain adalah istrinya saat ini, membuat Nathan tak patah semangat dan terus memberikan perhatian meski semuanya sama sekali tak anggap oleh Laras.

Hanya saja ego Nathan yang tinggi, membuatnya enggan untuk membatalkan perjanjian yang telah keduanya tanda tangani serta sekedar menyampaikan ucapan kata maaf sehingga Laras tak tahu mengenai maksud hatinya sehingga mengira jika pria itu lagi galau saja dan butuh perhatian yang sayangnya tak Laras anggap penting karena dia tak mau terikat terlalu dalam dengan pernikahan semu ini.

Laras menjalankan perannya dengan baik, terutama hubungannya dengan nyonya tua Pratama karena semata ingin mengungkap tabir misteri kematian kedua orang tuanya, berkat bantuan Gerry sudah berhasil mendapatkan titik terang.

Sayangnya, masih ada hal yang Thomas tutup-tutupi dari Laras sehingga beberapa hasil yang sudah pengacara kondang itu dapatkan, dia pendam sendiri hingga titik kepastian si pelaku berhasil diungkap, barulah akan dia beberkan semuanya kepada Laras.

Hal ini juga dilakukan Thomas semata-mata untuk melindungi Laras. Satu bulan lagi, ketika tepat usia Laras dua puluh tahun, maka semuanya akan dia beritahukan kepada gadis itu, tanpa ada lagi yang akan dia tutup-tutupi, seperti saat ini.