NovelToon NovelToon
Kebangkitan Dewa Pedang Abadi

Kebangkitan Dewa Pedang Abadi

Status: sedang berlangsung
Genre:Perperangan / Kelahiran kembali menjadi kuat / Romantis / Epik Petualangan / Reinkarnasi / Budidaya dan Peningkatan
Popularitas:1.7k
Nilai: 5
Nama Author: Nugraha

Cerita ini adalah kelanjutan dari Reinkarnasi Dewa Pedang Abadi.

Perjalanan seorang dewa pedang untuk mengembalikan kekuatannya yang telah mengguncang dua benua.

Di tengah upaya itu, Cang Yan juga memikul satu tujuan besar: menghentikan era kekacauan yang telah berlangsung sejak ratusan tahun lalu, sebuah era gelap yang pada awalnya diciptakan oleh perang besar yang menghancurkan keseimbangan dunia. Demi menebus kesalahan masa lalu dan mengubah nasib umat manusia, ia kembali melangkah ke medan takdir.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nugraha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 14 : Hutan Kalajengking Hitam

Cang Yan masih berdiri dengan napas yang memburu, merasakan sisa-sisa energi yang tersisa di tubuhnya. Xue Er yang menyaksikan pertarungan dari kejauhan akhirnya memberanikan diri untuk menghampirinya.

Tatapannya saat ini rumit, ada kekaguman sekaligus keraguan di dalamnya. Ia ingin membantu, tetapi juga merasa ragu.

Dengan keberaniannya, Xue Er mengeluarkan sepotong kain dari lengan bajunya. Perlahan lahan ia mengusapkan kain itu ke dahi dan pipi Cang Yan yang dipenuhi keringat. Tangannya sedikit gemetar tetapi ia tetap melanjutkan tindakannya.

Cang Yan menatap tindakan Xue Er dengan mata tajam, seolah olah ia mengingat sesuatu. Wajah di balik cadar dan tudung hitam itu mengingatkannya pada wajah yang pernah ia lihat di Hutan Seribu Bayangan. Seketika, pikirannya berputar mencoba mengingat lebih jelas.

Xue Er yang menyadari tatapan itu merasa malu. Wajahnya yang tersembunyi di balik cadar seketika memerah, dan tanpa sadar ia menundukkan kepalanya menghindari kontak mata dengan Cang Yan.

"Terima kasih..." ucap Cang Yan dengan suara tenang, tetapi penuh ketulusan.

Xue Er menggeleng kepalanya pelan. "Seharusnya bukan aku yang menerima ucapan terima kasih, melainkan aku yang harus berterima kasih kepada senior,"

Cang Yan menghela napas ringan, lalu mengalihkan pandangannya ke pria berjubah hitam yang tergeletak tidak berdaya. Setelah beberapa saat hening ia kembali menatap Xue Er.

"Bawa dia kepada ayahmu. Ayahmu pasti tahu apa yang harus dia lakukan," kata Cang Yan tegas.

Xue Er terkejut mendengar permintaan itu, tetapi ia segera mengangguk dan tanpa banyak bertanya, ia bersiap untuk membawa pria berjubah hitam itu ke tempat ayahnya yang sudah dipindahkan ke tempat yang tidak jauh dari lokasi ini.

lima hari telah berlalu sejak pertarungan sengit itu. Dalam sebuah ruangan kayu sederhana yang diterangi cahaya lentera, seorang pria berjubah hitam akhirnya terbangun.

Mu Zhi terkejut saat merasakan tubuhnya tertahan, tangannya terikat oleh tali yang dilapisi energi spiritual. Ia mencoba mengerahkan kekuatannya namun sia-sia. Matanya memperhatikan ruangan hingga ia melihat seseorang terbaring di atas meja kayu, di adalah Mu Hongjun.

Mu Hongjun menatapnya dengan tatapan tajam dan dingin. Sorot matanya memancarkan kemarahan, tetapi juga kekecewaan yang mendalam.

"Aku bahkan sudah mempercayaimu seperti saudaraku... tetapi kenapa kau berbuat seperti ini kepadaku, Mu Zhi?" Suaranya penuh dengan luka.

Mu Zhi menelan ludahnya mencoba menyembunyikan kegelisahannya. "Aku tidak punya pilihan Hongjun, Aku..."

"Tidak punya pilihan?!" Mu Hongjun menyela dengan suara yang menggelegar, tangannya mengepal di sisi tubuhnya.

"Kau adalah salah satu orang yang ku percaya di Klan, Tetapi kenapa... kau mengkhianati ku? Kau menanamkan racun di tubuhku dan hampir membunuhku, Kenapa Mu Zhi?"

Mu Zhi mengalihkan pandangannya, "Karena kakakmu, Mu Tian."

Cang Yan dan Xue Er yang berdiri di sudut ruangan saling berpandangan. Mereka tetap diam, mendengarkan dengan saksama percakapan yang mungkin menjadi kunci penyelesaian masalah ini.

"Mu Tian?" Mu Hongjun mengernyit. "Apa hubunganmu dengan dia?"

Mu Zhi menarik napas dalam dalam lalu mendongak menatap Mu Hongjun dengan sorot mata penuh kepahitan. "Dia tahu kau akan menjadi penghalang baginya untuk mengambil alih seluruh Klan Mu. Kau tahu sendiri bahwa kau satu-satunya pewaris sah, Jika kau mati... tidak ada yang bisa menghentikannya."

Mu Hongjun terdiam. Wajahnya mengeras. "Jadi dia yang menyuruhmu meracuniku...?"

Mu Zhi mengangguk pelan. "Dia memberiku dua pilihan, mengkhianatimu atau mati di tangannya. Aku memilih bertahan, Aku memilih hidup Hongjun."

Mu Hongjun memejamkan matanya merasakan amarah dan kesedihan yang bercampur menjadi satu. "Kau memilih hidup dengan mengorbankan nyawaku? Aku tidak percaya..."

"Bukan hanya nyawamu yang dipertaruhkan Hongjun, Tetapi keluargaku juga menjadi taruhannya."

Mu Zhi kemudian melihat tubuh Mu Hongjun yang semakin lemah, "Dan racun di dalam tubuhmu sudah hampir menyebar keseluruh tubuhmu, kalo kamu tidak mendapat penawar dalam lima hari racun itu akan menghancurkan tubuhmu. dan kamu..."

Xue Er terkejut, menutup mulutnya dengan tangan. Cang Yan mengerutkan keningnya, tatapannya semakin tajam.

Mu Hongjun menghela napas panjang. "Dan aku akan mati..."

Xue Er hampir terjatuh mendengar ayahnya berkata seperti itu. dan seketika dia melangkah maju kepada Mu Zhi. "Cepat katakan dimana orang yang memiliki penawar racunnya" kata Xue Er sambil bergetar.

"Aku tahu dimana orang yang memiliki penawarnya... Aku bisa membawa kalian kesana. Tapi tidak akan mudah mendapatkan penawar dari orang itu."

Mu Hongjun menatapnya lama, lalu melirik ke arah Cang Yan dan Xue Er. "Kalian dengar sendiri... Apa menurut kalian dia bisa dipercaya?"

Cang Yan berpikir sejenak lalu melangkah maju. "Kita tidak punya banyak pilihan. Kalau penawarnya ada di tempat yang dia sebutkan, maka kita harus pergi ke sana. Tapi kita juga harus tetap waspada."

Xue Er mengangguk setuju. "Iya Ayah kita harus bergerak cepat untuk mendapatkan penawar itu, kalo tidak racun di tubuh ayah akan semakin parah."

Mu Hongjun menatap Mu Zhi sekali lagi, "Kali ini, kau harus ikut dengan mereka."

Mo Zhi mengangguk kepalanya pelan. "Baik... aku akan membawa kalian ke sana."

Di bawah langit yang mulai gelap, tiga sosok berjalan menyusuri jalan setapak yang dipenuhi akar-akar pohon besar. Di depan, Mu Zhi melangkah dengan tangan terikat energi spiritual, sementara Cang Yan dan Xue Er mengikuti di belakangnya dengan penuh kewaspadaan.

Aroma khas hutan yang lembap bercampur dengan bau busuk yang menyengat dari berbagai tanaman beracun di sekitar mereka.

Xue Er mengerutkan keningnya. "Apakah kau yakin tempatnya ada di sini? Hutan ini terasa sangat berbahaya."

Mu Zhi, yang berjalan paling depan mengangguk perlahan. "Ya. Orang yang kalian cari benar-benar ada di sini. Aku tidak berbohong. Jika kalian ingin menyelamatkan ayahmu, maka kita harus terus maju."

Cang Yan menatapnya tajam dan mengangkat pedangnya sedikit. "Kalau kau berbohong atau mencoba berkhianat, aku tidak akan segan-segan menghabisimu saat ini juga. Jangan mencoba hal hal yang aneh."

Mu Zhi mendengus, namun dia tidak membalas. Dia tahu ancaman itu bukan sekadar kata-kata kosong. Cang Yan bukan orang yang suka bermain-main dalam situasi seperti ini.

Mereka terus berjalan lebih dalam ke dalam hutan Kalajengking Hitam. Udara semakin pekat dengan aroma racun, dan suara gemerisik dari binatang buas terdengar dari berbagai arah. Xue Er menggenggam jubahnya erat, matanya penuh dengan kewaspadaan.

"Aku bisa merasakan aura yang kuat di sekitar sini." Kata Cang Yan

Mu Zhi mengangguk. "Orang yang menciptakan racun di tubuh ayahmu memang tinggal di hutan ini. Dia adalah seorang ahli racun yang mematikan di Bintang Barat.

Dahulu, dia adalah anggota Sekte Lima Racun sebelum sekte itu terpecah dan dihancurkan. Sekarang, dia hidup dalam bayang-bayang, menjual racun kepada siapapun yang berani membayarnya."

Xue Er menyipitkan matanya. "Sekte Lima Racun? Itu berarti... orang ini bukan hanya ahli dalam meramu racun, tapi juga seorang kultivator yang sangat kuat."

Mu Zhi mengangguk lagi. "Benar. Dia berada di tahap menengah Transformasi Jiwa. Jika kita ingin mendapatkan penawar, kita harus sangat berhati-hati. Dia tidak akan memberikan sesuatu secara cuma-cuma."

Xue Er menelan ludahnya. "Jadi, apa rencanamu Senior? Kita datang sebagai musuh atau sebagai tamu?"

Cang Yan terdiam sejenak, matanya menatap ke arah hutan yang semakin gelap. "Kita lihat dulu bagaimana orang itu bereaksi. Jika dia bersedia memberikan penawar tanpa perlawanan, maka kita tidak perlu bertarung. Tapi jika dia menolak... kita harus bersiap untuk kemungkinan terburuknya."

Mu Zhi tersenyum dengan miring. "Dia bukan orang yang mudah diajak bicara, apalagi jika kalian datang dengan ancaman."

Cang Yan mengacuhkan kata-kata itu dan melangkah lebih dalam. Xue Er mengikuti di sampingnya, sementara Mu Zhi tetap dipaksa berjalan di depan.

Di kejauhan, sebuah gubuk tua tampak berdiri di tengah kabut beracun yang berwarna kehijauan. Dari dalamnya, terdengar suara tawa pelan yang menggema di antara pepohonan. Jelas bahwa mereka telah tiba di tempat yang mereka cari...

1
Nanik S
bukankah Li Wei ada ditempat yang sama... kenapa tak ada yuh menyadari
Celestial Quill: harus di baca dulu bagian terakhir dari reinkarnasi dewa pedang abadi🤭
total 1 replies
Nanik S
Li Wei ternyata banyak gadis yang menunggu... gawat
Nanik S
lanjutkan Tor dan makin bagus
Nanik S
Lanjutkan
Nanik S
Shiiiip
Nanik S
Dominan Pedang
Nanik S
Laaaanhut
Nanik S
Teman makan teman
Nanik S
Good Joob
Nanik S
Beri saja Teknik dari langit
Nanik S
Siapa suruh mau membantu
Nanik S
Shiiiip
Nanik S
Cuuuuuus
Nanik S
Teruskan Tor
Nanik S
Mcnya kenapa begitu saja mau
Nanik S
Lanjutkan Tor
Nanik S
Ceritanya menarik sekali
Nanik S
Lanjut terus
Nanik S
Ceritanya Bagus Tor
Green Boy
Seru
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!