Bukan keinginan untuk menjadi istri pengganti. Karena ulah saudara tirinya Zahra harus menjadi korban akibat saudara tirinya tidak hadir di acara pernikahannya membuatnya menggantikan dirinya untuk berada di pelaminan.
Pria yang menikah dengan Zahra tak lain adalah Dokter bimbingannya dengan keduanya sama-sama praktik di rumah sakit dan Zahra sebagai Dokter coast. Zahra harus menjadi korban untuk menyelamatkan dua nama keluarga.
Merelakan dirinya menikah dengan orang yang tidak dia sukai. Tetapi bukannya niatnya dihargai dan justru. Suaminya menganggap bahwa dia memanfaatkan keadaan dan tidak. Tidak ada kebahagiaan dalam pernikahan Zahra.
Bagaimana Zahra menjalani pernikahannya dengan pria yang membencinya, pria itu awalnya biasa saja kepadanya tetapi ketika menikah dengannya sikap pria itu benar-benar menunjukkan bahwa dia tidak menyukai Zahra?"
Apakah Zahra akan bertahan dalam rumah tangganya?
Jangan lupa ngantuk terus mengikuti dari bab 1 sampai selesai.....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ainuncepenis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 35 Pagi Kejutan
Zahra merasa sudah cukup terlalu banyak berbicara dan bahkan meminta terlalu berlebihan menurutnya, selama ini dia begitu keras ada merasa harga dirinya turun karena meminta hal itu.
Zahra tidak mengatakan apapun lagi. Zahra menarik nafas panjang dan membuang perlahan ke depan, kemudian berlalu dengan melewati Naldy. Langkahnya harus terhenti ketika tangannya ditahan.
"Baiklah!" ucap Naldy menahan tangan tersebut di saat mereka berdiri bersebelahan.
Zahra dan Naldy saling melihat dengan jarak yang begitu dekat dan tatapan mata yang begitu dalam.
"Aku akan menuruti apa yang kamu mau. Kita lupakan mengapa pernikahan ini terjadi dan kita lupakan keributan yang terjadi di antara kita. Anggap kita pasangan suami istri yang menikah berdasarkan persetujuan satu sama lain. Anggap kita berdua memiliki hubungan sebelum pernikahan itu,"
"Aku akan mengakhiri hubunganku dengan Tasya selama ada pernikahan kita dan aku minta kepada kamu untuk juga berhenti mencari masalah. Pada kesimpulannya kita akan menjadi pasangan suami istri. Aku akan menjadi suami pada umumnya untuk kamu dan begitu juga dengan kamu," jelas Naldy.
Zahra sejak tadi hanya terdiam, sungguh dia tidak percaya dengan apa yang dikatakan Naldy. Orang sekeras Naldy dan selalu ribut dengannya ternyata bisa bersikap bijak.
Pasangan itu saling melihat satu sama lain tanpa ada pembicaraan lagi, tatapan mata mereka begitu dalam.
****
Pagi ini Zahra siap-siap ingin ke rumah sakit Sejahtera. Suaminya memindahkannya ke rumah sakit tersebut membuat Zahra mau tidak mau harus menjalankan tugasnya sebagai Dokter di sana.
Zahra juga tidak meminta untuk dipindahkan kembali ke rumah sakit Medika Citra. Karena bagaimanapun itu Zahra merasa memang lebih baik pekerjaan mereka berpisah dan ini juga untuk menghindari pertanyaan dan rasa curiga rekan-rekan mereka jika mereka berada di rumah sakit yang sama.
Zahra baru saja selesai memakai hijabnya dan Naldy terlihat mengambil dasinya dari dalam lemari.
"Kamu tidak berencana untuk memakaikannya?" tanya Naldy.
Zahra mengerutkan dahi mendengar perkataan suaminya membuatnya melihat ke arah Naldy dengan Naldy menunjuk dasinya.
"Aku yang memakainya?" tanya Zahra.
"Lalu?" tanya Naldy.
"Aku mana bisa memakaikannya?" jawab Naldy.
"Makanya harus belajar, katanya ingin menjadi istri, ingin melakukan kewajibannya sebagai istri ada masa memakaikan dasi saja harus diperintahkan," ucap Naldy.
"Memang itu menjadi bagian tugas istri," batin Zahra terlihat begitu bingung.
"Lihatlah malah bengong? Bagaimana apa kesepakatan kita masih dilanjut atau berhenti sampai di sini?" tanya Naldy.
"Iya-iya," jawab Zahra langsung menghampiri Naldy.
Zahra berusaha memakaikan dasi suaminya dari mengalungkannya ke leher tersebut. Zahra sudah mengatakan bahwa dia tidak bisa dan tangannya sejak tadi memutar-mutarkan dasi tersebut. Ini justru menjadi PR untuk Zahra.
Naldy menghela nafas dan kemudian memegang tangan sang istri dan menuntun istrinya untuk memasangkan dasi yang benar.
"Seperti ini caranya, kamu harus perhatikan dan belajar itu hanya sekali besok dan seterusnya aku tidak akan mengajari lagi," ucap Naldy.
Zahra menganggukkan kepala mengikuti tuntunan dari tangan suaminya itu, sampai akhirnya dasi tersebut terpasang dengan sangat rapi.
Zahra mengangkat kepalanya sehingga tatapan mata mereka kembali bertemu. Tampak senyum tipis di wajah masing-masing. Senyum itu bahkan sama-sama ikhlas dan tidak ada keterpaksaan sama sekali.
"Ayo turun untuk sarapan!" ajak Naldy membuat Zahra menganggukkan kepala.
Zahra dan Naldy akhirnya bersama-sama keluar dari kamar dengan menuruni anak tangga, seperti biasa Mila dan Sastra sudah berada di meja makan. Naldy menarik kursi untuk Zahra, membuat Zara langsung duduk tetapi mencuri perhatian Mila dan Sastra.
Mila sampai mengerutkan dahi dengan tingkah laku putranya, seolah-olah matanya salah melihat.
Zahra juga terlihat mengambilkan nasi goreng dan menaruh di atas piring Naldy. Pemandangan yang tidak biasa dari pasangan suami istri itu membuat Mila sampai menghentikan sarapannya dengan memperhatikan serius secara bergantian anak dan menantunya.
"Mau pakai telur mata sapi atau dadar?" tanya Zahra.
"Pakai telur mata sapi saja," jawab Naldy.
"Baiklah," sahut Zahra mengambil telur tersebut.
Zahra juga tidak lupa menuangkan air putih untuk suaminya.
"Ehmmm!" Mila berdehem membuat pandangan pasangan suami istri itu melihat ke arah Zahra.
"Kalian berdua kesambet apa? kenapa tiba-tiba bersikap seperti ini?" tanya Mila.
"Bersikap seperti apa maksud Mama?" tanya Naldy.
"Kalian berdua tidak menyadari bahwa ada perbedaan diantara kalian berdua, seperti itu yang benar saja sudah menjadi pasangan suami istri pada biasanya, kalian ini biasanya juga kalau tidak marah-marahan dan saling diam satu sama lain, sekarang malah seperti ini?" tanya Mila.
"Ini benar-benar sangat aneh? Apa kalian berdua sedang bersandiwara di depan Mama dan Papa?" tanya Mila menatap penuh kecurigaan.
"Mama dan Papa sebenarnya maunya seperti apa. Aku dan Zahra hubungannya baik-baik saja salah dan hubungan kami tidak baik-baik saja juga salah," sahut Naldy dengan menghela nafas.
"Mama wajar saja bertanya karena tidak biasa terjadi di depan mata Mama," sahut Mila.
"Sudahlah. Ma, jika melihat ada kemajuan pada anak-anak tentang hubungan mereka. Maka itu merupakan hal yang baik, kita doakan yang terbaik saja untuk hubungan mereka berdua. Papa senang melihat kemajuan diantara hubungan kalian dan ini yang Papa inginkan selama ini," sahut Sastra menanggapi dengan positif.
"Oke. Baguslah jika kalian berdua benar-benar dewasa dan menerima takdir pernikahan kalian. Mama juga senang jika kalian berdua seperti ini. Mama berharap bahwa apa yang kalian perdua lakukan tidak pura-pura dan hanya kalian lakukan di depan Mama dan Papa saja. Mama berharap kalian juga melakukan hal tersebut disaat kalian berdua," ucap Mila.
Zahra tidak menanggapi apapun. Dia juga tidak percaya bahwa perkataan Naldy benar-benar dia tepati. Walau ini hanya akan berlangsung beberapa bulan kedepannya, tetapi Zahra sudah pasti akan memanfaatkan waktu tersebut.
****
Keduanya berada di dalam mobil dengan Naldy mengantarkan istrinya ke rumah Sakit Sejahtera. Mobil itu sudah berhenti tepat di depan rumah sakit tersebut.
"Terima kasih sudah mengantarku!" ucap Zahra membuka sabuk pengamannya.
"Kamu hati-hati, kalau sudah pulang kamu telepon aku," ucap Naldy membuat Zahra menganggukkan kepala dan mengulurkan tangannya pada Naldy
Naldy ternyata begitu cepat paham dengan memberikan tangannya dan untuk pertama kali Zahra mencium punggung tangan suaminya itu sebelum dia bekerja.
"Kamu juga hati-hati," ucap Zahra membuat Naldy menganggukkan kepala.
Zahra kemudian keluar dari mobil tersebut, Zahra tidak pergi sebelum mobil suaminya pergi. Akhirnya Naldy meninggalkan rumah sakit tersebut membuat Zahra menarik nafas panjang dan membuang perlahan ke depan.
"Jadi ini sungguhan, aku telah menjadi istri sesungguhnya dan rumah tangga kami telah menjadi normal?" tanyanya masih tidak percaya dengan apa yang barusan saja dialami.
"Walau ini hanya sebentar saja, tapi aku sangat bahagia. Bayi yang ada di dalam kandunganku akan mendapat keadilan, ya Allah tambah tidak meminta banyak hal kepadamu, hamba meminta untuk semua ini diberikan kebaikan dan juga keberkahan dalam segala hal apapun itu," batin Zahra dengan mata berkaca-kaca dan senyum lebar terlihat di wajah cantik itu.
Zahra menarik nafas panjang dengan membalikkan tubuhnya dan melihat rumah sakit tersebut untuk pertama kali dia injakan sebagai rumah sakit tempatnya bertugas.
Bersambung.....