NovelToon NovelToon
Shadows In Motion

Shadows In Motion

Status: sedang berlangsung
Genre:Kehidupan di Sekolah/Kampus
Popularitas:1.1k
Nilai: 5
Nama Author: KiboyGemoy!

Karya Asli By Kiboy.
Araya—serta kekurangan dan perjuangannya

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon KiboyGemoy!, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 26

Beberapa hari telah berlalu.

Setelah kejadian tersebut, Araya, Naya, Rifan, dan Devan dipanggil ke kantor untuk menghadap dan menjelaskan kejadian-kejadian dikantin.

Seluruh murid pun kini tau fakta, bahwa Naya telah merebut Devan dari Araya yang menganggap Devan adalah rumah. Dan, kini terbukti bahwa Naya mengalami dendam iri pada Araya.

Mengetahui kelicikan Naya yang begitu menjijikkan membuat Devan meninggalkannya. Devan pun merenungkan setiap apa yang Araya ucapkan sewaktu itu. Pemuda itu pun merasa bersalah, dan mengaku bahwa itu adalah salahnya.

Sudah satu Minggu Araya tidak bersekolah, gadis itu pun membuat banyak orang khawatir karena keadaannya yang tiba tiba kembali menjadi diam, dan suka mengurungkan diri.

Rifan, Lala, Ruby, serta Raisa ikut cemas dengan keadaan gadis itu namun mereka harus apa sekarang? Mereka hanya bisa membimbing Araya menjadi lebih baik dan melupakan semua masalah yang terjadi.

✧⁠\⁠(⁠>⁠o⁠<⁠)⁠ノ⁠✧

Sekarang Rifan, Lala, Ruby, memperhatikan Araya yang menari bebas di depan cermin. Itulah yang mereka lakukan beberapa hari berturut-turut ini.

"Ara, sudah dong, kamu sudah pucat banget!" ucap Ruby, khawatir.

Namun, Araya seakan tidak peduli. Gadis itu terus menari bebas di depan cermin. Melampaiskan semua apa yang telah dia rasakan, mengeluarkan semua hal-hal yang menghimpit pikiran.

"Iya, Ara, sudah berapa hari ini kamu makan pun ngga doyan," ucap Lala.

Rifan menghela napas, ia pun merasa sangat kecewa dan marah pada kejadian kemarin. Gara-gara kejadian tersebut, berinteraksi pun susah dilaukan. Ia sangat merindukan Araya yang banyak bicara beberapa hari terakhir, dari pada Araya yang diam dan tidak memiliki interaksi sama sekali.

"Biarkanlah. Dia lagi butuh ketenangan, bagaimana kalau kalian pulang saja? Biar aku yang menunggunya."

Ruby dan Lala saling melempar pandang. Mereka berdua akhirnya mengangguk, lagipula sudah malam. Mereka juga butuh istirahat.

"Kalau begitu kami titip Araya, yah?" ucap Ruby, gadis itu menghela napas kecil. Sebelum akhirnya ia keluar dari ruangan bersama Lala.

Rifan berdiri dari duduknya, ia ikut melangkah ke arah Araya. Pemuda itu ikut melakukan gerakan yang Araya lakukan, ini adalah gerakan yang Rifan pelajari kemarin.

"Kamu berhak melampiaskan amarah kamu, tapi tidak dengan menyiksa tubuh yang sudah kelelahan ini," ucap Rifan di sela-sela gerakan.

Araya tetap tidak menggubris, gadis itu terus melanjutkan pergerangan sehingga ia menggantika! pergerakan lain yang membuat Rifan berhenti bergerak.

Pemuda itu berjalan mendekat, memeluk Araya begitu erat sehingga membuat gadis itu terdiam. Araya ingin melepaskan pelukan Rifan namun pemuda itu tidak membiarkannya.

Anaknya melihat ke arah pantulan cermin di mana Rifan pun menatap nya melalui cermin.

"Rifan, lepas," ucap gadis itu.

Rifan menarik napas. "Araya, istirahat, yah?" ucap Rifan lembut.

"Aku tidak memiliki nafsu untuk maakn, Rifan," jawab Araya.

"Raya, kamu kerja, latihan, tanpa makan sesuatu. Badan kamu nanti sakit," ucap Rifan yang lagi-lagi membuat hati Araya tercubit seakan dia benar-benar akan bergantung pada pemuda itu.

Rifan melepaskan pelukannya setelah napas Araya teratur, pemuda itu membalik tubuh Araya menghadapnya.

Menatap mata sayu, lesuh, dan tidak memiliki kehidupan itu.

"Aku sedih melihat kamu kayak gini, Raya," lirihnya terdengar begitu lembut.

Araya menundukkan pandangannya, merasa semua ini tidaklah benar. Gadis itu takut, sangat takut jika suatu hati ini Rifan akan seperti Devan.

"Aku merindukan cerita-cerita mu, aku merindangan senyuman mendadak itu, dan aku rindu sama semangat kamu," ucap Rifan serius, matanya menatap teduh kenarah Araya yang masih menungu.

Perlahan Araya mendongak, menatap Rifan serius. "Rifan, aku tidak memiliki siapa-siapa selain kamu sekarang. Aku takut mengecewakan sehingga kamu ninggalin aku," ucap gadis itu benar-benar diluar nalar pikiran Rifan.

Rifan menangkup kedua pipi Araya. "Hey, kenapa kamu berpikir seperti itu, hm?"

"Semua orang meninggalkan aku karena aku mengecewakan mereka semua, Rifan."

Mata mereka bertemu, saling melempar tatapan yang seperti berbicara satu sama lain. Rifan mengelus lembut pipi Araya.

"Turuti kata hati kamu sendiri, Araya," ucap Rifan benar-benar tulus.

"Masuk ke sekolah lagi, yah? Semuanya sudah berubah, tidak ada lagi yang mengganggu dan tidak ada lagi yang akan mengganggumu," ucap Rifan.

Araya terlihat berpikir sejenak. "Aku hanya takut," lirihnya.

Rifan tersenyum kemudian mengecup singkat bibir Araya yang membuat gadis itu membulatkan matanya, sedangkan Rifan tersenyum tipis seakan yang dia lakukan bukanlah hal yang serius.

Plak!

Reflek Araya menampar wajah Rifan dengan keras, dan itu hanyalah gerakan tiba tiba. Saking sulitnya mengekspresikan diri Araya malah menampar Rifan.

Wajah Rifan seidkit miring, namun gilanya Rifan malah terkekeh gemas. Membuat Araya bingung.

"M-maaf," ucap Araya merasa bersalah, ia mendekat lalu memegang pipi Rifan yang ia tampar.

Rifan hanya terkekeh kecil. "Ngga papa."

"Kenapa kamu menciumku begitu saja?" tanya Araya merasa was-was.

"Biar kamu tidak kepikiran lagi, aku juga ikutan kepikiran," ucap Rifan benar-benar membuat Araya terhanyut apalagi tatapan mata yang begitu teduh.

"Kamu ngga marahkan?" tanya Rifan sedikit ragu.

Araya mengerjapkan matanya sebelum akhirnya ia melamgkaj berjalan ke arah kursi dan duduk di sana. Saat Rifan mau mendekat Araya berteriak.

"Jangan mendekat!"

Langkah pemuda itu berhenti.

"Kenapa?" tanya Rifan.

"Ngga papa," jawabnya.

Berbeda di dalan lubuk jantung yang berdebar dengan kencang mendapatkan serangan mendadak. Walaupun hanya sebuah kecupan namun Araya benar-benar tidak pernah melakukannya. Lebih lagi dia tidak tau.

Gadis itu mengatur napasnya agar teratur namun dadanya terus berdetak membuatnya pusing sendiri.

"Raya, apa kamu marah?" tanya Rifan khawatir.

Pemuda itu merutuki dirinya yang asal menyosor, dasar bodoh!

Araya berdiri kemudian menggeleng. "Ayo, pulang."

✧⁠\⁠(⁠>⁠o⁠<⁠)⁠ノ⁠✧

Sesampainya di kamar, Araya terbayang saat Rifan megecup bibirnya. Tangan gadis itu naik sejenak, menyentuh bibirnya dengan lembut.

"Kenapa tiba-tiba panas, yah?" Tangan gadis itu mengipasi wajahnya yang trasa menanasa padahal kemarin-kemarin tidak seperti ini.

Araya menutup wajahnya dengan kedua tangan, gadis itu benar-benar salah tingkah. Entah, ini adalah pertama kalinya dia merasakan ciuman.

Berbeda dengan Araya, Rifan yang baru saja tiba di dalam kamar langsung saja lompat ke atas ranjang. Pemuda itu tersenyum malu. Apa yang dia lakukan ini benar-benar memalukan tapi Rifan suka.

Pemuda itu membuka ponselnya, tanpa menunggu lama mengirimkan Araya sebuah pesan.

[Apa kamu sudah tidur?]

Belum cukup berapa menit pesan tersebut mendapatkan balasan.

[Belum]

Rifan mengerucutkan bibirnya saat melihat balasan singkat itu. Ia bangun dari atas ranjang dan menuju kamar mandi untuk membersihkan dirinya.

Selesai mengenakan celana pendek pemuda itu naik ke atas ranjang, memakai selimut dan tanpa ragu memgambil panggilan video di nomor Araya dan dengan cepat gadis itu menerimanya.

[Halo, Rifan]

Sapa Araya lebih dulu, gadis itupun sudah berbaring di atas ranjang.

Rifan tersenyum. [Lagi apa?]

Araya mengerutkan keningnya, apa Rifan tidak melihat ia sednag berbaring?

[Apa kamu tidak melihatku?"]

[Hehe, ngga. Raya bagaimana kalau kita teleponannya sampai pagi?]

[Kenapa lama sekali? Besok masih sekolah.]

[Maksudnya, kita tidur sambil sleepcall seperti ini]

Araya sedikit berpikir kemudian mengangguk.

Rifan merasa lega. Namun, hening!

[Raya ... apa ciumanku bagus?"]

Demi apapun Rifan kelepasan.

[Aku tidak tahu harus berkata apa.]

Rifan hanya bisa menghela napas lega.

1
Alexander
Ceritanya bikin aku terbuai sejak bab pertama sampai bab terakhir!
Kiboy: semoga betah😊
total 1 replies
Mèo con
Terharu, ada momen-momen yang bikin aku ngerasa dekat banget dengan tokoh-tokohnya.
Kiboy: aaa makasih banyakk, semoga seterusnya seperti itu ಥ⁠‿⁠ಥ
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!