Lanjutan Chelsea and The Ghosts
Bermula dari Seiichi Park yang dihantui oleh arwah gadis koma bernama Sasikirana, membuat dirinya terlibat kasus kejahatan yang sadis, terstruktur hingga tidak memperdulikan nyawa manusia.
Kasus Sasikirana membuat Seiichi bersama dengan Divisi Kasus Dingin Polda Metro Jaya berhadapan dengan mafia hukum yang bukan hanya dari kejaksaan tapi juga kehakiman.
Puncaknya, saat ada korban, Klan Pratomo pun turun membantu para polisi-polisi yang masih lurus dan berdedikasi.
Generasi ke delapan klan Pratomo
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hana Reeves, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Theo
Bandara Soekarno Hatta Jakarta
Shea mendorong stroller bayi roda tiga dimana Sheva duduk manis di sana sambil berceloteh dengan Abraham yang tetap mendampingi balita cantik itu.
"Akrab banget Sheva sama Brem-Brem," gumam Brigjen Rayyan gemas.
"Biarin saja. Siapa tahu nanti Abraham bisa jadi pengawal tidak kasat mata Sheva," senyum Shea.
"Kak Brem-Brem jangan cengeng dong ... Sheva aja nggak cengeng," celoteh Sheva sambil melihat pemandangan. "Mama, itu bacanya Garuda!" serunya sambil menunjuk tulisan besar di board.
"Pintar. Kalau yang itu?" Shea menunjuk ke arah logo coffee shop.
"Itu Tomoro, itu Fore, itu Starbucks .... "
Sepanjang jalan Shea terus mengajak Sheva membaca tulisan yang ada berbagai board dan tembok. Abraham dan Mbak Lilis tidak ikutan saat Sheva belajar membaca karena itu hak prerogatif Shea.
"Sheva pintar ya! Sudah bisa baca dan bahasa Inggris," puji Brigjen Rayyan.
"Untungnya aku ibu rumah tangga Oom. Menikmati menjadi ibu, mumpung Sheva belum dapat adiknya," senyum Shea sambil mengelus perutnya yang sudah mulai membuncit. Shea sedang hamil empat bulan dan dia sudah merasa anak keduanya laki-laki meskipun belum dia periksakan ke Ryuga.
"Semoga pas kamu lahiran tidak ada drama macam Daisy lahiran Kenzie. Eh, tapi Daisy juga rusuh waktu lahiran Elina ... Biasa Dokter Lucky kan rempongan," ucap Brigjen Rayyan.
Daisy memang hamil lebih dulu daripada Shea. Tepat Kenzie berulang tahun keempat, Dokter Lucky dan Daisy dikaruniai seorang anak perempuan yang diberi nama Elina.
"Aamiin, Oom. Memang nanti selisihnya lima tahu sama Sheva tapi tidak apa-apa," jawab Shea.
"Justru jaraknya jauh ... Sheva sudah kamu asuh full."
"Iya Oom. Tapi tetap saja aku harus mempersiapkan mental Sheva bahwa akan ada adiknya yang mau hadir."
Brigjen Rayyan mengelus rambut pirang Shea. "Sekarang kamu keibuan banget. Padahal dulu ... Beeuuuu isinya rusuh!"
Shea tertawa. "Ya punya anak itu merubah aku banget Oom. Apalagi bang Steven itu ayah dan suami yang bisa diandalkan. Secapek-capeknya Bang Steven, pasti menyempatkan mendongengi Sheva. Aku dan Bang Steven tidak mau memberikan gadget sampai Sheva besar dan bisa bertanggung jawab."
"Kamu sama dengan Victor dan Lucky. Anak-anaknya tidak ada yang dikasih pegang gadget."
Shea mengangguk. "Mungkin hanya keluarga kita saja ya yang tidak mau kasih gadget ke anak-anaknya."
"Justru itu yang bagus. Sheva bisa melihat lingkungannya, bisa belajar membaca, berinteraksi banyak orang, tidak hanya menunduk lihat layar ponsel. Kemampuan motorik dan kognitif nya lebih terasah bukan?" ucap Brigjen Rayyan. "Besok kalau si Saint Seiya punya pacar dan calon istri, akan aku doktrin supaya niru kamu cara parentingnya."
Mereka pun tiba di bagian kedatangan, menunggu Seiichi datang. Seiichi sendiri baru saja wisuda dari Todai dan langsung ke Jakarta.
"Oom bingung deh Shea, kok bisa roh Sasikirana nyebrang ke Tokyo ya?" gumam Brigjen Rayyan.
"Itu juga yang bikin aku bingung."
" Huilende zuster, huil niet. Sheva's oren doen pijn ( kakak cengeng jangan suka nangis. Kuping Sheva sakit )," celetuk Sheva dengan bahasa Belanda membuat Shea dan Brigjen Rayyan melongo.
"Sejak kapan anakmu bisa bahasa Kompeni?" seru Brigjen Rayyan heboh.
"Aku juga tidak tahu. Aku baru mengajari bahasa Italia dan Jepang," balas Shea bingung.
Apa selama ngobrol dengan Abraham sekalian diajari bahasa Belanda? - batin Shea.
"Mbak Shea, nanti neng Sheva aku ajari bahasa Jawa Suroboyoan," bisik Mbak Lilis nggak mau kalah.
Shea menoleh ke arwah usil itu. "Please deh mbak."
***
Sementara itu ...
"Jadi anak ibu sudah menghilang seminggu?" tanya Iptu Fariz yang dimintai tolong oleh Seiya karena tidak mungkin dia tangani sendiri tanpa ada bantuan pihak kepolisian resmi.
"Iya pak Fariz," jawab si ibu.
Iptu Fariz dan Seiya sekarang menyelidiki kamar Theo guna mencari petunjuk.
"Aku rasa dia memang tidak pergi kemanapun," ucap Seiya. "Yang hilang hanya dompet dan ponsel dimana sudah tidak aktif. Apakah koh Theo suka mematikan ponselnya?"
"Tidak pernah. Makanya Tante bingung kemana Theo."
Seiya melihat ada laptop disana. "Apakah aku boleh memeriksa laptopnya Tante?"
"Boleh mas Seiya."
Seiya pun duduk dan mulai membuka laptop Theo dengan didampingi Iptu Fariz.
"Apakah ada petunjuk?" tanya pria tinggi itu.
"Belum ...."
Entah mengapa baik Seiya dan Iptu Fariz merasa jika Theo sudah tidak ada di dunia ini. Tapi kalaupun sudah mati, dimana mayatnya ?
***
Divisi Kasus Dingin Polda Metro Jaya
"Lho, bang Dean, Rayyan kemana?" tanya AKBP Nana yang memberikan laporan kasus terakhir yang mereka tangani dan sudah masuk ke kejaksaan.
"Dimintai tolong sama Shea buat jemput Seiichi ke Soekarno Hatta," jawab Irjen Dean Thomas sambil membaca laporan dari AKBP Nana.
"Kok nggak sama Steven?" Menurut AKBP Nana agak aneh kalau Shea meminta tolong pada Brigjen Rayyan sementara suaminya ada disini dan tidak sedang melakukan penyelidikan.
"Karena mereka menjemput tidak hanya Seiichi."
AKBP Nana langsung berbinar-binar. "Apakah anak imut itu datang dengan pacarnya?"
"Tidak bisa dibilang begitu. Seiichi datang bersama dengan arwah Sasikirana."
Mata AKBP Nana terbelalak. "EEEEHHHHHH? KOK BISAAAAAA!"
***
Bandara Soekarno Hatta Jakarta
Seiichi tersenyum saat melihat Shea, Sheva dan Brigjen Rayyan tapi matanya tertuju pada Abraham yang berdiri di sebelah Sheva. Seiichi pun memeluk Shea, Salim ke Brigjen Rayyan dan melakukan tos ke Sheva.
"Siapa itu?" tanya Seiichi sambil menunjuk Abraham.
"Anggota baru. Namanya Abraham," jawab Shea sambil tersenyum.
"Lha? Tambah lagi?"
Shea dan Brigjen Rayyan mengangguk.
"Tapi gembeng ( cengeng ) mas Ichi. Payah deh!" adu Mbak Lilis.
"Oh ya?" Seiichi tersenyum ke arah Abraham. "Hai, Abe, aku Seiichi. Kamu bisa panggil aku ... Abe panggil kamu apa mbak Shea?"
"Tante Shea," jawab Abraham.
"Oke deh. Panggil Oom Ichi tidak apa-apa biar sama dengan Sheva. Mbak Shea, ini Sasikirana. Sasi, ini mbak Shea, Brigjen Rayyan, mbak Lilis, Sheva dan Abraham." Seiichi memperkenalkan Sasikirana ke semuanya. "Oom Rayyan tidak bisa melihat arwah tapi sudah tabah hampir seperempat abad ini."
"Gimana tidak tabah?" balas Brigjen Rayyan manyun.
"Yuk kita langsung ke Polda," ajak Shea.
"Anakmu cowok kan?" celetuk Seiichi.
"Kok tahu?"
"Tahu lah!" senyum Seiichi.
***
Dunia Arwah
"Kamu minta tolong untuk diselidiki kasus Kematian kamu?" Eyang Surti menatap pria dengan fisik khas orang Cindo yang menghadap dirinya.
"Iya Eyang. Aku tidak ikhlas mayat aku diperlakukan seperti itu," jawab Theo.
"Bisa. Aku akan membantumu ke buyut ku dan divisi kasus dingin. Hanya pintaku, ini tidak mudah jadi kamu harus bersabar. Tapi mereka tetap akan membantu kamu. Oke?" ucap Eyang Surti.
"Tidak apa-apa Eyang. Yang penting aku bisa dimakamkan dengan layak!"
"Baiklah ...." Eyang Surti melihat pengawal setianya, tentara Belanda datang tergopoh-gopoh. "Ada apa Jaap?"
Jaap hanya membisikkan sesuatu ke telinga Eyang Surti dan wanita itu memejamkan matanya.
"Mereka harus bersiap untuk menerima kehilangan ...." Eyang Surti mengelus dadanya. "Dean yang paling kehilangan nanti."
***
Yuhuuuu up malam Yaaaaa
Thank you for reading and support author
Don't forget to like vote and gift
Tararengkyu
Berkat didikan pak Hoshi bon cabe level 100 😝😝😝😝
Dulu sabrina sdh punya ardiona, skrg ji woo udh sama dr. Nadhif
Belajar sama ikan teri, fariz bkn rm
Meskipun per"dummy"an hanya punya terry seekor 😂😂😂😂
wes to dik fariz, memang dalanmu bakalan susah