NovelToon NovelToon
Forget Me Not

Forget Me Not

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintamanis / Single Mom / Janda / Romansa
Popularitas:8.2k
Nilai: 5
Nama Author: Komalasari

Karena sebidang tanah, Emilia harus berurusan dengan pemilik salah satu peternakan terbesar di Oxfordshire, yaitu Hardin Rogers. Dia rela melakukan apa pun, agar ibu mertuanya dapat mempertahankan tanah tersebut dari incaran Hardin.

Hardin yang merupakan pengusaha cerdas, menawarkan kesepakatan kepada Emilia, setelah mengetahui sisi kelam wanita itu. Hardin mengambil kesempatan agar bisa menguasai keadaan.

Kesepakatan seperti apakah yang Hardin tawarkan? Apakah itu akan membuat Emilia luluh dan mengalah?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Komalasari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 33 : Suka Sama Suka

Hardin menatap lekat Emilia. Sorot matanya menyiratkan sesuatu yang tak dapat diterka dan membuat wanita itu jadi salah tingkah.

“Jangan menatapku seperti itu?” protes Emilia.

“Memangnya kenapa?” Bukannya menjawab, Hardin justru balik bertanya.

“Kau tidak menyukai apa pun yang kulakukan.”

“Aku menyukai ma ….” Emilia langsung mengatupkan bibir, tak melanjutkan ucapannya. “Apakah sudah selesai? Aku harus segera pulang. Bee menungguku di rumah.” Tak ingin larut dalam godaan Hardin yang melenakan, Emilia memilih berdiri dan hendak pergi dari sana.

“Kebiasaan buruk yang selalu kau ulangi, Emilia,” ucap Hardin, yang berhasil membuat Emilia melayangkan tatapan protes. Dia tahu apa yang Hardin maksud.

“Memangnya, apa lagi yang ingin kau bahas denganku?”

Hardin mengarahkan tangan ke kursi, sebagai isyarat agar Emilia kembali duduk.

Mau tak mau, Emilia duduk lagi di tempatnya tadi. Padahal, dia bisa saja menolak dan bersikap tegas. Namun, wanita cantik berambut cokelat terang itu justru mengikuti kemauan Hardin.

“Kau belum memberikan keputusan tentang tawaranku tadi,” ucap Hardin, membahas lagi apa yang dirasa masih kurang jelas.

“Kenapa kau tidak memberikan pinjaman kepada semua warga? Mereka pasti tidak akan banyak berpikir, bila diberikan modal usaha,” saran Emilia asal.

“Kebodohan macam apa itu?”

“Kenapa? Kau takut mengambil risiko?” tantang Emilia.

Hardin tersenyum kalem, seraya menggeleng pelan. “Ini bukan tentang mengambil risiko. Namun, aku akan dianggap bertindak bodoh dengan melakukan itu. Aku tidak mau gegabah.”

“Itu sama saja artinya dengan takut mengambil risiko." Emilia setengah mencibir, saat menanggapi ucapan Hardin.

“Bagiku tidak seperti itu,” bantah Hardin.

“Ah, sudahlah. Kau hanya membuatku pusing, Tuan Rogers.”

“Kau masih keras kepala, Emilia.”

“Kau sudah tahu bahwa aku keras kepala. Lalu, kenapa mengajakku bekerja sama? Aku hanya akan membuatmu pusing. Jangan sampai itu membuatmu sakit,” ujar Emilia, seraya tersenyum aneh.

“Memang terasa sakit,” ucap Hardin pelan dan dalam.

Namun, itu berhasil membuat senyuman di wajah Emilia seketika memudar. Emilia tak menanggapi. Dia bahkan memalingkan wajah, tidak ingin beradu pandang dengan pria bermata abu-abu tersebut.

“Kau hanya tinggal mengatakan ‘iya’, maka perbincangan kita selesai,” pungkas Hardin.

“Justru sebaliknya. Setelah aku mengatakan ‘iya’, urusan kita akan terus berlanjut. Aku tidak ingin terikat oleh utang, Tuan Rogers. Kau bisa melakukan apa pun dan itu membuatku tidak berdaya melawanmu. Apa yang bisa kulakukan saat merasa terdesak? Tidak ada.” Emilia menggeleng samar.

“Pikiranmu terlalu jauh. Aku tidak sejahat itu,” bantah Hardin.

“Benarkah?” Emilia berdiri, sebagai pertanda protes keras atas ucapan Hardin, yang dinilai tidak sesuai kenyataan. “Kau adalah pria brengsek, Hardin Rogers.” Dia berkata dengan penuh penekanan, diiringi tatapan dingin.

Hardin segera berdiri mendengar ucapan berani yang dilontarkan Emilia. Namun, dia tak mengatakan apa pun. Pria dengan kemeja putih itu hanya menatap aneh. Hardin seperti tak tahu harus menanggapi apa.

“Aku memang bukan wanita berpendidikan tinggi yang berasal dari kota metropolitan. Kau pikir aku tidak punya otak? Keterlaluan!” Emilia berbalik, lalu berjalan menuju pintu.

Melihat itu, Hardin tak tinggal diam. Dia langsung menyusul Emilia, kemudian meraih pergelangan tangannya. “Aku belum mengizinkanmu pergi,” ucapnya pelan, tapi cukup tegas.

“Singkirkan tanganmu, Hardin Rogers!” tegas Emilia, meskipun dengan suara tidak terlalu nyaring.

“Kenapa kau bersikap begini? Apa yang membuatmu tiba-tiba marah?” tanya Hardin tak mengerti.

“Kau! Sikapmu yang sangat menyebalkan!” jawab Emilia kesal.

“Apa yang kulakukan?” tanya Hardin lagi tak mengerti.

“Astaga. Lihatlah dirimu, Hardin!” Emilia berusaha menarik tangannya agar terlepas dari genggaman pria itu. “Untuk apa kau membawa pulang Grayson, setelah berhasil meniduriku? Kau tidak tahu seberapa besar rasa bersalah yang melanda hatiku saat ini?”

Emilia menatap tajam. “Sebut saja aku wanita dengan pemikiran kuno. Namun, aku begitu berdosa dan merasa bersalah kepada Grayson. Bagaimana bisa aku bercinta dengan pria lain, sedangkan suamiku masih hidup?”

“Bukan salahmu bila ternyata Grayson masih hidup. Itu murni karena kebodohan suamimu yang pecundang. Maaf, bila ucapanku terlalu kasar.”

“Ya! Namun, tidak seharusnya kita bercinta! Kenapa kau datang dan menggodaku?”

“Aku tidak menggodamu. Aku hanya memberikan apa yang kau butuhkan. Dan, kau menyukainya. Akui saja, Emilia.”Hardin makin mendekat. Nada bicara serta tatapannya begitu mengintimidasi, seakan ingin menaklukan Emilia sekali lagi.

“Menjauh dariku!” Emilia berusaha mendorong Hardin menggunakan tangan kiri.

Namun, itu justru jadi kesempatan bagi Hardin. Dia makin mudah dalam menahan perlawanan Emilia. Diraihnya tangan kiri wanita dengan midi dress floral tersebut.

Hardin mendorong mundur Emilia, hingga bagian belakang wanita itu menyentuh pinggiran meja kerja. Dia menahan kedua tangan istri Grayson tersebut di sisi kiri dan kanan.

“Apa yang kau lakukan, Emilia?” Suara Hardin terdengar begitu berat dan dalam.

Seketika, Emilia terdiam. Tubuhnya terasa lemas hanya dengan mendengar suara itu. Betapa lemah pertahanan yang dimilikinya di hadapan Hardin.

“Kita melakukannya atas dasar suka sama suka. Kau membutuhkannya dan aku memberikan sesuai yang kau inginkan. Kita sama-sama menikmati, meskipun kau anggap itu sebagai dosa terhadap Grayson.”

“Seperti itukah caramu memperlakukan lawan jenis? Seberapa besar penghargaanmu terhadap kehormatan seorang wanita?”

“Tidak seburuk perkiraanmu, Emilia.”

“Jangan berharap aku akan mempercayainya!” Nada bicara Emilia kembali tegas, sebagai tanda perlawanan atas godaan yang tengah berusaha Hardin lakukan.

“Aku tidak meminta siapa pun agar percaya karena aku memang pria brengsek.” Hardin melepaskan cengkraman dari tangan Emilia, tanpa mengalihkan pandangannya.

“Kau sudah mengakuinya,” ucap Emilia dingin, seraya mengusap-usap pergelangan tangan yang tadi dicengkeram Hardin. “Aku bangun kesiangan sehingga pulang dengan terburu-buru. Mantelku tertinggal di sana. Madeline menemukannya, lalu mengembalikan di depan ibu mertuaku.”

“Kau pandai berakting. Tak akan sulit bagimu untuk mengelak.”

“Ini bukan masalah mengelak, tetapi tentang rasa bersalah!” bantah Emilia tegas. “Apa kau mengambil pakaian dalamku?” tanyanya dingin.

Hardin langsung tersenyum. Namun, dia tidak menjawab.

“Aku tidak menemukannya di kamar. Bagaimana jika Madeline yang ….” Emilia tak melanjutkan kalimatnya, ketika melihat Hardin mengeluarkan sesuatu dari saku celana jeans.

“Astaga! Kembalikan itu padaku!” Emilia bermaksud merebut pakaian dalamnya dari genggaman Hardin.

Namun, gerakan Hardin begitu gesit sehingga Emilia tidak berhasil merebut pakaian dalam itu. Dia justru tersenyum kalem, seakan hendak mengajak bermain-main.

“Kembalikan, Hardin! Dasar pria gila! Untuk apa kau menyimpan pakaian dalamku?” Emilia kembali berusaha merebut benda berbahan ice silk itu, tetapi selalu gagal. Postur Hardin yang tinggi, membuatnya kesulitan menggapai.

“Ambil jika kau bisa.”

“Kau ….” Emilia tidak sempat melanjutkan kalimatnya, berhubung Ethan tiba-tiba masuk ke ruangan itu.

"Ah, maaf ...."

1
Evitha Junaedy
waduuh
Evitha Junaedy
luar biasa
Rahmawati
hmm, Grayson udah mulai curiga nih
Rahmawati
lanjuttt, ons lagi di pinggir danau🤭
Lusy Purnaningtyas
ditunggu next part.. ❤❤
Rahmawati
emilia jgn keseringan keluar malem malem, nanti Grayson curiga
Nur Yuliastuti
terimakasih up nya 🤗😍
Nur Yuliastuti
🙈🙈🙈
Lusy Purnaningtyas
mau apa hayoo...
Nur Yuliastuti
terimakasih up nya 🤗😍
Rahmawati
eve siapa lagi ini, mantan ato penagum doang
Rahmawati
hardin betah di peternakan karna menemukan hal baru terutama emilia
octa❤️
selalu penasaran dengan karya kak komalasari, karena karya2nya selalu menarik
Evitha Junaedy
lanjuuuut sll d nanti ni
Nur Yuliastuti
terimakasih up nya 🤗😍😍
Evitha Junaedy
waduh adik tiri sengklek ni hati2 Hardin...
Rahmawati
nama ibunya hardin sama emilia
Nur Yuliastuti
terimakasih up nya 🤗😍
Nur Yuliastuti
terimakasih up nya 🤗😍😍
Rahmawati
baru emilia seorang yg berani nampar hardin, makanya jgn main sosor aja, emilia bukan wanita muraahan
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!