NovelToon NovelToon
Menjadi Ibu Susu Anak CEO

Menjadi Ibu Susu Anak CEO

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta Seiring Waktu / Ibu susu
Popularitas:4.3k
Nilai: 5
Nama Author: indah yuni rahayu

April terpaksa bekerja lagi setelah melahirkan dan kehilangan anaknya. Eric mengusir dan menceraikannya.

April menjadi menerima tawaran menjadi baby sister di sebuah rumah mewah milik CEO bernama Dave Rizqy. Dave sendiri baru saja kehilangan istrinya karena kehilangan banyak darah setelah melahirkan.

April mendapati bayi milik Dave sangat mirip dengan bayinya yang telah tiada. April seketika jatuh cinta dengan bayi tersebut dan menganggap sebagai obat dari lukanya.

Saat bayi milik Dave menangis,
April tidak tega lalu ia menyusui bayi itu.

Siapa sangka dari kejadian itu, mengubah hidup April menjadi ibu susu anak CEO.

Lalu bagaimana dengan perasaan Dave sendiri apakah ia akan menikahi April yang merupakan bekas dari orang lain ?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon indah yuni rahayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 1

"Tidak ... !" jerit April di kala bangun dari tidur. Ia mendapati bayinya yang semalam dalam keadaan baik - baik saja kini berubah menjadi beku dan bisu. Bayi yang terlihat tidur lelap itu tak mengeluarkan sedikitpun tangisan saat April berusaha membangunkannya.

Lantas membuat April menjadi panik dan histeris. Jeritannya mengundang suami dan ibu mertuanya datang. Kedua orang berbeda usia itu masuk untuk melihat apa yang terjadi. Lantas menghardik dan menyalahkan April setelah mengetahui bayi laki - laki berusia 3 bulan itu sudah tidak bernyawa lagi.

"Dasar istri tidak becus mengurus anak. Lihat ! Anakku sekarang membujur kaku seperti ini. Anakku telah meninggal. Kamu apakan, hah !" Eric menarik baju April hingga membuatnya berdiri.

"Plak !"

Lalu menampar pipinya. April terhuyung akibat tamparan yang cukup keras itu. Bibirnya sampai pecah dan berdarah. "Eric, aku tidak tahu mengapa bayi kita bisa seperti ini." April mencoba membela diri tapi tak sedikit pun kesempatan yang ia dapatkan. Laura juga menambahkan hukuman untuknya.

"Itu karena kamu menjadi istri tidak berguna!"

"Plak !"

Satu tamparan berhasil mendarat lagi di pipinya.

Sungguh perih bercampur sedih. April sendiri tidak tahu bagaimana kematian bisa secepat ini merengut putra semata wayangnya.

"Ibu," lirihnya sembari tangan mengusap bekas tamparan ibu mertua.

"Jangan panggil aku Ibu, kamu telah membunuh cucu ku satu - satunya!" hardik Laura sambil berkacak pinggang.

Dari semenjak awal menjalin hubungan dengan Eric hingga menikah, Laura sudah tidak menyukai April. Selain berasal dari keluarga miskin, April juga tidak memiliki keterampilan khusus apalagi pendidikan yang tinggi. Hanya paras cantik dan tubuh tinggi semampai saja yang April miliki. Sementara kedua orang tuanya sudah meninggal 10 tahun lalu. April tinggal bersama paman dan bibinya. Keluarganya juga tidak menyukai April karena bagi mereka kedatangan April adalah sebagai pembawa sial belaka.

April menggelengkan kepala disela isak dan tangisnya. "Sungguh, aku tidak melakukan apa pun. Semalam Aril masih sehat dan terlihat ceria, bahkan ia menyusu dengan lahap." tutur April mengingat dengan jelas terakhir kebersamaan dengan bayinya.

"Pokoknya, kematian putraku ini karena kecerobohan mu. Aku akan menuntut balas padamu. Kembalikan Aril padaku sekarang juga." Rahang Eric mengeras sampai terlihat urat - uratnya di leher dan lengannya.

"A-ku ...." April tergugu, percuma saja jika ia menyangkal. Seribu kali bicara pun ia tidak akan pernah didengar. Suami dan ibu mertuanya sudah tidak percaya lagi padanya. Dengan hilangnya nyawa dari satu - satunya pewaris keluarga Horison membawa dampak buruk bagi masa depan April.

Laura menghampiri cucunya lalu menangis. "Cucuku, istirahatlah dengan tenang. Nenek akan menghukum ibumu yang tidak becus mengurusmu."

"Eric, cepat siapkan pemakaman untuk putramu!" suruh Laura pada Eric. Eric mengangguk dan bersiap.

Seakan kejadian ini berlalu begitu cepat. April belum siap untuk kehilangan anak yang baru saja ia lahirkan.

"Tunggu! Tidakkah kita memanggil dokter atau petugas medis untuk memeriksa kematian Aril yang tiba - tiba ini ? Apa kalian tidak curiga ? " April mencoba mencari keadilan untuk dirinya karena ia tidak mau dipersalahkan atas meninggalnya Aril karena memang ia tidak bersalah dan pasti ada keganjilan.

"Untuk apa ditunda lagi, cepat Erik jangan dengarkan ucapan wanita pembunuh ini !" sela Laura.

"Sungguh, aku bukan pembunuh!" sangkal April. Ia tak pernah membantah sekalipun ibu mertuanya ini menghina dan merendahkan dan kali ini ia tidak terima dituduh sebagai pembunuh.

"Aku sangat menyayangi Aril, untuk apa aku membunuhnya?"

"Karena kamu pembawa sial. Minggir kamu !" Eric mengambil bayi di box bayi lalu menggendongnya pergi keluar kamar.

April menahan langkah Eric, "Tunggu Eric, ku mohon beri aku waktu untuk membuktikan kalau aku bukan penyebab kematian bayi kita !"

Langkah Eric terhenti lalu memutar badan dan menatapnya. "Aku tidak percaya padamu lagi. Jangan mencoba untuk menghalangiku untuk memakamkan anakku !"

Laura datang menarik baju April. "Kamu ini maunya apa ! Sudah jelas Eric bertindak cepat mengurus pemakaman kamu malah mempersulitnya. Dasar wanita pembawa sial ! Enyah kamu dari pandanganku!"

"Ayo, Eric ! Ibu bantu kamu untuk mengurus pemakaman."

Eric mengangguk lalu keduanya pun pergi meninggalkan April seorang diri. Ia mematung. Seolah jiwanya tak bersatu dengan raganya. Ini seolah mimpi. Mimpi yang sangat nyata.

.

"Ibu, ini gawat ! David tiba - tiba kejang dan panas !" panik Lauren. Ia menjaga bayi tiga bulan itu sejak pagi tadi dan mendadak bayi itu sakit.

Sania lantas memeriksa keadaanya cucunya. "Keningnya panas sekali. Cepat, bawa David ke dokter ! Jika sampai Dave tahu kamu tidak pandai mengurus anaknya bisa - bisa ia tidak mau menikahimu."

"Baik Ibu, aku bersiap dulu. Ini gendong David !" Lauren menyerahkan bayi itu di pangkuan Sania.

"Jangan kamu beritahu kakak iparmu!" pesan Sania dengan sangat hati - hati sekalipun jangan sampai terdengar pembantu.

"Iya, Ibu." Laurent pun segera bersiap lalu keduanya pergi menuju rumah sakit.

Setibanya di jalan, lalu lintas padat dan kemacetan panjang.

"Ibu, bagaimana ini ? Jalanan macet." resah Laurent sembari membunyikan klakson.

" Kita turun saja."

"Jangan! Cuaca sangat panas diluar."

Setengah jam kemudian, jalanan kembali normal.

"Laurent, David tidak bergerak !" pekik Sania. Degub jantungnya mulai tak menentu mengetahui bayi itu mulai tidur pulas.

Laurent menepikan mobilnya. "Ibu jangan membuatku takut. Coba cek nafasnya !"

Sania melakukan apa yang diperintahkan anak bungsunya.

Dengan dua jari yang gemetaran, Sania mendekatkan ke lubang hidung David berharap sesuatu yang buruk tidak terjadi pada bayi di pangkuannya.

Laurent menatap cemas. "Bagaimana Ibu ?"

Sania dengan suara bergetar lalu menggeleng. "Dia tidak bernafas."

"A-pa ! Ibu jangan menakutiku." Laurent memeriksa sendiri keadaan bayi itu. Mendekatkan jemarinya ke lubang hidung. Dengan cepat ia menarik kembali tangannya. Pandangannya lurus ke depan. Seolah tak percaya dengan kejadian barusan yang begitu cepat.

Sejurus kemudian, jantung Laurent bagaikan bom yang meledak. Ia menatap ibunya dengan panik. "Ibu, David sudah meninggal ! Bagaimana ini ? Apa yang akan kita katakan pada Dave nanti ?"

Laurent mulai menangis. Ia teramat takut jika nanti berhadapan secara langsung dengan kakak iparnya. Pertanggung jawaban seperti apa yang akan ia berikan pada Dave setelah tahu anak dari mantan istri tercinta nya, Lara, telah tiada.

Dave menikah satu tahun yang lalu dengan Lara,kakaknya Laurent. Karena saat melahirkan mengalami pendarahan yang hebat, Lara pun meninggal. Dave merasa terpukul atas meninggalnya Lara. Dave sendiri merasa kerepotan mengurus seorang diri baby David. Untuk itu Sania dan Laurent tinggal bersama untuk mengurus baby David.

Laurent tidak tulus menjaga David. Semata untuk apa, hanya ingin mendapatkan simpati dan perhatian Dave.

"Ibu juga tidak tahu." Sania pun ikut menangis.

Di kala keduanya beradu tangis, Sania melihat ke arah luar kaca mobil. Sepasang ibu dan anak tengah membawa bayi.

"Laurent, Ibu punya ide agar kita terbebas dari masalah ini."

Laurent menghapus cepat air matanya, "Rencana apa itu, Ibu ?"

"Cepat ikut Ibu keluar !"

.

.

.

Assalamualaikum Teman - teman, Jumpa lagi dengan saya dengan karya terbaru berjudul "Menjadi Ibu Susu Anak CEO".

Mohon dukungan dengan kasih like dan komentar yang mendukung ya !

Terimakasih! Selamat membaca, semoga terhibur.

1
Cindy
lanjut
Cindy
lanjut kak
Cindy: sama sama kak
Kam1la: terimakasih kak, atas dukungannya. dari sekian penggemar cuman kak Cindy yang aktif komen
total 3 replies
Kam1la
dari sekian penggemar, cuman kak Cindy yang aktif. terimakasih Kak atas support untuk author receh ini.
Cindy
lanjut
Cindy
lanjut kak
Kam1la
siap kak!
Cindy
lanjut kak
Kam1la
jangan lupa teman - teman untuk like dN rating nya juga. terima kasih...
Cindy
next
Cindy
lanjut
Cindy
lanjut kak
Cindy: oh, gitu kak😊
Kam1la: belum dapat inspirasi kak...
total 5 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!