Spin-off dari Istri Amnesia Tuan G
Dalam beberapa jam, Axello Alessandro, seorang aktor terkenal yang diidamkan jutaan wanita jatuh ke titik terendahnya.
Dalam beberapa jam, Cassandra Angela, hater garis keras Axel meninggal setelah menyatakan akan menggiring aktor itu sampai pengadilan.
Dua kasus berbeda, namun terikat dengan erat. Axel dituduh membunuh dua wanita dalam sehari, hingga rumah tempatnya bernaung tak bisa dipulangi lagi.
Dalam keadaan terpaksa, pria itu pindah ke sebuah rumah sederhana di pinggiran kota. Tapi rumah itu aneh. Karena tepat pukul 21.45, waktu seakan berubah. Dan gadis itu muncul dengan keadaan sehat tanpa berkekurangan.
Awalnya mereka saling berprasangka. Namun setelah mengetahui masa lalu dan masa kini mereka melebur, keduanya mulai berkerjasama.
Cassie di masa lalu, dan Axel di masa kini. Mencoba menggali dan mencegah petaka yang terjadi.
Mampu kah mereka mengubah takdir? Apakah kali ini Cassie akan selamat? Atau Axel akan bebas dari tuduhan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Joy Jasmine, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29 ~ Lanjut Bercerita
"Aku ingin bicara sesuatu." Axel menghentikan makannya sejenak sembari menatap Cassie yang menoleh.
"Apa?"
"Masa depan telah berubah."
Cassie mengerutkan kening. "Maksudmu?"
"Kau ingat saat aku mencegatmu ketika mengikuti nyonya Ferlinda?"
Kedua mata Cassie langsung membelalak. Ia segera menaruh gelas ke atas meja dan menatap Axel dengan galak. "Tentu saja! Kamu menghinaku. Sampai kapan pun enggak bakal lupa. Apalagi baru kemarin."
"Eh, jangan marah dulu! Aku di masa lalu kan memang enggak mengenalmu. Apalagi gelagat kau mencurigakan."
Cassie terdiam sejenak. Ia berpikir dalam diam. "Jadi yang aku temui kemarin itu bukan kamu. Eh, enggak. Maksudku itu bukan kamu yang sekarang? Pantas saja saat aku mengungkit kematian, reaksimu enggak nyambung."
"Tentu saja. Aku juga hidup di masa lalu. Saat itu kau bahkan masih hater yang berkamuflase jadi penggemarku kan?"
"Kamu juga udah tahu sekarang, aku enggak perlu pura-pura lagi. Aku memang hater nomor 1 kamu." Cassie memandang Axel dengan wajah sombong. Membuat pria itu menghela napas kesal.
"Waktunya tinggal empat menit. Kita kembali ke pembicaraan awal. Jadi di masa depan, ada yang diam-diam mengambil foto kita saat bertengkar. Lalu memfitnah aku udah ...." Axel terdiam, malu juga mau melanjutkan perkataannya.
"Hamilin aku?" Cassie melanjutkan perkataan Axel yang terpotong, membuat pria itu langsung membelalak sembari menatap sang gadis. Namun Cassie tampak biasa saja, membicarakan hal tabu seperti itu.
Melihat wajah Axel yang sedikit berbeda, Cassie mengerutkan kening. "Kamu malu?" tanyanya dengan nada mengejek.
Axel langsung menggeleng. "Enggak!"
"Hehe, kamu malu."
"Enggak!"
"Lagi pula enggak usah malu. Hubungan kita juga enggak seperti itu, di masa lalu enggak. Di masa depan pun enggak bakal."
Axel menghela napasnya. Menetralisir wajah yang sebelumnya cukup tegang itu. "Eh, tapi kenapa kau bisa tahu tentang skandal ini?"
"Dari kemarin udah meledak. Tapi belum ketahuan kalau perempuan itu aku. Ternyata di masa depan udah ketahuan, ya?"
"Hem, dan itu malah membuat alasan mereka menuduhku membunuhmu semakin jelas."
"Jadi maksudmu, kejadian saat kamu mencegatku itu seharusnya tidak pernah terjadi?"
Axel mengangguk, membuat Cassie berpikir keras. "Itu artinya kalau aku bisa mengubah masa lalu."
Lagi-lagi Axel mengangguk. "Tapi aku enggak bisa membantu. Aku enggak bisa nyebrang ke masa lalu."
"Tapi aku ada kecurigaan. Semua yang terjadi ini... berhubungan dengan agensi."
Cassie menyipitkan mata dan langsung menoleh pada pria di sebelahnya. "Kamu yakin?"
"Sangat yakin. Kemarin aku jatuh ke bawah bukit karena mengintip asisten bosku. Kau tahu apa yang dia ambil?"
Cassie berdecak. "Mana aku tahu, astaga."
"Dua laptop di meja kamar kita."
"Dua laptopku? Untuk apa?" Cassie langsung ngegas, namun otaknya seperti menangkap sesuatu.
"Kamu bilang apa tadi? Kamar... kita? Heh, itu kamarku!"
"Sekarang itu kamarku!"
"Kamarku!"
"Kamarku!"
Saat itu teriakan Cassie menggema di dalam ruangan. Ia menghela napas kesal, namun orang yang membuat kesal itu sudah menghilang. Rumah miliknya telah kembali. Kamar yang menjadi miliknya seorang juga telah kembali.
Ia mengerutkan kening. "Aku lupa bilang kalau besok aku enggak ada di rumah."
"Ck, untuk apa aku bilang? Astaga Cassandra Angela!" Cassie menggeleng dan memukul pelan kepalanya sendiri. Menarik napas dan menghembuskannya dengan kasar.
.
.
.
19 Januari 2025.
Axel pagi-pagi sekali telah menerima surat panggilan dari kepolisian. Pria itu memberengut sembari membacanya.
"Padahal kemarin dia baru datang ke sini," gumamnya dengan ekspresi kesal. Ditambah ia sudah harus ke kantor polisi setengah jam lagi.
Ia meraih jaketnya, berjalan dan membuka pintu. Namun sebuah mobil yang berhenti membuatnya waspada. Cepat-cepat pintu yang telah terbuka setengah itu ia tutup kembali.
Axel beralih membuka tirai jendela sedikit. Mengintip dari dalam sana hingga beberapa saat kemudian pintu mobil itu terbuka.
.
.
.