"Patuhilah semua peraturan, hanya enam bulan, setelah itu kau bebas melakukan apapun."
"Nona, terimalah. Setidaknya Anda bisa sedikit berguna untuk keluarga, Anda."
Ariel dipaksa menikah dengan Tuan Muda yang selama bertahun-tahun menghabiskan waktunya di kursi roda. Enam bulan, inilah pernikahan yang sudah terencana.
Hingga waktunya tiba, Ariel benar-benar pergi dari kehidupan Tuan Muda Alfred.
Di masa depan, Ariel kembali dengan karakter yang berbeda.
"Kau, masih istriku, kan!"
"Tuan, maaf. Sepertinya Anda salah mengenali orang!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon acih Ningsih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 26. Bertemu Sosok Misterius
Kotak obat sudah ada di tangan, dengan menurunkan harga dirinya Alfred mendatangi kamar Ariel.
Seperti apa yang Imel katakan, wanita itu masih ada di dalam kamarnya, “Ada apa tuan? Apa ada yang harus saya kerjakan?”
Untuk apa malam-malam begini Alfred ke kamarnya jika bukan untuk memerintah.
Tanpa bicara lelaki itu menyodorkan kotak obat.
“Untuk apa?”
Mendengar pertanyaan Ariel, Alfred mengerutkan keningnya, dia masih bertanya! Apa dia sebodoh itu....
“Kau tau, gunanya obat untuk apa?”
“Ya! Tahu!"
“Kenapa masih bertanya?”
Tinggal jawab saja apa susahnya.
“Maaf tuan, maksud saya. Obat ini untuk siapa?”
“Dia pikir! Ada orang lain yang terluka, selain dirinya yang ceroboh!” Desisi Alfred yang terdengar Ariel.
Ini untukku...kenapa tidak bilang sejak tadi....
“Saya sudah mengobatinya, tuan. Ini bukan luka yang serius.” Ariel menunjukkan tangannya yang sudah terbalut perban.
Merasa kebaikan sia-sia, Alfred mengambil kembali kotak obat dari tangan Ariel, “Seharusnya memang seperti ini! Kau yang membuat luka itu, jadi kau juga yang harus mengobatinya.”
Setelah mengatakan kata-kata yang terdengar aneh di telinga Ariel, lelaki itu pergi seperti angin.
“Dia kenapa? Apa ada yang salah dengan kata-kataku? Atau...dia sedang sakit?”
…..
“Untuk apa?”
Ariel baru saja menerima satu batang lilin dari bibi Imel, baru lima menit yang lalu wanita paruh baya itu meminta lampu kamar dimatikan sekarang dia malah memberikan lilin.
“Malam ini Anda tidak perlu tidur di taman, nona, lilin ini akan menjadi penerang di kamar Anda.”
“Kenapa? Bukankah ini dilarang, bagaimana kalau dia marah?”
“Tidak nona, tuan muda tidak akan marah karena beliau yang memberikan lilin ini.”
Hah...apa benar! Dia sangat membenci cahaya, kan!
“Kenapa?”
“Mungkin, tuan muda tidak ingin Anda tidur diluar. Malam ini udara sangat dingin.”
Ini bentuk dari rasa kepedulian, kasihan, atau...ada maksud lain?
“Aku menerimanya, terima kasih.”
Imel mengulas senyum, “Sepertinya...Anda yang harus berterima kasih langsung pada tuan muda.”
“Seperti itu ya…nanti aku akan melakukannya.”
“Kalau begitu saya permisi, beristirahat nona, selamat malam!”
…..
“Sesuai rencana tuan, tinggal menunggu enam bulan lagi semua akan beralih pada Anda. Saya harap, di waktu enam bulan ini Anda dan nona Ariel bisa meyakinkan kakek Roma dan para tetua.”
Alfred mengangguk.
Setelah berhasil meyakinkan semua, Alfred akan meninggalkan Ariel, menyudahi perjanjian yang telah mereka sepakati. Enam bulan bukan waktu yang sebentar bagi Alfred dia sudah tidak sabar ingin mengakhiri semuanya, menyingkirkan Ariel dari kastil.
Arthur kembali mengumandangkan rencana berikutnya, “Tiga hari lagi, Anda dan nona Ariel, tinggal di kediaman utama selama satu minggu. Saya akan mempersiapkan semuanya. Anda dan nona Ariel, cukup bersikap layaknya pasangan suami istri yang bahagia."
Alfred kembali mengangguk, dia sudah paham ini semua, “Jangan lupa, ingatan wanita itu, apa saja yang harus dia lakukan dan tidak boleh dilakukan saat tinggal di sana.” Ya... Ariel lah yang harus diwanti-wanti, jangan sampai gadis itu membuat ulah.
“Tentu tuan, besok saya akan bicara dengan Nona Ariel.”
Alfred melirik jam dinding, mesin waktu itu menunjukkan pukul 2 dini hari. “Kau istirahatlah!” Suruhnya pada Arthur.
“Baik tuan, selamat malam!”
….
Sudah diberi penerangan berupa lilin, tidak membuat Ariel nyaman di dalam kamarnya, nyatanya...gadis ini tetap keluar ke taman belakang. Tapi bukan untuk tidur melainkan memuaskan rasa penasarannya.
Wanita ini gelisah, tidak bisa memejamkan mata. Entah kenapa pikirannya selalu terngiang pada sosok misterius yang dia lihat di hutan belakang kastil.
Apa malam ini dia datang lagi? Inilah pertanyaan yang muncul di benak Ariel.
Ya, kemungkinan besar dia datang.
Meyakini sosok itu akan kembali muncul, Ariel memutuskan ke taman belakang. Dia duduk di kursi panjang matanya terus menatap tangga dan ponselnya secara bergantian.
‘Satu…dua…tiga…empat….’
Ariel menghitung dalam bisik.
Setelah sampai pada hitungan terakhir yang bertepatan dengan pukul 03.40 dini hari, Ariel beranjak menuju tangga. Dia menempelkan telinganya pada tembok.
Matanya berbinar saat indera pendengaran menangkap bunyi kemeresek.
Itu pasti dia….
Anak tangga mulai Ariel naikin. Kali ini dia sudah prepare.
Mengintip dengan kepala yang masih tenggelam dibalik tembok, tidak menampakkan diri, tidak juga bersuara agar sosok itu tidak kabur. Harus mengendap-endap.
Benar saja, Ariel yang sudah tahu jadwal kemunculan sosok itu, tidak lama mendapatinya. Sosok misterius itu menuju ke arahnya yang artinya dia menuju ke kastil.
Dia dari dalam hutan! bukankah ini aneh? Sudah hampir subuh...
Ariel semakin penasaran. Siapa orang itu? Jika dia menuju kastil di waktu seperti ini, bukankah sama saja membahayakan dirinya sendiri. Kurang dari 30 menit lagi Bibi Imel dan para penjaga bangun, jika dia memasuki kastil dengan menyusup pasti kepergok!
Di tengah kebingungan... Ariel masih mengamati langkah lelaki sosok misterius itu. Secepat mata berkedip, Ariel kehilangan sosok itu.
'Kemana dia? tadi di sana, secepat itukan, dia melangkah!'
Malam ini cuaca sangat bagus, bahkan sinar rembulan sedikit menembus rimbunnya pepohonan, cukup membantu Ariel yang kali ini menggunakan penerangan senter kecil yang siang tadi dia beli.
'Kemana?' kepala Ariel memutar mencari sosok yang tiba-tiba lenyap.
Apa dia bukan manusia?
Tidak...itu manusia, sama sepertimu....
Rasa ingin tahu lebih mendominasi dari rasa takut. Membuat Ariel nekat melewati tembok pembatas antara hutan dan kastil. Pohon yang terhubung dengan tembok jadi pijakan Ariel untuk turun ke hutan.
Ariel kembali mengedarkan pandangannya dibantu dengan senter yang menyala mengitari hutan.
'Tidak mungkin dia hilang secepat itu... pasti masih ada disekitar sini.'
Dengan langkah berat karena sesungguhnya dia takut. Ariel menuju titik dimana dia mendapati sosok berpakaian serba hitam itu.
Tapi....ada suara raungan samar-samar.... Ariel terdiam. Itu binatang buas, kah!
Tidak mau ambil resiko, Ariel mengurungkan niatnya. Biar bagaimanapun juga dia tidak mau mati muda, dan lagi... sebentar lagi para pekerja kastil bangun, dia harus sudah kembali sebelum Imel bangun.
Ariel kembali menaiki pohon yang menjadi penghubung.
Karena tergesa-gesa...wanita ini tergelincir, badan kecilnya kehilangan keseimbangan spontan tangan yang berpegang pada ranting pohon terlepas. Tubuh Ariel melayang simpan membanting kedasar.
Tapi.... Hap! Sepasang tangan besar, menangkap tubuh itu sebelum menyentuh tanah yang dipenuhi ranting pohon.
Ariel yang sudah siap merasakan sakit dan memejamkan mata, terkejut!
Aku jatuh, kan! Tidak sakit.... Perlahan wanita ini membuka matanya. Wajah yang tertutup topi hitam dan masker hitam. Inilah yang pertama kali Ariel lihat.
Ariel membuka penuh matanya.
Dia...sosok itu....
minimal 2bab sehari🥰