Sea adalah gadis yang selalu menemukan kedamaian di laut. Ombak yang bergulung, aroma asin yang menyegarkan, dan angin yang berbisik selalu menjadi tempatnya berlabuh saat dunia terasa menyesakkan. Namun, hidupnya berubah drastis ketika orang tuanya bangkrut setelah usaha mereka dirampok. Impiannya untuk melanjutkan kuliah harus ia kubur dalam-dalam.
Di sisi lain, Aldo adalah seorang CEO muda yang hidupnya dikendalikan oleh keluarga besarnya. Dalam tiga hari, ia harus menemukan pasangan sendiri atau menerima perjodohan yang telah diatur orang tuanya. Sebagai pria yang keras kepala dan tak ingin terjebak dalam pernikahan tanpa cinta, ia berusaha mencari jalan keluar.
Takdir mempertemukan Sea dan Aldo dalam satu peristiwa yang tak terduga. Laut yang selama ini menjadi tempat pelarian Sea, kini mempertemukannya dengan pria yang bisa mengubah hidupnya. Aldo melihat sesuatu dalam diri Sea—sebuah ketulusan yang selama ini sulit ia temukan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Humairah_bidadarisurga, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
26
Malam telah larut saat Sea dan Aldo berhenti di sebuah jalan sepi di pinggiran kota. Gudang yang dimaksud Leo tampak di kejauhan, bangunan tua yang tampak tak terawat, tetapi dengan pengamanan ketat yang menunjukkan bahwa tempat itu jauh dari sekadar gudang kosong.
Aldo menatap jam tangannya, memastikan waktu masih sesuai dengan rencananya. "Kita harus bergerak cepat," katanya, suaranya rendah dan serius.
Sea mengangguk, mencoba mengendalikan detak jantungnya yang berpacu cepat. Ini bukan hal yang pernah ia lakukan sebelumnya. Tetapi demi Aldo, demi keselamatan mereka berdua, ia tidak akan mundur.
Aldo menarik napas dalam dan meraih tas kecil berisi peralatan yang ia bawa. "Ikuti aku. Jangan bertindak gegabah," ujarnya sambil menatap Sea dengan tajam.
Mereka bergerak cepat di antara bayangan, menyelinap di sisi bangunan. Aldo sudah mempelajari pola patroli penjaga dari informasi yang diberikan Leo. Setiap dua puluh menit, para penjaga akan berganti posisi, meninggalkan celah kecil yang bisa mereka manfaatkan.
"Sebelah sini," Aldo berbisik, menarik Sea ke balik kontainer besi. Mereka menunggu, menahan napas saat seorang penjaga berjalan melewati mereka, rokok menyala di tangannya.
Sea menelan ludah, menunggu hingga pria itu menghilang dari pandangan.
Aldo memberi isyarat, lalu bergerak mendekati pintu samping gudang. Ia mengeluarkan alat kecil dan mulai membobol kunci elektroniknya.
Sea melirik ke sekeliling dengan cemas. Jantungnya berdegup semakin kencang, tetapi ia percaya pada Aldo. Pria itu tahu apa yang ia lakukan.
BEEP.
Pintu terbuka. Aldo menarik Sea masuk sebelum siapa pun menyadari keberadaan mereka.
Di Dalam Gudang
Begitu masuk, mereka mendapati rak-rak tinggi berjejer, dipenuhi dengan berbagai kotak besar dan dokumen yang tersusun dalam lemari besi. Lampu-lampu di langit-langit hanya menyala sebagian, meninggalkan sebagian besar ruangan dalam bayangan.
Sea menarik napas. "Kita cari apa?" bisiknya.
Aldo berjalan ke salah satu lemari besi yang tertutup. "Bukti transaksi ilegal. Kalau Hugo menyimpan sesuatu yang bisa menjatuhkannya, pasti ada di sini."
Ia mencoba membuka lemari besi itu, tetapi butuh kode akses. Aldo mengerutkan kening. Ini akan memakan waktu lebih lama dari yang ia perkirakan.
"Tunggu, ada sesuatu di sini," Sea berbisik. Ia membuka sebuah laci di dekatnya dan menemukan tumpukan dokumen yang tampaknya belum sempat diamankan.
Aldo mendekat dan meneliti beberapa dokumen tersebut. Matanya membesar. "Ini bukti pencucian uang dalam jumlah besar... dan nama-nama pejabat yang terlibat."
Sea menelan ludah. "Jadi Hugo bukan hanya pengusaha kotor... dia punya koneksi di pemerintahan?"
Aldo mengangguk. "Kalau ini bocor, dia bisa kehilangan segalanya."
Namun sebelum mereka bisa melanjutkan, suara langkah kaki terdengar mendekat.
Sea dan Aldo membeku.
Aldo dengan cepat mematikan senter kecil di tangannya dan menarik Sea bersembunyi di balik rak besar.
Dari balik bayangan, mereka melihat dua pria masuk ke dalam gudang, berbicara dengan suara rendah.
"...Bos bilang ada yang mencurigakan. Suruh kita periksa area ini."
Sea menahan napas. Jika mereka tertangkap, tidak ada jaminan mereka bisa keluar dengan selamat.
Aldo mencengkeram tangan Sea, memberi isyarat untuk tetap diam.
Salah satu pria itu berjalan semakin dekat ke tempat mereka bersembunyi. Sea bisa melihat kilatan pistol di pinggangnya.
Detik-detik terasa seperti selamanya.
Tetapi tepat sebelum pria itu sampai ke tempat mereka, suara radio di saku bajunya berbunyi.
"Laporkan situasi. Ada yang mencurigakan?"
Pria itu berhenti, menghela napas, lalu menjawab, "Tidak ada. Area bersih."
Setelah beberapa detik, keduanya berbalik dan keluar dari ruangan.
Sea akhirnya bisa bernapas lega, tetapi Aldo masih waspada.
"Kita harus cepat. Mereka akan kembali."
Ia mengambil beberapa dokumen penting, memasukkannya ke dalam tas, lalu menarik Sea menuju pintu lain di sisi gudang.
Namun begitu mereka keluar...
Terdengar suara tembakan.
Pelarian Berbahaya
Sea menjerit tertahan ketika peluru menghantam dinding di dekat mereka.
"KEJAR MEREKA!"
Aldo menarik tangan Sea dan berlari secepat mungkin menuju pagar belakang gudang. Beberapa pria bersenjata mengejar mereka dari belakang.
"Hugo pasti sudah tahu kita di sini!" Aldo berkata di antara napasnya yang terengah.
Mereka berlari melintasi area parkir yang gelap, mencoba menghindari tembakan yang dilepaskan para penjaga.
Sea merasa adrenalinnya memuncak. Ia tidak pernah membayangkan dirinya berada dalam situasi seperti ini.
"Aldo, kita tidak bisa terus berlari seperti ini!"
"Percayalah padaku!"
Aldo mengarahkan Sea ke sebuah gang kecil di belakang gudang. Di ujung gang itu, sebuah mobil hitam sudah menunggu.
Leo duduk di balik kemudi, wajahnya serius. "MASUK CEPAT!"
Tanpa berpikir dua kali, Aldo mendorong Sea masuk ke dalam mobil, lalu melompat masuk tepat saat suara tembakan kembali menggema.
Leo menginjak pedal gas, melaju kencang meninggalkan area itu.
Sea terengah-engah, tangannya masih gemetar.
Aldo menoleh ke arahnya. "Kau tidak apa-apa?"
Sea mengangguk, meskipun tubuhnya masih gemetar. "Aku baik-baik saja. Tapi kita berhasil, kan?"
Aldo membuka tasnya, mengeluarkan dokumen yang mereka ambil. Ia melihatnya sekilas, lalu tersenyum kecil.
"Kita berhasil."
Setelah Pelarian
Mereka kembali ke vila Aldo beberapa jam kemudian. Rasa tegang masih memenuhi udara.
Begitu masuk ke kamar, Sea duduk di tepi tempat tidur, masih berusaha menenangkan diri.
Aldo duduk di sampingnya, menatapnya dengan lembut. "Aku tahu ini berat untukmu."
Sea menoleh, matanya masih penuh dengan emosi yang campur aduk. "Aku tidak pernah merasa setakut ini sebelumnya, Aldo."
Aldo menghela napas dan mengusap wajahnya. "Aku janji, aku akan menyelesaikan semua ini. Aku tidak akan membiarkan Hugo menyentuhmu lagi."
Sea menatapnya dalam-dalam. "Aku tidak ingin kau mengambil risiko sendirian."
Aldo terdiam sejenak sebelum akhirnya tersenyum tipis. "Aku tidak sendirian. Aku punya kau."
Sea menelan ludah, merasakan kehangatan yang aneh merayapi dadanya. Ia sadar, selama ini ia hanya takut kehilangan Aldo.
Dan kini, ia tahu bahwa ia akan melakukan apa pun untuk tetap berada di sisinya.
Tidak peduli seberapa besar bahaya yang menghadang.