Kebangkitan Istri Yang Dikhianati

Beberapa malam telah Leo habiskan di rumah sakit yang bak hotel berbintang ini. Di kamar khusus dengan fasilitas yang serba spesial.

Keduanya sudah mulai mengendurkan syaraf dan urat keduanya menegang kaku, karena di sebabkan kejadian yang tidak terduga dari para penyerang bertopeng itu.

Blue dan Black masih terus menyelidiki, sekalipun dalang di balik penyerangan itu telah menghilangkan semua bukti-bukti.

Leo takkan bisa mengambil tindakan hanya berdasarkan dari kecurigaan semata.

Leo gusar pasalnya sudah hampir satu jam Nadia tak kunjung keluar dari kamar mandi. Ia tau jika wanita itu mungkin masih

tertekan rasa malu.

Berulang kali Leo menawarkan diri untuk menemani Nadia di dalam sana. Akan tetapi wanita itu terus menolak dengan keras.

Leo, mengusap wajahnya kasar, karena hatinya sungguh gusar saat ini. Ia pun berdiri kemudian menghampiri pintu kamar mandi tersebut.

" Nad! Apa kau masih lama di dalam?" panggil Leo seraya mengetuk beberapa kali.

Tiga detik, lima detik, hingga sepuluh detik. Tak juga ada sahutan dari dalam. Hingga tangannya kembali mengetuk dengan lebih kencang.

" Apa yang dia lakukan? Kenapa tidak ada suara apapun." Leo menempelkan telinganya pada daun pintu. Memang benar, tidak ada suara gemericik air pertanda orang sedang mandi.

Leo memutar kenop pintu yang dipegangnya, tersebut kemudian ia melangkahkan kakinya perlahan untuk masuk ke dalam. Betapa kagetnya Leo ketika ia mendapati sosok yang dikhawatirkannya, tengah terbaring di samping closet.

" Oh God! Nadia! Apa yang terjadi?" pekik Leo kaget. Ia pun segera memeriksa keadaan Nadia dan menggendongnya ke atas tempat tidur.

Setelahnya Leo menghubungi kembali tim medis.

"Kenapa kau bisa tak sadarkan diri?" gumam Leo berbicara seorang diri.

Pria itu terlihat menghela nafas sambil menggelengkan kepalanya. Ia menepuk pelan kedua pipi Nadia beberapa kali akan tetapi wanita itu tetap tidak bangun.

Kemudian, Leo mengganti pakaian Nadia yang basah. Seketika Leo pun menelan ludahnya kasar.

Bahkan dirinya menahan napasnya saat itu juga. Bagaimana tidak, karena ini pertama kalinya ia melihat tubuh Nadia yang bagaikan bayi baru lahir.

Leo meringis ngeri ketika melihat perban yang membungkus luka di pinggang Nadia.

Oh sungguh cobaan berat bagi seorang pria normal yang berstatus single macam dirinya. Leo dengan cepat mengganti pakaian Nadia sebelum para dokter datang memeriksa.

"Oh Shitt! Kenapa? Kenapa aku harus menyaksikan kenyataan ini dihadapanku? Kenapa juga tubuhnya sangat bagus dan menggoda? Kenapa juga dia harus pingsan di kamar mandi? Apa kau sedang mengerjai aku My God?" protes Leo, dengan umpatan dalam hati seraya menahan gemeletak gemas dengan mengeratkan gerahamnya.

"Maaf, Nad. Jika pakaianmu berantakan. Aku tidak bisa berlama-lama memandang tubuh indahmu," Leo terus berbicara pelan sambil duduk di samping tempat tidur Nadia.

" Manusia bebas sepertiku, tidak pernah berpikir akan memiliki hubungan dengan wanita seperti ini. Aku masih tidak percaya dengan semua ini. Bekerja sama denganmu untuk membalas dendam kita pada orang yang sama. Akan tetapi ternyata melihatmu terluka dan menderita seperti ini, sedikit melencengkan niat pertamaku. Nyatanya aku adalah orang underground. Aku sudah terbiasa bermain dengan pertarungan dan juga darah. Tetapi, nyatanya aku takkan sanggup lagi melihatmu terluka,"

" Aku tidak tahu apakah ini cinta, karena aku tidak pernah merasakannya selama ini. Akan tetapi, ketika perbuatanku telah melukai seseorang, dan itu adalah dirimu. Entah kenapa, aku tidak bisa mendiamkan perasaan ini begitu saja. Karena jika itu kulakukan, aku merasa menjadi manusia yang paling jahat di muka bumi. Karena seorang Leo tidak akan melakukan suatu perbuatan tanpa alasan yang jelas. Meskipun kedua tangan ini pernah bersimbah darah, akan tetapi aku jamin jika darah itu bukan milik manusia baik-baik." Leo telah berbicara sendirian panjang lebar.

Pria berahang tegas itu menghentikan kalimatnya sejenak. Kemudian terlihat ia menarik napasnya dalam.

Leo menatap wajah Nadia yang tenang dan begitu teduh. Sungguh di luar dugaannya jika saat ini dirinya bisa berhubungan dengan wanita dan begitu menghawatirkan keadaannya.

Leo seketika merasakan sesuatu yang aneh mengalir dalam hatinya, dadanya berdentum dan berdebar dengan keras. Ketika memandang wajah di hadapannya dengan tatapan yang sulit untuk diartikan.

Tanpa sadar Leo memajukan wajahnya, kemudian, bibirnya melabuhkan kecupan dalam di kening Nadia.

'Entah dari mana datangnya perasaan ini? Ku akui jika saat ini aku telah menyayangimu. Aku berjanji akan melindungimu dari apapun itu. Ku harap kau baik-baik saja atau ... aku akan kembali menjadi Leo yang gila "

Leo kemudian menjauh ketika para tim medis sudah datang dengan tergesa-gesa.

"Kenapa kalian lambat sekali! Awas saja, jika terjadi hal yang buruk padanya! Maka akan kupastikan ini adalah hari terakhir kalian mengenakan jubah kedokteran!!" ancam Leo dengan penuh penekanan.

Glek!!

Para tim medis pun tegang.

Tak mudah mengumpulkan satu tim di saat mendadak seperti ini.

Apalagi beberapa saat yang lalu keadaan pasien sudah stabil.

Mereka pun tidak menyangka dengan kejadian ini.

"Kenapa aku jadi seperti orang gila begini ya? Perasaan aneh yang belum pernah kurasakan sebelumnya, membuatku marah. Aku berharap kau tidak pernah meninggalkanku Nad. Kau telah menjadi seseorang yang berarti dalam hidupku. Aku ingin selamanya kau berada dalam genggamanku." Batin Leo penuh harap.

"Karena kau sudah menjadi wanita milikku. Kau tidak boleh pergi.

Leo terus menggumamkan ketakutannya dalam hati. Karena lambat laun wajah Nadia semakin pucat.

"Keadaannya baik-baik saja Tuan. Hanya ada sedikit tekanan yang menyebabkan depresi ringan padanya. Kejadian penyerangan ini, sepertinya juga di kaitkan dengan apa yang terjadi pada masa lalunya. Saya, akan mendatangkan psikiater khusus agar kita semua tau apa yang selama ini menekan mental, pasien," terang sang dokter dengan raut tegang dan takut.

Karena pada saat ini ekspresi Leo macam tuan Takur dengan kedua manik matanya yang membesar.

"Lakukan apa saja yang terbaik dan berguna untuk menyembuhkan wanitaku! Atau, akan ku buat rumah sakit ini tidak lagi memiliki kepercayaan di masyarakat!" Leo masih terus mengancam dengan menunjukkan kekuasaannya.

Nampaknya pria itu kesal sekali.

Keadaan Nadia yang seperti ini cukup membuat dadanya sesak.

"Baik Tuan. Kami akan mengusahakan yang terbaik. Saran saya, jika pasien sadar nanti tolong alihkan dulu pikirannya dari kejadian yang membuatnya trauma," ucap dokter itu lagi, berusaha tenang.

Sekalipun kedua kakinya bergetar mendengar ancaman dari pria arogan di depannya ini.

"Kejadian yang membuatnya trauma? Oh Nadia. Kenapa beban hidupmu begitu berat."

Leo membiarkan para tim medis kembali mengawasi Nadia. Pria itu berjalan ke depan balkon rumah sakit kemudian mengeluarkan ponselnya.

"Black, katakan pada Blue untuk mempersiapkan liburanku dengan Nadia."

...Bersambung ...