NovelToon NovelToon
Benih Sang Cassanova 2

Benih Sang Cassanova 2

Status: sedang berlangsung
Genre:Lari Saat Hamil / Dikelilingi wanita cantik / One Night Stand / Single Mom / Hamil di luar nikah / Anak Kembar
Popularitas:256.1k
Nilai: 5
Nama Author: D'wie

Sharon tidak mengerti mengapa takdir hidupnya begitu rumit. Kekasihnya berselingkuh dengan seseorang yang sudah merenggut segalanya dari dirinya dan ibunya. Lalu ia pun harus bertemu dengan laki-laki kejam dan melewatkan malam panas dengannya. Malam panas yang akhirnya makin meluluhlantakkan kehidupannya.

"Ambil ini! Anggap ini sebagai pengganti untuk malam tadi dan jangan muncul lagi di hadapanku."

"Aku tidak membutuhkan uangmu, berengsekkk!"

Namun bagaimana bila akhirnya Sharon mengandung anak dari laki-laki yang ternyata seorang Cassanova tersebut?

Haruskah ia memberitahukannya pada laki-laki kejam tersebut atau menyembunyikannya?

Temukan jawabannya hanya di BENIH SANG CASSANOVA 2.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon D'wie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 30

Bab 30. Memori

Hotel Angkasa mulai lengang. Sisa-sisa dekorasi pernikahan masih menempel di ballroom hotel tempat di mana seharusnya menjadi saksi pernikahan antara Leon dan Metha. Para tamu sudah lama meninggalkan tempat itu. Sinar senja mengalir masuk melalui jendela besar ballroom, menyapu permukaan marmer dengan cahaya temaram.

Di dalam salah satu ruang pertemuan yang kini kosong, hanya tersisa suara ketus dan langkah kaki yang tidak sabar.

“Masih nggak ada kabar dari Leon?!” bentak Djaya, berdiri dengan tangan di pinggang, wajahnya memerah karena amarah.

“Ya,” jawab Meylania dengan nada jenuh. Matanya menatap ke luar jendela, seolah berharap sosok yang ditunggu tiba-tiba muncul dari balik sana. “Ponselnya tidak aktif.”

Lara menyilangkan tangan, berdiri di samping suaminya. “Luar biasa. Dia pergi tanpa sepatah kata pun setelah mempermalukan keluarga kita. Setelah semua yang sudah kami siapkan!”

“Kau pikir hanya keluargamu yang malu?” sahut Meylania, berbalik menghadapi mereka. “Aku juga ditinggalkan di altar, Lara. Jangan bertindak seolah-olah hanya kalian yang dirugikan!” Suara Meylania terdengar menggelegar.

“Justru karena itu, kami harus menuntut ganti rugi!” potong Djaya dengan mata menyala. “Kami sudah keluar banyak biaya demi pernikahan ini. Saham keluarga kami jadi taruhan agar nama baik tetap terjaga. Tapi apa balasan Leon? Lari seperti pengecut!”

“Dia bukan pengecut!” suara Meylania meninggi. “Dia hanya ... dia hanya butuh waktu! Kalian tidak tahu apa yang dia alami!”

Lara mendengus. “Cih. Membela pria sekelas Cassanova yang bahkan tidak punya nyali untuk bertanggung jawab? Kau lebih bodoh dari yang kupikirkan, Meylania. Seharusnya dia bersyukur masih ada perempuan baik-baik yang mau menikahi dia!”

Kata-kata itu menusuk. Mata Meylania langsung menyala. Ia melangkah maju mendekati Lara, wajahnya kini kehilangan kesabaran.

“Cukup!” bentaknya. “Jangan kalian hina Leon di depan aku! Kalau dia tidak muncul, itu mungkin karena dia tau kalian memiliki niat terselubung. Aku tidak buta. Aku tahu kalian hanya menginginkan koneksi keluargaku, begitu bukan!”

Sebenarnya Meylania sudah bisa melihat niat itu, tetapi Meylania membutakan mata dan hatinya. Ia pikir tak masalah. Lagipula setelahnya semua akan jatuh ke tangan Leon juga.

Lara membalas dengan tatapan merendahkan. “Kau pikir kami butuh koneksi? Kami punya uang, Meylania. Tapi sekarang, karena ulah pria itu, kami menuntut kompensasi. Setidaknya 5% saham atas nama Metha. Itu harga malu yang harus kalian bayar.”

Meylania terdiam. Jantungnya berdetak kencang. “Kalian bercanda?”

“Kami sangat serius,” jawab Djaya tegas. “Serahkan 5% saham di perusahaan LXR Holdings atas nama Metha atau kami akan memastikan reputasi keluarga kalian tercoreng di media. Kami punya dokumentasi lengkap tentang kejadian hari ini. Video, foto, semuanya.”

Nada ancaman itu membuat udara yang sudah memanas di ruangan semakin pekat. Meylania mengepalkan tangan. Ada nyeri menusuk di dadanya—bukan hanya karena Leon tak muncul, tapi karena kini mereka menjadi tumbal dari permainan yang lebih besar.

“Kalian pikir aku akan semudah itu menyerah?!” teriaknya. “Aku tidak takut. Kalian mau main kotor? Ayo. Tapi jangan pernah anggap aku lemah hanya karena aku perempuan. Kalian tidak tahu siapa sebenarnya yang kalian hadapi!”

“Perempuan keras kepala,” gumam Lara sambil tertawa sinis. “Kita lihat seberapa jauh kamu bisa bertahan. Jangan lupa, seluruh negeri menyaksikan bagaimana putramu yang pecundang itu kabur dari pernikahan ini. Hanya dengan satu kata dari kami, kalian ... akan hancur," ancam Lara.

Meylania menatap mereka berdua. Nafasnya berat, namun pandangannya tak goyah. “Silakan kalian lakukan apa pun, aku tidak takut. Ingat, jika kalian sampai berani menjatuhkan Leon, maka aku bersumpah, aku akan buka semua borok keluarga kalian satu per satu. Kalian tidak sebersih itu," teriak Meylania berapi-api.

Lara dan Djaya saling berpandangan, ekspresi mereka berubah sedikit waspada. Lalu Djaya menepuk meja keras.

“Baik. Kami beri waktu 3x24 jam. Setelah itu, kalau tidak ada kabar, kamu tahu akibatnya.”

Dengan geram, pasangan suami istri itu pun mengajak Metha meninggalkan ruangan. Pintu tertutup keras, menggema di lorong.

Meylania berdiri sendiri, dadanya sesak oleh marah, kecewa, dan rasa tak berdaya. Air matanya hampir jatuh, tapi ia tahan.

Dalam hati ia bergumam, Leon, di mana kamu sebenarnya?

...***...

Malam menuruni langit dengan sunyi yang berat. Lampu-lampu kota menyala di luar jendela kamar hotel, berpendar redup di balik tirai semi transparan. Di dalam kamar yang luas tapi hening, Leon duduk di tepi ranjang, masih mengenakan sebagian kostum cosplay Minato, rambut palsu sudah dilepas, namun jubahnya masih menggantung di bahunya. Ia menunduk, menatap telapak tangannya sendiri—tangan yang tadi sempat menjabat tangan Sharon.

Hangatnya masih terasa.

Sharon .…

Nama itu bergaung lembut tapi kuat dalam benaknya. Sejak pertemuan tadi, pikirannya tidak bisa tenang. Wajah wanita itu, suaranya, caranya menggandeng Xaviera dan Xaviero—semuanya terasa begitu familiar, begitu dekat, namun seolah masih terbungkus kabut tebal yang tak bisa ditembus.

Ia menarik napas panjang, lalu merebahkan tubuh ke atas ranjang, menatap langit-langit. Matanya tak berkedip.

"Saya Sharon. Ibu dari Xaviera dan Xaviero."

Ucapannya kembali terngiang di kepala. Dua anak itu … kembar, sekitar enam tahun. Persis seperti dalam mimpi-mimpi yang selama ini menghantuinya. Suara tangis bayi. Bayangan seorang wanita yang melahirkan dalam kesakitan. Lalu, senyum lembut di bawah sinar matahari.

Leon menutup mata. Dan saat itu juga—kilasan memori menerobos masuk begitu saja.

"Aku datang bukan untuk uangmu, berengsek! Kau pikir semua wanita bisa kau beli?!”

“Lalu untuk apa kau datang?”

“Aku hamil. Dan anak ini milikmu.”

“Kau yakin? Apa aku harus percaya begitu saja?”

“Aku tidak butuh kau percaya. Tapi aku butuh kau tahu."

“Kau datang untuk apa? Meminta tanggung jawab? Menuntut pernikahan?”

“Aku datang karena anak ini pantas tau siapa ayahnya. Dan kau pantas tau bahwa ada kehidupan yang terbentuk karena perbuatanmu malam itu."

“Kalau aku bilang aku tidak peduli? Kalau aku bilang aku tak mau punya anak terlebih itu darimu, apa yang ingin kau lakukan? Kau tau, bukan kau seorang wanita yang pernah mendatangiku dengan kebohongan tentang kehamilannya."

“Aku tidak akan mengemis. Yang penting, aku sudah memberitahumu. Urusan kau mau peduli atau tidak, mau bertanggung jawab atau tidak, aku tidak peduli. Terserah. Aku memberitahumu karena aku tidak ingin suatu hari nanti kau menuntutku karena tidak memberitahu tentang keberadaan anak ini. Terima kasih atas waktunya. Aku permisi."

Leon terbangun dengan napas terengah. Matanya membelalak, keringat dingin membasahi pelipisnya. Ia duduk tegak di ranjang, tubuhnya bergetar.

Itu bukan mimpi. Itu ingatan.

Tangannya terangkat pelan, menyentuh wajahnya sendiri seolah tak percaya.

“Xaviera … Xaviero … Apa mereka anak-anakku?” bisiknya lemah, suara tercekat di tenggorokan.

Leon kebingungan. Ia belum bisa mengingat jelas siapa itu Sharon.

Leon memejamkan mata, dadanya sesak. Bukan karena emosi semata, tapi karena pertanyaan yang kini menggilas kepalanya:

“Apa yang sebenarnya terjadi enam tahun lalu?”

Bersambung...

Yuhu, Leon Sang Hokage kembali lagi. 😁

Sebenarnya ini bab untuk besok, tapi nggak papalah, sesekali dapat bonus update. 😁

Udah bab 30. Semoga aja nggak ada yang baca lompat-lompat, ya! Khawatir banget bab 40 gagal retensi. Kalo gagal, mungkin D'wie akan down dan benar-benar hengkang dari sini dan fokus di pena ijo aja.

Terima kasih yang sudah setia menanti update terbaru cerita Leon dan Sharon, semoga suka. ❤️❤️❤️

...Happy reading ...

1
Catur Sk
Pertemuan ini yg ditunggu 2 Raiders, Leon mungkin masih ingat sama Alda, mudah2an sih ingat ya jd pean bisa menyimpulkan klu Deon itu nggak tulus sm Sharon. wah seru nih, ok lanjut kak 🥰
Felycia R. Fernandez
yap....
bener apa kata Djaya...
anaknya terlalu terobsesi
Ani Basiati
lanjut
YuWie
Dion2, klo kamu tulus sih sok ya..tapi ternyata bermorif..hmmm
Fitria Syafei
Kk cantik kereeen banget 😍😍 terima kasih kk 😘
adelina rossa
lanjut kak
Hafifah Hafifah
wah gimana nih reaksi Leon ketemu ama orang yg udah menghancurkan hidupnya
Hafifah Hafifah
udah tau salah masih aja cari pembenaran
Hafifah Hafifah
👍👍👍👍👍 salah nyari lawan nih mereka
🥀HartiQueenn_Dee🥀
wah wahhh...si perusuh dateng mana sengaja bawa emaknya lagi,,yokkk leon bangkit hadapi si dion,,beberan ya dion emang niat banget mau ngrebut apa yg jadi lmilik leon ehh tapi tar dulu ga semudah itu forgusoh,,,,

gawat kl sampai aki2 yg hobinya selingkuh sampai berhasil nyari tau masalalu leon dsn berdampak sama kembar
juney_aza
semangat kak D'wie
juney_aza
waahh.. mereka bertemu
Opi Sofiyanti
Leon ketemu ibu tiri....
Dlaaa FM
Lanjutannnnnnn
Queen kayla
ketemu jg nich..dag Dig dug
Syavira Vira
lanjut
Kar Genjreng
Leon bangkit sekarang saatnya perang di mulai,,,datang ibu tiri dan adek tiri,,, ternyata Dion memang berencana merebut apa yang akan jadi milik Leon terang terangan,,,,jadi ga anak ga mak ya,,,Leon garapen saiki ga pakai nanti nanti biar jadi kelar dan biar tau asal mula mereka,,,dan apa hubungannya dengan Mu dan Ibu ayah mu,,, ayah yang sudah meninggal kan mu tanpa perduli sedikit pun,,,jangan kasih celah sedikitpun ya Leon hajar abisin dan katakan kepada Sharon dan ibunya,,, ternyata Mama Mu justru berteman dang ibu maya ibu Sharon jadi aja. lebih kuat,,,Metha dan keluarga nya sudah tumbang sekarang keluai ayah yang sudah membuang mu semenjak masih kecil,,,,pokonya jangan sampai lengah demi buah hatimu kamu harus bisa meyakinkan Ibu dari anak Anak mu Leon semangat Papa Naruto 😆😆
Atik Marwati
akhirnya ketemu juga
ika wibowo
tapi Alhamdullh di lanjut cerita leonny...terus Semangatt thor sehat selalu
Aprisya
nah ternyata karma ga semanis kurma ya pak jaya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!