"Saya tidak merasa terjebak dengan pernikahan ini.Kamu tau,tak ada satu pun di dunia ini yang terjadi secara kebetulan.Semua atas kehendak Tuhan.Daun yang jatuh berguguran saja atas kehendak Tuhan.Apalagi pernikahan kita ini,terjadi atas kehendak-Nya."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desnisa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 26
Sampai di rumah pak Lurah mereka di sambut dengan hangat.Seluruh perangkat desa telah berkumpul termasuk pemuka agama,ketua ormas dan pemuda.
Halaman rumah pak Lurah yang di sulap jadi balai pertemuan telah di penuhi warga yang ingin melihat langsung orang kota.
Tak terkecuali Nora,wanita itu sengaja jauh-jauh dari Nando cowoknya.Sebab dia tau ada Elang juga dan dia ga ingin di lihat Elang sedang berduaan dengan Nando,bisa hancur harapannya.
Pasalnya telah tersiar khabar akan ada orang kota yang akan masuk ke desa mereka.Ada orang bulenya juga.Jadilah warga berdesak-desakan ingin melihat langsung.Suasananya sudah seperti ada artis yang mau konser.
Apalagi setelah melihat Helena yang mereka bilang orang bule.Semua berebutan mau bersalaman dan foto bersama.Untungnya Helena tidak merasa terganggu,dengan senang hati gadis itu meladeni permintaan warga.
Pak Marco dan istri tersenyum bahagia melihat keramahan putri mereka terhadap warga.
Setelah sesi bersalaman dan foto bersama selesai,acara di mulai dengan kata sambutan dari pak Lurah.
"Terimakasih atas kedatangan pak Marco,pak Erlangga,ibu Lusiana dan ibu Helena di desa kami ini.Juga kepada warga yang menyempatkan untuk hadir." Ucap pak Lurah setelah mukadimah terlebih dahulu.
"Terimakasih kepada pak Anthony selaku CEO PT.Maltec,yang telah membuka cabang pabrik kertas di desa kami ini walau pun beliau tidak bisa hadir.Dan juga terimakasih kepada pak Marco selaku Direktur Utama PT.Maltec yang telah mengutamakan putra-putri daerah desa ini untuk menjadi karyawan pabrik."
"Selanjutnya,ada khabar gembira dari pak Marco,bahwa istri dan putrinya bersedia mengabdi menjadi Dokter di desa tercinta kita ini." Ramai terdengar tepuk tangan atas khabar gembira itu.
"Dan ada kabar yang tak kalah gembiranya yaitu bahwa bapak Sinurat selaku orang terkaya dan tuan tanah di desa kita ini akan mewakafkan tanahnya yang ada di Kilometer 5 sebagai tempat untuk membangun rumah sakit.Dan semua biaya yang di keluarkan pun akan di tanggung oleh bapak Sinurat." Dengan bangga pak Sinurat yang ternyata bapaknya si Nando berdiri atas permintaan pak Lurah.Terdengar tepuk tangan riuh warga .
"Untuk sementara,sebelum rumah sakit di bangun,warung saya yang kosong yang ada di Kilometer 5 itu akan menjadi rumah sakit sementara." Lanjut pak Lurah terlihat mulai kelelahan karna kata-kata sambutannya terlalu panjang.
"Untuk acara selanjutnya saya beri kesempatan kepada ibu Lusiana dan ibu Helena untuk menyampaikan visi misinya.Waktu dan tempat saya persilahkan.Mari bu silahkan..." Pak Lurah menatap bergantian pada bu Lusiana dan Helena yang duduk berjejer dengan pak Marco.
Ternyata bu Lusiana memberikan kesempatan pada putrinya.
Dengan percaya diri yang tinggi Helena berdiri dan mulai menyampaikan visi misinya.
"Terimakasih atas waktunya pak Lurah..." Helena tersenyum ramah dan sedikit mengangguk.
"Terimakasih bapak-bapak,ibu-ibu dan saudara-saudara semua yang sudah mau hadir di tempat ini.Saya dan ibu saya sangat senang dan bangga di kasih kesempatan untuk mengabdi di desa ini.Kami turut prihatin atas keadaan di desa ini yang belum ada rumah sakit.Kalau ada warga yang sakit harus ke kota dulu.Atau kalau tidak ada biaya untuk berobat ke kota warga tak punya pilihan lain selain minta pertolongan sama orang...orang apa itu katanya...." Helena pura-pura lupa takut ada yang tersinggung dengan perkataannya.
"Orang pintar...." Jawab warga rame-rame.
"Nah...di sini kami akan membantu para warga sekalian untuk berjuang sama-sama agar dapat pelayanan kesehatan.Kita harus hidup sehat,agar dapat menjalani aktifitas sehari-hari.Dengan hidup sehat bapak-bapak bisa bekerja,ibu-ibu mengurus keluarga dan rumah.Dengan hidup sehat anak-anak bertumbuh dengan baik dan tentu saja tumbuh menjadi anak pintar di sekolah. Nah...ini ada Khabar gembira lagi bapak-bapak,ibu-ibu.Semua gratiss...siapa pun yang datang berobat atau konsultasi tidak di pungut biaya sama sekali,obatnya pun gratis..." Kembali terdengar suara tepuk tangan yang lebih riuh.
"Bapak ibu bisa datang kapan pun.Kami siap melayani dua puluh empat jam.Mau siang atau malam kami akan layani semampu kami jika ada yang membutuhkan kami." Tambah Helena mengakhiri sambutannya.
Warga kembali memberi tepuk tangan yang riuh.Pak Marco dan bu Lusiana memandang bangga pada Helena putri semata wayang mereka.
Elang pun merasa kagum atas performa Helena,gadis itu begitu smart dan bisa membawa diri.
Lain halnya dengan Nora,gadis itu diam-diam selalu membandingkan dirinya dengan Helena.Setelah melihat Helena tadi,rasa minder nya kumat lagi.Dia merasa ga ada apa-apa nya di bandingkan dengan Helena yang cantik,pintar dan ramah.
Menjelang azar rombongan pak Marco dan para warga meninggalkan rumah pak Lurah.
Nora mendekati bapaknya yang sedang ngopi di ruang tamu.
"Pak,coba tanyakan sama pak Marco,ada lowongan kerja ga di pabrik,untuk tukang-tukang tulis apa gitu?" Nora duduk di bangku di depan bapaknya.
"Tulisan mu,hanya kau aja yang bisa baca.Bagaimana mau jadi tukang tulis." Pak Lurah menatap Nora sekejap kemudian menyeruput kopinya yang masih panas.
"Ish,bapak ini,bukannya dukung Rara."
"Udaaah...kau nyanyi ajalah kerja mu sudah pas itu."
"Tapi Rara mau kerja pak,bosan nyanyi terus.Atau bagian masak di kantin,Rara juga mau."
"Kek pernah aja kau masak."
"Ish bapak,Rara serius ini mau kerja."
"Bapak juga serius.Mau jadi tukang tulis,tulisan mu hanya kau yang bisa baca.Mau jadi tukang masak,mana pernah bapak lihat kau masak.Mamak mu nya terus yang masak di rumah,coba..."
"Tapi kalau di pabriknya setau bapak ada lowongan.Kalau kau serius mau kerja,cepat bikin surat lamaran." Sambung pal Lurah.
"Siap pak!" Nora tersenyum senang.
"Mamak curiga ini,pasti ada apa-apanya ini.Tumben-tumbenan kau mau kerja,Ra?" Tanya mamak ikut nimbrung.Dari tadi si mamak mendengar percakapan suami dan anaknya dari kamar.
"Mamak tau aja." Cengir Nora.
"Nah,benarkan? Pasti ini ada sangkut pautnya dengan laki-laki." Tebakan jitu mamak.
Pak Lurah menatap anaknya yang terlihat salah tingkah.
"Benar itu,Nor?"
"Memang kenapa kalau benar,pak?"
"Penasaran mamak siapa orang pabrik yang kau taksir." Mamak ikut duduk di sebelah suaminya.
"Terus mau kau kemana kan si Nando? Sudah benar kau sama si Nando,anak orang kaya." Pak Lurah merasa anaknya sudah cocok dengan Nando.
"Tapi dia kan ga ganteng pak."
"Memangnya yang kau taksir ini sekarang orangnya ganteng?"
"Ganteng lah.Bang Erlangga laki-laki paling ganteng di pabrik."
"Ay mak.Si Erlangga !" Mata pak Lurah membulat tak percaya.
Mata mamak malah terlihat gembira." Pokoknya mamak dukung kau sama si Erlangga.Biar bisa memperbaiki keturunan keluarga kita."
Pak Lurah melirik tajam pada wanita di sebelahnya.
"Sudah,cepatlah bikin surat lamaran biar langsung kerja kau besok." Mamak pura-pura tak melihat lirikan lelaki di sebelahnya.
"Iya,nanti Nora suruh si Nando yang bikin.Mak,Nora mau ke kota dulu ya sama si Mazda mumpung masih sore." Nora berdiri hendak mengambil tas tangannya ke kamar.
"Ngapain kalian ke kota?"
"Mamak liat aja nanti kalau nanti kami sudah pulang."
***
Pukul sembilan pagi,Salma sudah berada di dalam pesawat terbang.
Di jam yang sama,mamie Rieta menerima laporan dari orang suruhannya saat sedang menyiram bunga-bunga kesayangannya di taman samping rumah.
"Apa? Perempuan itu di usir dari rumah karna mencoba menggoda abang iparnya?!" Teriak mami Rieta dengan mata hampir keluar.
"Terus di mana perempuan itu sekarang?" Mami Rieta meletakkan selang penyiram bunga kemudian berjalan akan masuk ke dalam rumah.
Tanpa melihat langkahnya wanita yang sedang mengenakan daster rumahan itu tak menyadari rumput basah yang dia injak dan...
Bugh!!!
Tubuh semi gempal nya jatuh,kepalanya pas meniban pot bunga berbahan semen.Tubuh mami Rieta seketika tak bergerak.