My Boss My Son'S Father

🍁🍁🍁

"Jangan membohongi ku! Aku tau kau sedang berbohong saat ini."

"Aku mengatakan sebenarnya."

"Matamu tak bisa berbohong, jadi katakanlah sebenarnya."

"Aku sudah bilang kalau tak ada sama sekali perasaan terhadap Pak Andrian," Nayra tetap tidak mengakui perasaannya. Jangankan kepada orang lain, ke dirinya sendiri ia tak mau mengakuinya.

"Apakah ada masalahmu yang kamu sembunyikan dariku? Terlihat mata dan wajahnya begitu banyak menagung beban."

"Tidak ada! Aku baik-baik saja," Nayra tak mau mengatakan kebenarannya bahwa bosnya sendiri adalah ayah dari anaknya.

"Kenapa kamu begitu keras kepala? Kita sudah kenal begitu lama jadi kamu jangan sungkan untuk menceritakan apapun masalahmu ke aku."

"Aku baik-baik saja."

"Apakah Bosmu itu Ayah kandung Alden? Apakah dia laki-laki beregsek yang menghancuri kehidupan mu lalu meninggalkan mu begitu saja?" tebak Baim membuat Nayra terkejut.

Bukan asal bicara tapi Baim sudah dari dulu memperhatikan tingkah Nayra ketika bertemu bosnya. Ada rasa takut dan cemas bila berdekatan dengan Andrian. Selain itu Baim melihat Andrian dengan Alden mirip membuat Baim menyimpulkan Andrian lah laki-laki yang telah memperkosa Nayra.

"I-itu... S-sebenarnya..."" Nayra tak tau harus mengatakan dari mana. Bibirnya merasa gugup membicarakan tentang itu kepada orang lain. Karena selama ini hanya dialah yang tau siapa laki-laki yang telah memperkosanya waktu itu.

"Apakah perkataan ku tadi benar?" tanya lagi Baim.

Belum aja menjawab pertanyaan Baim. Nayra malah menangis kembali mengingat kejadian itu.

"Hiks... hiks... Aku tak mau lagi mengingatnya. Arggghhh..." seru Nayra sambil menagis.

"Maaf kalau aku sudah mengingatkan mu tentang masa lalu kelam mu," Baim menjadi merasa bersalah telah mengungkit masa lalu Nayra tapi ia juga penasaran apakah Andrian memang benar laki-laki yang telah mengambil kehormatan Nayra selama ini.

"Iya, mamang benar dia yang telah mengambil kesucian ku, dan dia adalah ayah dari anakku."

Seketika mendegar jawaban dari Nayra membuat darah Baim langsung naik pitam. Ia selama ini begitu dendam terhadap laki-laki yang merusak Nayra.

Tanpa pikir panjang Baim ingin pergi menghampiri Andrian untuk membalaskan semua sakit hati Nayra selama ini.

"Kamu mau ke mana?" tanya Nayra melihat Baim bangkit dari duduknya.

"Aku mau menemui laki-laki beregsek itu. Aku mau membalaskan semua sakit hati mu selama ini."

"Ku mohon jangan lakukan itu!" Nayra mencegah Baim untuk pergi dari sana.

"Kenapa kau menghalangi diriku untuk apa yang sudah ia lakukan terhadap mu? Apakah kau mencintai laki-laki itu?" tanya Baim sambil merendam emosi nya.

"Bukan seperti itu, aku takut bila kamu ke sana akan mendapatkan masalah."

"Aku tidak peduli tentang itu, aku hanya ingin sakit hatimu selama ini bisa terbalaskan."

"Tapi dia tak mengetahui bahwa dia yang memperkosa ku."

"Maksud kamu apa?" Baim belum mengerti apa maksud dari perkataan Nayra.

"Ketik dia melakukan itu kepada ku, dia tak menyadari semua itu karena dia lagi terpengaruh oleh minuman keras."

"Lalu kenapa kamu tak memberitahu tentang ini?"

"Aku tidak mau lagi berurusan dengan dia lagi. Cukup hanya aku yang tau tentang itu. Aku juga takut bila ia mengetahui tentang ini maka dia akan merebut Alden dari ku. Bila terjadi mungkin aku sudah gila atau mati."

Mendegar penjelasan Nayra membuat emosi Baim kembali stabil. Ia tak akan memaksa Nayra untuk membalas dendam, karena omongan Nayra juga ada benarnya. Kalau Andrian tau tentang semua ini mungkin dia akan mengambil Alden dengan cara apapun karena dia orang kaya yang mampu melakukan apapun.

***

Malam hari di kediaman keluarga Grahatama. Terlihat Andrian begitu murung dikamarnya sampai makan malam pun ia tak turun.

Tok... tok... tok...

"Siapa?" tanya Andrian dari dalam kamarnya.

"Ini Mama Sayang, boleh Mama masuk?" seru nyonya Kumala dari luar kamar Andrian.

Sebenarnya Andrian agak masih kesal dengan sikap mamanya waktu itu. Tapi bagaimana pun dia adalah mamanya yang telah melahirkannya.

"Masuk aja Mah! Andrian nggak mengunci pintunya."

Nyonya Kumala pun membuka pintu kamar Andrian. Lalu nyonya Kumala menghampiri Andrian yang duduk di tepi kasurnya.

"Ada apa Mama ke kamar Andrian?"

"Kenapa kamu nggak turun ke bawah untuk makan malam? Apakah kamu masih marah dengan Mama waktu itu?" tanya nyonya Kumala.

"Nggak Mah! Andrian udah nggak marah lagi ke Mama."

"Lalu kenapa kamu nggak mau turun makan malam?"

"Andrian nggak ada mood makan malam."

"Kalau kamu masih marah sama Mama, yasudah Mama minta maaf tapi kamu makan malam dulu ya?" bujuk nyonya Kumala seperti membujur anak kecil.

"Udah Andrian bilang kalau Andrian nggak mood makan, lagian Andrian nggak lapar jadi Mama lebih baik turun ke bawah makan malam sendiri."

"Mama tau kamu masih marah ke Mama karena tak merestui mu dengan Nayra, bila alasannya begitu Mama pasrah dan akan menyerahkannya ke kamu."

"Maksud Mama?" Andrian langsung menatap mamanya untuk mencari tahu apa maksud peketaan mamanya barusan.

"Mama akan merestui mu dengan Nayra asalkan kamu memaafkan Mama. Dan Mama tak akan memaksamu untuk menuruti kemauan Mama untuk kamu cepat-cepat menikah. Menikah dan mencari pasangan untukmu itu Mama serahkan sepenuhnya ke kamu, apapun pilihan mu Mama akan dukung," ucap nyonya Kumala seperti bersungguh-sungguh.

Tak terasa mata Andrian berbinar-binar mendengarkan perkataan mamanya barusan. Perkataan ini yang ia tunggu-tunggu selama bertahun-tahun. Tapi ketika mengingat penolakan dari Nayra membuatnya kembali murung. Wajahnya yang tadi berbinar-binar kembali murung.

"Kamu kenapa lagi? Apakah kamu masih belum memaafkan Mama?" tanya lagi nyonya Kumala.

"Sebelum Mama minta maaf Andrian sudah memaafkan Mama, tapi untuk kembali dengan Nayra mungkin itu tak bisa lagi," ucap Andrian terdengar pasrah.

"Kenapa? Apakah ini gara-gara ucapan Mama kemarin kepada Nayra?"

"Entahlah!"

"Mama kira anak Nayra adalah anakmu, Mama kira kamu menyembunyikannya pernikahan mu dengan Nayra dan mempunyai anak dari semua orang tapi Mama sudah salah duga."

"Maksud Mama kalau anak Nayra itu adalah anaknya Andrian?" Andrian balik tanya kepada mamanya.

"Bagaimana Mama tidak menduga seperti itu, wajah anak Nayra sama persis dengan wajahmu waktu kecil dulu."

"Apa itu benar?" tanya lagi Andrian yang masih belum percaya.

"Kalau kamu tidak percaya Mama akan ambilkan fotomu waktu kecil." nyonya Kumala pergi ke kamarnya untuk mengambil foto Andrian ketika masih sebaya dengan anaknya Nayra.

Tak lama kemudian nyonya Kumala pun kembali ke kamar Andrian untuk menunjukkan foto Andrian ketika masih kecil.

"Ini fotomu ketika seumuran dengan anaknya Nayra." sambil menunjukkan foto itu.

See you again...

LIKE DAN KOMEN YA! KALAU IKHLAS BOLEH DI VOTE JUGA ^_^