Milan selalu punya ide gila untuk selalu menggagalkan pernikahan Arutala. semua itu karena obsesinya terhadap Arutala. bahkan Milan selalu menguntit Arutala. Milan bahkan rela bekerja sebagai personal asisten Arutala demi bisa mengawasi pria itu. Arutala tidak terlalu memperdulikan penguntitnya, sampai video panasnya dengan asisten pribadinya tersebar di pernikahannya, dan membuat pernikahannya batal, Arutala jadi penasaran dengan penguntitnya itu, ia jadi ingin lebih bermain-main dengannya..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tyarss_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Wanna Be Yours
Arutala memeluk pinggang Milan dengan sebelah tangannya. Sementara tangan yang satunya ia gunakan untuk menangkup sisi wajah Milan. Memperdalam ciumannya. Merasa belum puas, tangan nakal Arutala bergerak menyusuri punggung wanita itu. Sempat dirasakkannya tubuh Milan yang menegang akibat sentuhannya.
Milan yang saat ini mengenakan terusan panjang dengan bahan yang bisa dibilang tipis, seperti dapat merasakan langsung tangan Arutala di kulit punggungnya. Ia masih mencoba mengimbangi ciuman Arutala yang semakin lama kian menuntut nan dalam.
Tidak biasanya Arutala merasa seperti ini. Dia merasa begitu mendamba. Dan hanya Milanlah yang mampu menghilangkan hasratnya. Puas dengan bibir Milan yang seperti candu untuknya, Arutala bergerak turun menyecap leher wanitanya. Memberikan gigitan kecil lalu kemudian menghisapnya.
"Ahh.." erang Milan untuk pertamakalinya. Dia bahkan tidak memiliki kesempatan untuk menyela Arutala.
Setiap hal yang dilakukan Arutala padanya membuatnya seolah hilang akal. Ciuman ini terasa berbeda dari ciuman yang kemarin.
"Aru.. stop it.." akhirnya kata itu berhasil Milan hentikan.
Untungnya telinga Arutala mendengar ucapannya. Tatapan mereka beradu. Dan Arutala masih menatap Milan penuh damba. Arutala tidak membiarkan Milan menjauh darinya. Tubuh mereka masih saling menempel dan hanya menyisakan sedikit jarak untuk mereka bisa menghirup napas.
"Apa yang kau lakukan?" wajah Milan terlihat begitu dongkol.
"Apa hanya itu yang bisa kau katakan saat ini? Kau jelas-jelas tau aku sudah sangat mendambakan dirimu." Punggung tangan Arutala mengusap lembut wajah Milan. "Kau jelas tau, sejak awal aku memang mengingnkan dirimu."
Mata Milan terpejam, merasakan hembusan napas Arutala yang mengenai pori-pori wajahnya. Dan silanya, itu justru membangkitkan gairah lain dalam diri Milan.
"Dan malam ini aku tidak bisa menahannya lagi. Ijinkan aku untuk memilikimu malam ini Milan. Hanya kau yang aku inginkan. Aku tidak akan melanjutkannya tanpa persetujuan darimu." Suara Arutala terdengar begitu berat.
Milan hanya diam setelah mendengar kalimat penuh permintaan dari Arutala barusan. Mengigit bibir bawahnya dan mencoba untuk berpikir secara rasional. Namun percuma jika tubuhnya mengkhianati logikanya. Dia juga menginginkan Arutala. Mungkin sebesar pria itu menginginkannya.
Keberanian muncul dari dalam diri Milan untuk memulai mencium bibir Arutala lebih dulu. Sembari memejamkan mata dan menikmati setiap lumatannya.
Merasakan bagimana Milan menciumnya begitu manis, Arutala menganggap itu sebagai jawaban. Diapun membalas ciuman Milan. Memejamkan matanya menikmati bagaimana bibir Milan yang terlihat agresif dan tidak teratur dalam ciumannya.
Arutala mengangkat tubuh Milan dan menggendongnya dengan begitu mudah. Masih dengan bibir yang bertaut Arutala membawa Milan masuk ke dalam kamar. Merebahkan tubuh Milan penuh kehati-hatian.
Jantung Milan berdetak hebat kala melihat Arutala begitu panas malam ini. Dalam pikiran liar dan gila Milan, ia sama sekali tidak pernah membayangkan untuk berhubungan badan dengan Arutala. Rencananya hanya untuk berada di sisi Arutala seperti bayang-bayang.
Pandangan Arutala jatuh pada bibir Milan yang terlihat membengkak akibat ciumannya. Tersenyum bangga karena keahliannya membuat Milan kelimpungan hanya dengan ciumannya.
Dengan cekatan Arutala melepas kemejanya. Kegiatan itu membuat Milan menahan napasnya. Perut abs Arutala terpampang jelas di hadapannya. Belum lagi, cahaya kamar yang hanya remang-remang membuat tubuh Arutala telihat seratus kali lebih menggoda.
Sial! Rutuk Milan dalam hati. Ternyata dia memang punya pikiran gila.
"Kau tidak mungkin berubah pikiran sekarang bukan? Karena aku tidak akan membiarkan mu pergi." Setelah mengucapkan kata itu, Arutala setengah menindih tubuh Milan.
Arutala sama sekali tidak mengalihkan pandangannya dari Milan. Sedangkan kedua tangannya bekerja melepas tali terusan Milan. Gerakan perlahan yang di lakukan Arutala membuat Milan tersiksa. Dan Arutala menikmati wajah Milan yang terlihat gelisah itu.
"Pertahankan ekspresimu itu Milan. Aku sangat menyukainya."
Milan tidak tau lagi harus merespon kalimat Arutala seperti apa. Bahkan ketika Arutala kembali menciumnya dan mulai menindihnya, Milan kembali larut dalam cumbuan pria itu. Kecupan kecupan yang di berikan Arutala di lehernya membuatnya menengadah. Tubuh Milan hampir setengah telanjang karena terusannya hanya terlepas sampai pinggang. Menyisakan bra yang masih tersisa di dadanya.
Namun itu tidak berlangsung lama, karena Arutala bergerak melepasnya. Menyentuh dada Milan dengan lembut. Memberikan remasan yang berdampak desahan napas tertahan untuk Milan. Bahkan membuat Milan mengigit bibir bawahnya.
Arutala yakin sekali ini pertama kalinya untuk Milan. Karena tubuh Milan memberikan respon asing ketika ia menyentuhnya. Dan itu membuat hati Arutala terasa hangat. Lantaran ia akan menjadi pria pertama untuk Milan. Meski Arutala sendiri tidak yakin, apakah yang di rasakannya saat ini itu cinta? Atau hanya rasa penasaran terhadap Milan saja. Yang Arutala pahami, dia hanya ingin Milan dalam hidupnya.
"Jangan pernah menahan desahanmu itu Milan. Keluarkanlah dan sebut namaku. Aku ingin mendengarnya. Suara indah mu ketika mendesahkan namaku." Arutala memberikan gigitan kecil pada telinga Milan.
"Mhhmm.." erang Milan ketika menerima sentuhan di dadanya sekaligus gigitan di telinganya. Ini membuatnya merasa gila. Merasa basah di bawah sana.
"Ucapkan namaku Milan. Aku ingin mendengarnya." Merasa belum puas. Kecupan Arutala turun pada bahu dan dada Milan. Memberikan remasan sebentar sebelum kemudian melumat buah dada Milan.
"Ahhhmmm.. sialan.. kau Aru.." maki Milan akibat frustasi.
Itu menghentikan Arutala. Ia berdiri untuk melihat Milan. Bagaimana bisa wanita itu justru malah mengumpatinya.
"Apa yang kau lakukan! Jangan melihat wajahku! Aku sangat malu!!" pekik Milan sembari menutupi wajahnya dengan kedua tangannya. Sudah dapat di pastikan wajah Milan merah tersipu malu saat ini.
Mengundang gelak tawa dari Arutala. Seharusnya tidak seperti ini kejadiannya. Tapi justru terasa berbeda karena tingkah konyol Milan.
Mendengar Arutala yang justru menertawakan dirinya membuat Milan kesal. Ia memukul lengan pria itu cukup keras. "Menyingkir dari atasku jika kau berubah pikiran untuk tidak melakukannya."
Hampir saja Milan bangun sebelum Arutala menarik lengannya dan mengunci pergerakannya. Menekan pergelangan tangan Milan pada sisi tubuhnya.
"Tidak akan ada yang berubah jika itu menyangkut tentangmu." Arutala kembali menciumnya. Kali ini lebih intens. Dan Milan membalasnya. Sebelah tangannya yang bebas menarik leher Arutala agar semakin dalam menyecapnya.
Keduanya saling menggebu untuk merasakan satu sama lain. Arutala berdiri sejenak untuk menanggalkan celananya. Sekaligus menarik lepas terusan Milan. Membuatnya menahan napas melihat tubuh telanjang Milan. Begitupula dengan Milan.
Mereka melaluinya dengan perlahan dan saling merasakan satu sama lain. Malam ini Arutala benar-benar memiliki Milan seutuhnya. Dan Milan yang dengan sadar menyerahkan dirinya. Hingga di pelepasan terakhirnya, Arutala mengucapkan kalimat yang mampu menggetarkan jiwa terdalam Milan.
"Menikahlah dengan ku Milan."