Memiliki Suami tampan,baik, penyanyang, pengertian, bahkan mertua yang baik adalah sebuah keberuntungan. Tapi bagaimana jika semua itu adalah hanya kamuflase?
Riska Sri Rahayu istri dari Danang Hermansyah. Mereka sudah menikah selama 4 tahun lebih namun mereka belum memiliki buah hati. Riska sempat hamil namun keguguran. Saking baiknya suami dan mertua nya tidak pernah mengungkit soal anak. Dan terlihat sangat menyanyangi Riska, Riska tidak pernah menaruh curiga pada suaminya itu.
Namun suatu hari Riska terkejut ketika mendengar langsung dari sang mertua jika suami nya sudah menikah lagi. Bahkan saat ini adik madu nya itu tengah berbadan dua.
Riska harus menerima kenyataan pahit manakala yang menjadi adik madu nya adalah sepupu nya sendiri.
Sanggupkah Riska bertahan dan bagaimana Riska membalaskan sakit hati nya kepada para pengkhianat yang tega menusuk nya dari belakang?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kim Yuna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25 Obrolan Di Warung
Sesuai dengan rencana nya, Mas Danang berangkat kerja malam ini, ah. Bukan, tepatnya pulang ke rumah istri muda nya. Awalnya Mas Danang memintaku untuk pulang ke rumah Ibu nya, namun ku tolak dengan tegas. Begitupun juga dengan mama yang menyatakan keberatan atas permintaan yang bergelar menantu nya itu.
"Memang nya usaha Danang itu apa, Nak?." tanya mama. Saat ini aku dan mama sedang duduk menonton televisi sembari menikmati gorengan pisang buatanku.
"Aku nggak tahu, Mah." Aku mengedipkan bahu karena jujur memang aku tidak tahu apa usaha Mas Danang. Tapi mendengar pernyataan langsung dari Siska yang menyatakan kalau apa yang ia miliki adalah pemberian suaminya, padahal kebutuhan hidup Mas Danang selama ini aku yang tanggung.
"Ya itu lebih baik kita nggak usah ngurusin usaha mantan suami dan sepupu mu itu, terserah mereka. Saat ini yang terpenting kamu segera terbebas dari macam-macam manusia seperti mereka." Aku tersenyum lega mendengar penuturan mama. Aku sempat khawatir dengan kesehatan mama yang akan drop setelah mendengar berita tentang perceraian ku, tapi mama terlihat ikhlas menerima ini semua.
"Kenapa kamu malah senyum-senyum sendiri?. Ada yang dengan mama?."
"Enggak kok Mah. Aku tersenyum karena bahagia, jujur kemarin Riska sempat khawatir berlebihan." Mama menatapku dengan seksama, beliau tampak tidak mengerti dengan maksud ucapanku, buktinya kening nya berkerut.
"Ya, Riska takut mama akan ngedrop lagi. Dan darah tinggi kumat lagi karena mengetahui persoalan rumah tangga ku dengan Mas Danang. Riska sempat khawatir mama akan banyak pikiran mendengar semua ini. Lalu apa yang membuat Mama ikhlas mendengar semua ini?." ku genggam telapak tangan nya, tangan yang selama ini telah merawat ku sejak kecil itu.
Mama menarik nafas dalam-dalam, lalu menatapku dengan seksama.
"Memang, mama sempat kaget dan sangat marah pada saat kamu menceritakan tadi pagi. Tapi, setelah membolak-balik hati, justru Mama rasa itu lebih baik. Mungkin ini merupakan jalan dari Allah agar kamu terbebas dari Danang. Meskipun jalannya menyakitkan seperti ini. Di duakan oleh sepupumu sendiri. Sebenarnya, selama ini Mama menerima Danang karena melihat kamu yang terlalu cinta sama dia. Dalam hati sebenarnya, mama kasihan sama kamu yang tidak pernah di nafkahi oleh laki-laki yang bergelar suami mu itu.
Aku tersenyum menanggapi curhatan mama yang selama ini menerima Mas Danang karena melihat ku terlihat sangat cinta pada laki-laki itu, ya aku terlalu di butakan oleh cinta hingga mengalahkan akal sehat. Aku akui itu, aku bodoh saat itu dan aku tidak mau di bodoh-bodohi dan di manfaatkan lagi oleh mereka.
***
Pagi hari aku ke warung tetangga. Guna membeli sayuran.
"Memang benar ya kalau Siska jadi istri kedua, Mbak Riska?." Bu Ranti menegurku yang sedang memilih sayur bayam.
"Kurang tahu, Bu. Tapi dari bukti rekaman sih seperti nya iya." Aku pura-pura tidak tahu apa-apa. Biarlah orang lain berpikir sesuai keinginan nya.
"Suaminya orang mana, Mbak Riska?." Bu Darmi yang sejak tadi berdiri di sampingku ikut bertanya.
Suaminya Siska adalah suami ku, Bu! Ingin rasanya aku menjawab demikian. Agar orang-orang bersimpati padaku. Namun, kalau aku keceplosan malah bisa berabe urusannya. Tidak menutup kemungkinan Bi Narti akan mendengar. Lalu asetku bisa jadi rebutan soalnya kan belum di jual. Nanti, setelah terjual hartaku dan setelah berproses di pengadilan maka aku berani menjelaskan ke semuanya. Saat ini biarlah menjadi teka teki di masyarakat sekitar sini.
"Kita semua tidak menyangka loh, Mbak. Kalau Siska gadis kalem itu menjadi orang ke tiga." Mbak Sinta ikut menimpali. Kuulas senyum tipis ke arah perempuan yang sedang menggendong anak balita tersebut.
Tidak hanya kamu Mbak. Aku pun juga tidak menyangka sepupuku sendiri tega menusukku dari belakang. Entah apa yang membuatnya mendadak tidak memiliki hati nurani.
Ya, siapapun yang mengenal Siska pasti tidak menyangka perempuan itu berani menjadi perusak rumah tangga orang lain. Hingga saat ini masih menjadi misteri motif pengkhianatan Siska terhadap ku.
"Kasihan istri tua nya, ya. Pasti, dia tidak tahu kalau suami nya memiliki wanita lain selain dirinya." Bu Darmo kembali angkat bicara sembari mengambil satu bungkus kerupuk yang di gantung di tiang warung.
Aku sangat tahu, Bu. Memang sakit tapi aku tidak boleh kalah dari Siska, Bu.
"Suami Mbak Riska kelihatannya sudah pulang lagi, ya. Mbak?. Memang kerja dimana? kenapa tidak ikut, Mbak? Hati-hati loh kalau di bawa perempuan lain," tetangga depan rumah Bu Ranti ikut mengompori. Mungkin semalam Bu Ranti melihat Mas Danang saat mobil travel menjemput.
"Ah, aku mah nggak takut, Bu. Kalau suami selingkuh ya tinggal di ceraikan saja. Nikah itu untuk bahagia. Kalau tersiksa batin untuk apa di pertahankan." Enteng saja bibir ini mengucapkan kalimat itu.
Aku sudah tidak takut Bu, toh dia sudah bersama dengan perempuan lain. Aku pun sudah bersiap-siap untuk melepaskan nya.
"Wah, hebat Mbak Riska. Memang perempuan itu harus begitu. Di tinggal selingkuh yang tinggal di ceraikan saja. Buat apa mempertahankan lelaki yang bikin sakit hati. Keren nih Mbak Riska. Semoga pernikahan kalian langgeng ya sampai kakek nenek." Bu Darmo mengamini doa nya sendiri. Aku hanya mampu mengulas senyum tipis. Hatiku tak terima di doakan seperti itu. Sungguh, aku tidak sudi mempertahankan pernikahan ini.
Dari obrolan ibu-ibu di sini dapat ku simpulkan bahwa aku mendapat banyak dukungan dari mereka.
***
Sudah dua minggu aku ada di rumah Mama. Selama itu pula Mas Danang menanyakan kapan rumah itu laku? Padahal seandainya laku pun aku tidak akan memberikan sepeser pun untuknya. Eh ada, aku akan mengganti uang yang di gunakan untuk merenovasi waktu itu. Tenang saja, akan aku ganti kembali waktu itu.
Berita gembira pun akhirnya aku dapatkan. Tadi malam Septia menelpon ku. Perempuan itu mengatakan suaminya yang mau membeli rumahku sudah pulang dan hendak segera melunasinya.
"Mah, Riska hari akan kembali ke rumah. Mohon doanya." kupeluk mama dari belakang. Perempuan yang sedang mengecap minuman jahe hangat buatanku itu menoleh sekilas.
"Tapi hanya sebentar saja." Aku paham tatapan mata mama yang di tujukan padaku.
"Kamu mau ke rumah mu lagi?." Ada kekhawatiran nya dari nada bicara mama.
"Bukan, Mah. Tapi mau ke notaris. Riaka akan bertemu dengan orang yang mau membeli rumahku dan kami sepakat untuk bertemu di notaris sana."
"Memangnya sudah pulang calon pembelinya? katanya masih di luar negeri." Ya aku memberi tahu mama kalau saudara Septia yang membeli rumah ku ada di luar negeri. Dan aku sudah cerita semuanya ke mama.
.
.
.
Bersambung...
tinggalkan aja suamimu riska......