Kayesa terjebak dalam pernikahan semalam demi menyelamatkan nyawa ibu yang sedang terbaring di rumah sakit. Pernikahan dengan laki-laki kaya yang sama sekali tak dikenal Kayesa itu merupakan awal dari penderitaan Kayesa.
Pernikahan semalam membuat Kayesa hamil dan diusir ibu, Kayesa pergi jauh dari kota kelahirannya. Lima tahun kemudian dia bertemu dengan laki-laki ayah anaknya, hanya saja Kayesa tidak mengenalinya. sementara laki-laki itu mengetahui kalau Kayesa wanita yang dinikahinya lima tahun yang lalu.
Bagaimana kehidupan Kayesa selanjutnya, saat laki-laki bernama Zafran mengetahui kalau Kiano merupakan darah dagingnya dan Zafran menginginkan anak.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Darmaiyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kembali ke Kantor
Part 11
Satu minggu setelah Kayesa resign
Suana hati Zafran sedang tidak baik-baik saja. Tidak biasanya dia seperti ini, merasa ada sesuatu yang hilang sejak Kayesa resign dari perusahaannya. Ini hari ke tujuh dia menatap vas bunga, yang biasa setiap pagi ada bunga mawar yang segar di vas itu.
"Kenapa aku memikirkan wanita itu." gumam Zafran.
Di dalan vas kosong, seakan menbayang wajah Kayesa. Zafran meraih ponsel di atas meja kerjanya, lalu menelepon Ruhi, agar segera keruangannya.
"Tuan memanggil saya?" Tanya Ruhi, seraya menguakkan setengah daun pintu.
"Surah Kayesa kembali bekerja. Sekarang!" Titah Zafran.
Ruhi hanya mengangguk, lalu dia menarik dirinya keluar dari ruangan. Ruhi kembali ke meja kerjanya, mencari data Kayesa, begitu menemukan nomor telepon Kayesa. Ruhi segera menghubungi Kayesa.
"Angkat Esa!" Gumam Ruhi
Sekali, dua kali bahkan tiga kali tak juga diangkat Kayesa. Ruhi mulai gusar dan cemas, karena jika Zafran marah, dia bisa berbuat apa saja, termasuk memecat Ruhi.
"Malika! Kamu tahu di mana Kayesa tinggal?" Tanya Ruhi pada Malika yang kebetulan lewat.
"Tahu bu," jawab Malika.
"Ayok kita ke rumah Kayesa."
"Sekarang?"
"Iyalah sekarang. Masa tahun depan." ketus Ruhi.
"Untuk apa ke rumah Kayesa?"
Seraya meraih tangan Malika, Ruhi mengajaknya menuju lift dan turun. Ruhi sudah tidak ingin lagi menjawab pertanyaan-pertanyaan Malika. Begitu sampai di parkir, Malika kembali mengajukan pertanyan yang sama.
"Jangan banyak tanya. Ini perintah," ujar Ruhi seraya membuka pintu mobil dan masuk.
Mendengar ucapan Ruhi, Malika pun masuk, tanpa bertanya dan protes. Setelah keduanya berada di mobil, mobil yang dikendarai Ruhi pun meluncur meninggalkan kantor.
Seperdua puluh menit kemudian, Malika meminta Ruhi menepi dan berhenti di pinggir jalan raya, di samping sebuah gang.
"Ayok turun kak! Kita sudah sampai," Malika mengajak Ruhi turun seraya membuka pintu mobil.
"Yang mana rumahnya?" Tanya Ruhi seraya memindai di sekitarnya, tidak ada bangunan yang berbentuk rumah.
"Di dalam gang ini," ujar Malika. Kemaren Malika pernah mengantar Kayesa dan Kayesa minta diturunkan di depan mini market. Kala ditanya Malika di mana rumahnya. Kayesa menunjukkan gang kecil ini.
Malika menyusuri gang diikuti Ruhi dari belakang, meraka berdua memasuki gang yang hanya bisa dilewati motor dan pejalan kaki.
Sekitar dua ratus meter dari jalan raya, terdapat sepuluh rumah petak. Malika mengambil ponsel, lalu mencari nomor kontak Kayesa, Malika menggeser gagang telepon berwarna hijau, panggilan masuk tapi tak diangkat.
"Bagaimana?" Tanya Ruhi seraya memindai di sekitar, tidak ada orang yang keluar dari rumah petak untuk bertanya.
"Tidak diangkat."
Malika mencoba kembali menelepon Kayesa, hasilnya tetap sama tidak diangkat. Tiba-tiba sebuah motor datang dan berhenti pas di depan Ruhi dan Malika.
"Kak Ruhi! Malika!" Kayesa turun dari motor dan membuka helmnya.
"Ada apa kalian ke sini?" Tanya Kayesa heran, menatap dua wanita yang selama ini sangat baik padanya.
Ruhi dan Malika tidak menjawab pertanyaan Kayesa. Mereka berdua memperhatikan barang belanjaan yang bergelantungan di motor.
"Esa! Ikut kakak ke kantor sekarang," ucap Ruhi tanpa basa basi dia langsung ke intinya.
"Untuk apa?"
"Tuan Zafran memintamu kembali bekerja ke kantornya hari ini," ujar Ruhi lagi
"Tapi. Aku lagi banyak kerjaan."
"Pergi saja. Nya! Biar aku yang menyelesaikan orderan hari ini." Maeka yang baru keluar dari sebuah rumah menghampiri Kayesa, lalu mengambil plastik berisi barang belanjaan Kayesa.
"Tapi orderan kita untuk besok banyak."
"Kan bisa kita kerjakan setelah nyonya pulang dari kantor."
Maeka berkata begitu, karena dia tahu kalau Kayesa sangat menginginkan kembali bekerja di perusahaan besar itu. Waktu Kayesa diberhentikan dari kerjaannya, Maeka melihat Kayesa sangat sedih dan tak bergairah.
"Tidak Maeka. Aku sudah mengikhlaskan pekerjaan itu. Aku hanya ingin fokus dengan kerjaanku sekarang."
"Maaf kak Ruhi. Malika," ujar Kayesa menyentuh kedua wanita baik itu.
"Esa! Kamu harus ikut kakak. Jika tidak kakak bisa kehilangan pekerjaan. Jika kakak kehilangan pekerjaan, siapa yang akan membiayai pengobatan ibuku di rumah sakit." Mata Ruhi berkaca-kaca, sudah terbayang nasib buruk akan menimpanya, jika Kayesa menolaknya ikut ke kantor.
Ucapan Ruhi mengingatkan Kayesa pada peristiwa lima tahun lalu, di mana dia harus ikhlas menikah dengan seorang laki-laki, yang dia tidak tahu sama sekali siapa laki-laki itu. Dan benih dari laki-laki yang bergelar suami semalam itu, menghadirkan Kiano ke dunia.
"Esa! Kakak mohon. Ikut kakak ke kantor, menemui tuan Zafran." Ruhi menangkupkan kedua tangan di dadanya.
Kayesa tidak langsung mengiyakan. Dia malah menatap Maeka, Maeka mengangguk meyakinkan Kayesa agar menerima tawaran dari Ruhi.
"Pergilah. Nya!" Maeka kembali meyakinkan Kayesa.
"Tapi. Hari ini orderan kita banyak, kamu yakin bisa melakukannya?"
"Saya akan membantu dia. Kamu pergi saja ke kantor dengan kak Ruhi menemui tuan Zafran," ujar Malika.
Malika tahu apa yang akan terjadi pada Ruhi. Jika Ruhi kembali ke kantor tanpa Kayesa, pasti Ruhi akan kehilangan pekerjaan, karena dipecat oleh Zafran. Zafran mana pernah perduli dengan penderitaan orang lain, apa pun alasannya.
Sejenak Kayesa berpikir, lalu menatap intens kearah wajah Ruhi. Wajah itu terlihat sangat berharap padanya. Andai bukan karena Ruhi yang selama ini sangat baik padanya. Dia malas ke kembali ke kantor itu, bekerja dibawah penguasa zalim seperti Zafran yang selalu bertidak suka-suka dia.
"Baiklah. Aku akan ikut kak Ruhi," ujar Kayesa, lalu pamit masuk ke dalam mengganti pakaiannya.
Maeka dan Malika juga masuk ke rumah membawa barang belanjaan. Kayesa masuk ke kamar menemui Kiano yang masih tidur. Setelah mengusap rambut dan mencium kening putranya, Kayesa ke luar menemui Ruhi.
"Ayok kita berangkat," ujar Kayesa.
"Terima kasih. Esa!" Wajah Ruhi kembali cerah.
Saat Kayesa ingin mengambil helmnya, Ruhi melarang Kayesa dan dia meminta Kayesa ikut mobilnya saja. Nanti saat pulang, Ruhi akan mengantarnya kembali ke kontrakan. Ruhi dan Kayesa berjalan beriringan keluar dari gang.
Begitu sampai ke mobil, Ruhi membuka pintu mobil dan meminta Kayesa duduk di depan. Mobil pun melaju menuju jalan raya.
"Esa! Di mana biasa kamu membeli mawar putih itu?"
"Di sana kak. Seratus meter lagi dari sini."
Ruhi menghentikan mobil tepat di toko bunga yang ditunjuk Kayesa. Seorang gadis penjaga toko keluar dan menyambut kedatangan Ruhi dan Kayesa.
"Kak Esa! Mau pesan mawar putih atau merah?"
"Lima tangkai mawar putih tulang," ujar Kayesa, lalu Ruhi mengeluarkan uang seratus ribuan satu lembar.
Setelah membayar, mereka kembali ke mobil. Sepuluh menit kemudian Ruhi menghentikan mobilnya di depan sebuah salon. Hari ini dia ingin merubah penampilan Kayesa, karena Ruhi meresa kalau Zafran menyukai Kayesa.
"Ayok turun," ajak Ruhi.
Kayesa turun dan mengikuti langkah Ruhi masuk ke dalam salon. Seseorang menyambut kedatangan mereka.
"Wita! Tolong buat penampilannya segar dan cantik," ujar Ruhi seraya menyentuh bahu Kayesa.
"Aku..?" Kayesa menatap Ruhi. Tentu saja dia heran kenapa Ruhi menginginkannya berpenampilan cantik.
"Aku tidak mau ada penolakan," ujar Ruhi, lalu meminta Kayesa mengikuti Wita.
Tiga puluh menit kemudian, Wita menyelesaikan pekerjaannya. Dia membuat Kayesa segar dan cantik dengan penampilan baru. Biasa rambut hanya dikepang atau diciput, sekarang rambut Kayesa di pontong sepundak dan tergerai indah.
"Kamu cantik sekali," puji Ruhi. Dia berharap Zafran menyukai Kayesa dengan penampilan baru. Dan berpikir dua kali untuk memecatnya lagi.
Setelah mengucapkan terima kasih pada Wita. Ruhi dan Kayesa kembali ke mobil, lima menit kemudian mobil yang dikendarai Ruhi berhenti di parkir kantor. Mereka turun dari mobil, langsung menuju lift dan mendarat di lantai tiga.
"Ni bunga mawarnya. Sekarang pergilah menemui tuan Zafran. Dia menunggumu."
Sejenak Kayesa menatap Ruhi, ada keraguan di hatinya. Namun, Ruhi kembali meyakinnya, kalau Zafran benar-benar mencarinya. Kayesa menyeret langkah kakinya menuju ruang CEO. Saat berada di depan pintu, dia sangat gugup, Kayesa menoleh kebelakang di mana Ruhi berdiri dan memberi isyarat agar dia mengetuk pintu itu.
Tok... Tok... Tok.
"Masuk." Terdengar suara bariton Zafran.
😅😅😅
Di anggap Adek aja kenapa?
Maeka kan juga baik,kalo gini rasanya kayak ada jarak yang jauh, antara majikan dan pengasuh.