"Itu anak gue, mau ke mana lo sama anak gue hah?!"
"Aku nggak hamil, dasar gila!"
Tragedi yang tak terduga terjadi, begitu cepat sampai mereka berdua tak bisa mengelak. Menikah tanpa ketertarikan itu bukan hal wajar, tapi kenapa pria itu masih memaksanya untuk tetap bertahan dengan alasan tak masuk akal? Yang benar saja si ketua osis yang dulu sangat berandal dan dingin itu!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Skyeuu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 26
Rey masih terpaku menatapnya, luar biasa, bagaimana mungkin ada sosok malaikat berbentuk manusia dan berjenis kelamin perempuan? Bahkan dalam pelajaran agama yang Rey pelajari tidak ada malaikat yang disebutkan bentuknya. Dia hanya tahu malaikat itu makhluk yang Tuhan ciptakan dari "nur" atau kalau diartikan ke dalam bahasa Indonesia "cahaya", tapi Rey tidak salah kok menerapkan julukan tersebut pada sosok yang sedang dia pandang.
"Ya Allah, bidadari gue..." katanya tanpa sadar.
"Eh kocak, punya gue dia orang tadi kenalan," sahut Azka begitu melewatinya sambil membawa nampan berisi pesanan pengunjung toko roti yang menggemparkan ketiga lelaki di sana.
"Mana ada Bang, lo cuman tanya dia mau pesen apa dih," Niken menyahut tak kalah mencibir.
Sedangkan Rey mendelik sebal, lihat saja wajah dia sudah tidak peduli lagi dengan keberadaan mereka berdua yang hanya bisa mengganggu saja. Belum lagi mereka ngaku-ngaku menyukainya, padahal Rey lebih dulu bertemu dengan perempuan cantik dan manis itu. Biar kata orang penampilannya tomboy, tidak ada aura feminim sama sekali, tapi hati Rey selalu bergetar saat melihatnya. Cinta pada pandangan pertama itu benar adanya ternyata.
"Permisi Kak, maaf!" melihat perempuan itu mengacungkan tangannya mereka bertiga dengan sigap menghampiri.
"Duh kaget saya..." tentu saja itu hal yang mengejutkan, ketiga manusia yang sejak tadi hanya diam di pinggiran kasir tiba-tiba menghampiri dirinya dengan gerakan cepat seperti sedang lomba.
"Ada apa Kak? Mau tambah americano-nya? Atau barang kali mau nawa saya pulang juga?" tanya Azka genitnya tidak bisa diimbangi.
"A-anu..."
"Kak, jangan dengerin dia kalau Kakak mau biar saya bikinin roti yang Kakak suka aja kebetulan kita lagi buka praktek bikin roti dengan resep baru," Niken kamu kenapa lagi malah bahas roti? Benar-benar tidak ada yang waras sama sekali rupanya saat bertemu cewek cantik.
Harga diri Niken hancur seketika saat perempuan itu bilang tidak perlu, padahal dia sudah merendahkan dirinya sendiri. Nggak ada yang nyuruh kok Nik, hahaha.
"Saya menghargai tawaran kalian semua, tapi saya cuman butuh bantuan untuk bungkus sisa roti yang belum saya makan ini, apakah bisa?" tanyanya sopan.
Mereka semua menahan malu, apalagi Niken yang sudah ngawur ke mana-mana. Sedangkan Rey masih beruntung, tapi tangan dia gemetaran saat menerima roti-roti yang akan dibungkus itu. Perempuan itu memilih untuk diam saja sambil tersenyum, dia tahu perasaan ketiga manusia unik tersebut jadi dia lebih baik diam. Kata Mama, diam itu emas dan kebenaran selalu ada dalam keheningan. Dia beranjak dari duduk dan mengikuti Rey menuju meja kasir untuk melakukan pembayaran.
"Totalnya dua ratus lima puluh ribu," katanya yang tiba-tiba bisa menghitung uang tunai milik orang lain.
Alasan lain dari Rey belum berminat langsung terjun ke lapangan kerja perusahaan sang Ayah adalah dia malas menghitung penghasilan orang lain, lebih tepatnya Rey merupakan orang yang suka menghitung uang sendiri tapi uang yang bukan hak miliknya tidak bisa. Aneh saja dia tiba-tiba pintar dalam menghitung uang dan tidak salah lagi ketika memberi kembalian. Tadi sempat salah kembalian, beruntung si pengunjung sadar jadi Niken yang menggantikannya di kasir. Kejadian langka itu membuat kedua teman satu gengnya terkesan, mereka langsung melapor di grup chat.
"Terima kasih, ah iya Kak boleh minta nomornya nggak?"
"Heeee??" Azka kaget, Niken pun sama apalagi Rey yang diminta nomor oleh perempuan yang ia suka.
Mereka semua bingung dengan permintaan perempuan itu, sedangkan sang gadis sama bingungnya karena mereka menatap dirinya seolah menemukan harta karun. Belum lagi terkejut dengan reaksi Niken dan Azka yang terlihat begitu syok.
"Ah, anu saya mau pesen lagi tapi lewat chat karena saya cukup sibuk kemungkinan jarang ke sini lagi. Boleh saya minta nomor yang bisa saya hubungi nggak? Buat saya pesan, tadi saya cari di aplikasi online sepertinya belum ada."
Penjelasan yang cukup singkat, padat, dan jelas itu membuat Rey menganggukkan kepalanya mengerti. Baru pertama kali juga dia tidak lemot dalam menanggapi penjelasan orang lain selain temannya. Ini sebuah hal yang patut dia kenang seumur hidupnya, bahkan terkadang omongan orang tuanya pun membuat Rey kebingungan tapi saat bersama teman-temannya tidak–tambahan penjelasan perempuan cantik di depannya.
"Boleh Kak, nomor saya paling Kakaknya mau?" modusnya Rey memang tidak main-main. Lancar sekaligus natural tidak ada yang namanya bercanda.
"Ah iya, itu maksud saya boleh Kak!" dia langsung mendekatkan telinganya pada Rey.
Jujur saja, itu membuat jantung Rey berpicu lebih cepat. Rasanya dia ingin waktu seperti berhenti sejenak karena ingin menikmati keindahan ciptaan Tuhan. Tapi, itu tidak mungkin dan Rey menyadarkan dirinya sendiri kemudian membisikkan nomor telepon miliknya. Tidak peduli pada tatapan kedua temannya yang sangat tajam.
"Oke, makasih ya Kak!" katanya tersenyum manis. Oh tolong Rey dia bisa pingsan sekarang juga.
"Sama-sama, Kakak nggak tanya nama saya?" tanyanya kembali memanfaatkan waktu dengan baik. Kapan lagi bertemu dengan perempuan itu jika bukan sekarang, Rey tidak mau kalau nama kontaknya di ponsel sang pujaan hati kosong atau malah jadi "tukang roti" kan tidak lucu.
"Oh iya, saya lupa! Coba nama Kakaknya? Apa mau ditulis langsung aja di hp saya??" tanyanya dengan mata yang berbinar.
Apa benar berbinar karena mulai tertarik pada Rey atau memang orangnya sangat bersahabat sama seperti dirinya? Ah, Rey nggak tahu yang penting cewek itu menyimpan kontaknya di ponsel. Soal pendekatan, gimana nanti saja.
"Rey," mendengar pria muda di depannya menyebutkan nama, dia mendekatkan diri sekali lagi.
"Maaf? Rei?" tanyanya, "Rey, pake "y" belakangnya Kakak cantik," mode gombal juga bisa si Rey.
Perempuan itu terkekeh geli, tidak, dia tidak salah tingkah melainkan hanya merasa konyol dengan gombalan Rey. Baru pertama kali dia mendengar lelaki memujinya di depan bukan bisik-bisik tetangga. Rupanya ada juga yang berani begitu di depannya, ia kira semua lelaki itu sama tapi berbeda saja cara menyakitinya.
"Nama saya Laila, silakan di save kontaknya ya Kak Rey~" dan ternyata perempuan itu juga menggodanya dengan cara yang sama.
Rey senyum-senyum sambil menahan salah tingkah, dia tidak mau terlihat konyol di depan pujaan hatinya. Sementara itu, Niken sepertinya patah hati di satu sisi dia juga senang melihat Rey hidup kembali. Seolah-olah ketika bersama haluan idol kpop-nya dia gila, tapi nyatanya masih ada perempuan yang dapat membuat seorang Rey yang cowok gila Irene Red Velvet–yang katanya cantik luar biasa–itu menjadi tobat. Sebenarnya tidak tobat, hanya berhasil mengurangi akurasi haluan Rey pada sang idola. Hebat sekali Laila ini.
"Keduluan mulu anjir..." mendengar keluhan sang anggota termuda geng Foresi membuat Azka menoleh dan tertawa pelan.
"Belum Nik, kita masih bisa rebut hatinya, jangan nyerah gitu dong lu makin mirip orang Cina kalau begitu sipit banget!"
"Buset bawa-bawa bendera, gue blasteran Jepang Bang bukan Cina!" sahut Niken sebal.