Selamat datang di novel ku
menerima kritik dan saran
feedback & folback bisa folow instagram juga ;@namjoneya_0594
Pernikahan biasanya didasari oleh cinta namun tidak dengan Hira dan Axell/Gus Mahen. Keduanya menikah karena sebuah insiden naas menimpa calon istri Axell dan Hira berada diTKP.
Hira sebagai pengantin penganti namun setelah menikah kehidupannya penuh dengan teror, hingga membuat nya sempat mengalami gangguan kecemasan. Hingga suatu tragedi membuat nya tak bisa sadar dalam waktu lama , Sedangkan Axell tanpa sadar menyayangi istri dengan berlindung dibalik kata “Aku akan bertanggung jawab menjadi seorang suami”.
Keduanya tetap harus mencari tau siapa pelaku peneror dan pembunuhan misterius.
Dan akankah mereka menemukan pelakunya? Akan kah cinta mereka menjadi kekuatan untuk melawan segala lika-liku kehidupan atau justru malah salah satu dari mereka berhasil dibunuh lagi? .
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tini Timmy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 26
Hira adalah saksi kunci atas peristiwa yang menimpa Ning Rea, yang sampai saat ini kasus tersebut masih dalam penyelidikan pihak kepolisian dan Axell bekerja sama untuk membantu. Namun Axell juga bertanya-tanya dalam hati, apakah keputusan nya menikahi Hira itu suatu keputusan yang tepat? . Dan tak terkesan memaksa untuk Hira mengatakan siapa pelaku sebenarnya.
Namun naas nya saat ini ingatan yang lalu belum juga kunjung kembali hingga membuat hati Axell bimbang antara ingin ingatan itu kembali dan Hira menjadi saksi ?atau membiarkan ingatan yang lalu-lalu mungkin menyakitkan bagi Hira terlupakan begitu saja.
Entah Axell pun tak tahu apa yang sebenarnya ia ingin kan dalam pernikahan mendadak itu. Kalau dibilang egois iya dia memang egois, membayar orang untuk dijadikan istri lalu dipergunakan untuk menjadi saksi .
Axell terus hanyut dalam pikiran nya hingga tak sadar sudah ada Vincent disamping nya. Vincent menepuk bahu Axell pelan dan memanggilnya.
Sang empu menoleh dan menerbitkan senyum manis di kedua bibirnya melihat sang adik sudah berada dirumah.
“Jangan ngelamun aja Kak, nanti kesambet!”
“Enggak kok cuma lagi mikir sesuatu aja, yuk kita duduk di sofa ruang keluarga ada yang mau kakak omongin.”
Keduanya berjalan sampai di sofa ia duduk dengan tenang. Vincent masih setia menunggu sampai kakak nya membuka suara.
“Aku minta pendapatmu, apakah keputusan kakak untuk mengembalikan ingatan Hira tidak salah?” tanya Axell.
“Maksudnya? Kakak masih bimbang gitu mau kasih obat ke kak Hira?”
Axell menganggukan ucapan Vincent.
“Iya, separuh hati kakak gak ingin senyuman yang merekah itu hilang lagi, tapi separuh lagi kakak masih membutuhkan nya untuk menjadi saksi di pengadilan nanti.”
Vincent diam, mencoba memikirkan jalan keluar agar tak menyakiti keduanya walaupun endingnya tetap harus ada yang sakit.
“Begini saja kak, dicoba dulu kan secara obat itu hanya lah perantara yang berhak mengembalikan ingatan kak Hira itu Allah. Jadi lebih baik kita berdoa sambil ikhtiar kak Hira minum obat.”
“Mungkin begitu saja ya Vin. Tapi kasian nanti dia akan tersakiti karena obat itu akan membuatnya mengingat masa lalu!” Ujarnya sambil menundukan kepala, Vincent tersenyum tipis lalu menepuk bahu Axell pelan. Ia mencoba menyakinkan kakak nya jika keputusan yang diambil tidak salah.
Bagaimanapun pun juga Hira harus mengingat semua nya hingga sampai ia bisa menikah dengan Axell.
“Sudah coba dulu kak, jangan ragu toh kita jadi tau apakah berhasil atau tidaknya. Kita sebagai umat manusia bukannya sebagai perantara jika Allah berkehendak maka ia akan mengingat semuanya termasuk segala tentang ku. Emm maaf kak jadi curhat.”
Axell tersenyum sambil memandangi wajah adiknya yang tampan itu, wajah Abah sangat melekat padanya. Axell menimang-nimang apa yang dilakukan memang sudah tepat ia mau Hira kembali sehat.
“Oh ya kak, aku juga mau ngomong sesuatu. Aku izin kembali ke Paris besok lusa .”
“Secepat itu? Baru juga kemarin kamu kesini.”
“Hehe iya kak udah 1 bulan aku disini ya, ada tugas di rumah sakit sana dan mungkin entah kapan aku kembali. Kakak sekeluarga kalau mau liburan kabari aku ya biar aku cuti dan siap menjadi bodyguard kalian hehe.”
“Iya tapi kamu gak jadi bodyguard karena bodyguard kakak udah banyak, kamu boleh kok sama-sama menikmati masa libur.”
“Sama satu lagi, kakak kalau suatu saat nanti terjadi sesuatu dengan Hira dan kakak . Tolong percaya sama Hira dan jaga dia jangan sampai kakak sia-sia kan.”
Axell terdiam sejenak, “Aku tidak akan janji tapi aku akan berusaha mendengarkan penjelasan nya. Terima kasih ya sudah menjaga istri kakak sejak kecil.”
“Iya sama-sama,” Walaupun hatinya sedikit tergores luka lagi namun ia percaya takdir Allah lebih baik dari segalanya .
“Axell! Vincent sini nak makan malam nya udah siap!”
“Siap Umma!” Jawab keduanya sedikit berlari ke meja makan.
Mereka duduk dengan tenang, Hira melayani suaminya sedangkan Vincent dilayani oleh Umma.
“Umma, Vincent bisa ambil sendiri nanti, jangan repot-repot!”
“Gak repot, sekali- kali ya kan kamu jarang disini lama jadi sekarang harus terima dan makan yang sudah ada di piring . Kalau mau nambah, ambil aja jangan sungkan . Oh ya, ini menu favorit kalian bertiga, gulai ayam spesial dimasak untuk kalian… Hira juga cobain ya dijamin nanti ketagihan!” Ujar Umma dengan antusias dan menaruh gulai ayam tersebut ke semua piring.
“Sudah, Cukup Umma, nanti Hira gak habis makannya .”
“Makan yang banyak Hir biar badanmu berisi sebelum diisi dengan yang lain.” Timpal Umma.
Hira mengernyitkan dahi nya lalu ia menatap sang suami meminta jawaban namun nihil Axell hanya mengedikkan punggung nya sehingga Hira tak paham. Dalam benaknya terus bertanya-tanya namun Axell menyadarkannya dari lamunan .
“Jangan melamun nanti nasinya hilang!”
“Kok bisa?”
“Iya ,hilang di makan aku!” Jawaban Axel langsung mendapatkan bogeman ringan dari Hira.
Umma hanya bisa tersenyum manis namun berbeda dengan Vincent dan Aira keduanya fokus makan tanpa memperdulikan sekitar. Sifat keduanya ini sama persis dengan Abah beda dengan Axell yang sesekali bertanya dengan Umma jika ingin meminta pendapat.
Mereka makan malam dengan hikmat, Hira juga mencoba tak menghiraukan kehadiran Vincent. Saat mata keduanya bertemu pun Hira langsung memutuskan kontak mata nya.
Vincent cukup sadar diri dan langsung kembali ke kamar sedang kan Axell duduk di ruang keluarga setelah membantu 3 perempuan kesayangan nya itu membereskan meja makan.
Umma dan Aira pamit ke kamar terlebih dahulu karena Hira yang mencuci piring dan dia juga yang meminta ibu mertua serta adik ipar nya beristirahat.
Axell yang mendengar itu langsung beranjak ke dapur menghampiri Hira. Terlihat dari belakang sangat cantik hingga tanpa sadar ia telah melangkah mendekati Hira.
Grep
Satu kali melangkah langsung bisa memeluk tubuh Hira dari belakang. Sang empu tersentak kala ada dua tangan yang mengalung di perutnya.
Dengan badan gemetar dan ingin membuka suara, Axell terlebih dulu mencium pucuk kepala Hira hingga ia menghentikan cuci piring.
“Ini aku, Axell! Hmm aroma ini manis, sedikit asam dan menyegarkan. Aroma nanas!”
“Iya aku menggantinya dengan parfume nanas,” Jawab nya singkat.
“Lepas dulu, aku mau lanjutin cuci piring, nanti gak selesai-selesai karena kamu memelukku seperti ini,” Sambil melepas tangan Axell namun Sang empu malah mengeratkan pegangan nya hingga tak ada pilihan lain untuk Hira berbalik badan.
“Lepas dulu, susah loh jalan kesana-kesini nya.”
“Gak susah, coba aja dulu.”
Hira memanyunkan bibir nya lalu ia menoel hidung mancung sang suami.
Axell malah semakin mendekat kan wajah nya dengan wajah Hira, hingga aroma buah nanas itu sangat menguar ke indra penciuman nya.